JAKARTA – Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina Pertamina (eSPeKaPe) mendesak PT Pertamina (Persero) menutup International Marketing and Distribution Pte. Ltd. (PIMD) yang baru dibentuk pada September lalu di Singapura. Keberadaan PIMD ini membuka peluang praktek pemburuan rente kembali terulang di PIMD, sama seperti PT Pertamina Energy Trading Ltd. (Petral).

"Sebab itu dan agar tidak kembali terulang lagi, membuka kantor trading arm PIMD anak perusahaan Pertamina di Singapura, kami kecam. Ketimbang nanti muncul kecaman dari publik, mendingan eSPeKaPe mengecam lebih dulu. Maka solusinya, segera tutup kantor PIMD di Singapura. Hindari spekulasi, sebab mafia migas masih ada, yang selalu mencari celah untuk pemburuan rente," kata Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi Hutabarat kepada Gresnews.com, Sabtu (12/10).

Menurutnya, selama ini Presiden Joko Widodo telah memenuhi aspirasi publik dengan membubarkan Petral yang menjadi sarang mafia migas. Jokowi saat membubarkan Petral itu sejatinya untuk mengangkat kembali citra Pertamina agar tidak selalu dipandang negatif oleh masyarakat hanya gegara Petral yang dituding jadi sarang mafia migas terus dipelihara.

Menurut Binsar, tak mudah untuk mencapai target PIMD menjadi trading arm ekspor produk Pertamina dan menjual produk pihak ketiga ke pasar internasional. Termasuk juga menangkap peluang bisnis bunkering terutama di Singapura. Dengan memanfaatkan fasilitas blending Marine Fuel Oil (MFO) 380 dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina di Sambu Kepri, serta bisa masuk ke pasar regional Asia Tenggara dengan membangun bisnis retail guna memperkenalkan brand Pertamina secara global.

"Padahal jika hanya jual gas, mengapa perlu membuka trading arm di Singapura? Kalau dibuka untuk impor LPG untuk pasokan kebutuhan di dalam negeri yang masih sangat besar maka tak ayal lagi yang namanya pemburuan rente akan terulang kembali,” imbuhnya.

Lagi pula, untuk effesiensi, Pertamina bisa langsung memasarkan produk korporasi dan pihak ketiga di pasar internasional yang tanpa perantara melalui anak perusahaan yang tanpa dibuka di Singapura.

Jika Pertamina mau menelisik ke belakang, betapa publik merasa gembira Petral dibubarkan dan hasilnya Pertamina bisa menghemat dana Rp250 miliar per hari. Gambaran sulitnya pembubaran Petral disebut bagaikan di atas langit ada langit. Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah mendengungkannya awal 2012.

Pada September 2013, dengan dukungan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan, kembali Dahlan Iskan melontarkan komitmennya untuk membubarkan Petral. Tetapi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan jika Indonesia tidak punya pilihan lain selain mengimpor BBM dari Singapura. Sedangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada konteks semangat dalam memerintahnya, berpegang pada sikap zero-sum game. (G-2) 

BACA JUGA: