JAKARTA - Kebijakan setengah hati pemerintah dalam menangani pandemi Corona Virus 19 (COVID-19) ketika memasuki masa libur lebaran lalu menuai hasilnya. Jumlah masyarakat yang terpapar pun meningkat tajam. Data penambahan kasus Corona hari ini dipublikasikan oleh Humas BNPB, Selasa (22/6/2021). Data ini dihimpun setiap hari per pukul 12.00 WIB.

Total kasus COVID-19 di Indonesia yang ditemukan sejak Maret 2020 sampai hari ini sebanyak 2.018.113 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 152.686 merupakan kasus aktif.

Penambahan di Jawa Barat dan DKI Jakarta mencapai tembus 3 ribu kasus dalam sehari. Jawa Barat menyumbang angka kasus positif terbanyak dengan total 3.432. Disusul DKI Jakarta dengan total kasus 3.221, dan Jawa Tengah dengan total 2.439 kasus.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut lonjakan kasus pasca Lebaran tahun ini melebihi kenaikan kasus Corona pasca liburan Lebaran dan Natal serta Tahun Baru 2020. Adanya variant of concern (VoC) yang telah menyebar di Indonesia disebut-sebut jadi biang kerok lonjakan kasus.

"Varian ini memang lebih cepat menular," kata Menkes dalam rilis di situs Kementerian Kesehatan, Selasa (22/6/2021).

"Masih ada momentum libur-libur lain ke depannya, tolong untuk tinggal di rumah saja agar kita bisa melindungi keluarga, tetangga, dan orang terdekat dari penularan COVID-19 ini," lanjutnya.

Satgas Penanganan COVID-19 beberapa waktu lalu juga menyampaikan bahwa kasus pasca-Idul Fitri di tahun 2021 secara nasional mengalami kenaikan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah sebesar 93,11 persen.

Kasus pada Anak Meningkat

Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan Case Fatality Rate anak-anak di Indonesia terbilang tinggi. Data IDAI menunjukkan Case Fatality Rate anak adalah 3% sampai 5%.

"Kita ini pasien paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan kan 1 dari 8 itu anak dan meninggal 3 sampai 5% dan ini jangan digoreng. Ini yang saya katakan betul-betul jumlah kematiannya itu. 3% sampai 5% dan ini bervariasi," ujar Aman dalam keterangannya, Selasa (22/6/2021).

Aman memaparkan 50% kematian anak di Indonesia adalah balita. "Jadi DKI ini data 17 Juni, dalam satu hari saja bertambah 661 anak terkonfirmasi dan 144-nya balita dan saya sering mengatakan 50% kematian anak itu balita. Bukan balita itu meninggal 50%. Jadi seluruh yang meninggal anak itu 50%-nya balita dan sementara kita lihat di DKI saja 144 yang balita," jelas Aman.

Dilanjutkannya bahwa proporsi kasus positif COVID-19 pada anak mencapai 12,5%. "Proporsi kasus COVID-19 Pada anak usia 0 sampai 18 ini ya 12,5 persen artinya 1 dari 8 kasus adalah anak," kata dia.

Jumlah anak hingga remaja di DKI Jakarta yang terpapar Corona terus bertambah. Dari 5.582 kasus Corona hari ini, ratusan di antaranya menyasar usia anak.

Terdapat 655 kasus COVID-19 pada usia 6 hingga 18 tahun. Kemudian, 244 kasus Corona ditemukan pada balita. Sementara 4.261 kasus Corona terkonfirmasi berasal dari usia 19-59 tahun. Lalu ada 442 kasus di usia 60 tahun ke atas.

"IDAI mengimbau semua kegiatan yang melibatkan anak usia 0 sampai 18 tahun diselenggarakan secara daring untuk saat ini ya," papar Aman.

Aman menegaskan bahwa di masa pandemi yang memprihatinkan ini orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga dan mengawasi anak untuk menaati protokol kesehatan.

"Orang tua atau pengasuh dampingi anaknya saat beraktivitas daring maupun luring, menghindari membawa anak keluar rumah kecuali dalam keadaan mendesak, hindari area dengan ventilasi tertutup dan kepadatan mengikuti protokol kesehatan secara disiplin selama di dalam rumah maupun di luar rumah termasuk orang tua orang tuanya," tutur Aman.

Ditambahkan Aman, orang tua harus senantiasa menjaga anak-anaknya agar tidak terpapar berbagai pernyakit berbahaya. "Ketika orang tuanya tidak taat protokol kasihan anaknya dan yang berikutnya untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya," tutup Aman.

Perlu Kerjasama Sektoral

Presidium MER-C dokter Yogi Prabowo mengatakan dalam menghadapi lonjakan COVID-19 di Indonesia, masyarakat tidak boleh panik dan kehilangan akal sehatnya.

"Ini harus diingat, artinya yang ke rumah sakit adalah yang memerlukan, yaitu yang (penyakit) berat dan sedang. Untuk penyakit ringan-ringan bisa dilakukan perawatan dirumah dengan pantauan dokter. Jadi harus biasa lapor kepada tim dokter setempat yang ada fasilitas kesehatan. Jadi berkoordonasi sehingga kalau misalnya memerlukan bantuan bisa menghubungi dokter-dokter tersebut," ucap Yogi kepada Gresnews.com, Selasa (22/6/2021).

Menurutnya bila masyarakat memaksakan berbondong-bondong ke rumah sakit justru berbahaya. Karena di rumah sakit kalau pasiennya banyak maka kadar virus di udara akan tinggi. Hal ini bisa memperberat penyakitnya dan juga bisa menularkan ke tenaga medis.

Dia menambahkan, bahwa yang terpenting masyarakat senantiasa menginformasikan atau berkomunikasi dengan dokternya, entah melalui poliklinik yang dibuka khusus untuk COVID. Intinya jangan mendatangi IGD atau minta dirawat kalau memang tidak perlu dirawat.

Yogi berharap kondisi di Indonesia sekarang ini bisa berlalu dengan cepat dan tidak lama. Seperti yang pernah terjadi di India sama persis dengan Indonesia saat ini.

"Jadi ini hanya butuh waktu yang penting orang-orang yang sakit itu diobati dengan baik, dan kerjasama dari masyarakat sangat dibutuhkan," harapnya.

Menurut Yogi, kondisi sekarang terutama di Jakarta masih terkendali. Meskipun banyak rumah sakit dipenuhi oleh para pasien COVID tapi masih terkendali. (G-2)

BACA JUGA: