JAKARTA - Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia harus bisa mengoptimalkan produk turunan sawit untuk kesejahteraan masyarakat. Segala terobosan tentu saja sangat diperlukan untuk mewujudkan masa depan industri sawit yang maju dengan memanfaatkan revolusi industri 4.0.

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menjelaskan masa depan industri sawit tergantung pada pembenahan dalam hal peningkatan produktivitas dan hilirisasi. "Perbaikan dua hal ini yang harus dilakukan, termasuk juga pembenahan tata kelola dan capacity building," kata Tungkot kepada Gresnews.com, Kamis (5/9).

Menurut Tungkot, dalam hal produksi, perlu ada peningkatan rerata nasional dari saat ini 3,6 ton Crude Palm Oil (CPO)/hektare (ha) menjadi 8 ton CPO/ha. Hal itu, kata dia, bisa diwujudkan, karena bibit sawit memiliki potensi produksi 8-10 ton CPO/ha. Kendalanya terdapat pada kultur teknis yang belum mencukupi, misalnya, untuk pemberian pupuk yang seharusnya 8-10 kg/pohon/ha/tahun baru bisa mencapai 3 kg/pohon/ha/tahun.

Kemudian, lanjut Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, perlu ada pemisahan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan sumber energi dengan pabrik yang digunakan untuk makanan. Selama ini pabrik kelapa sawit untuk menghasilkan energi dan bahan makanan. Hal itu kurang efisien karena standar buat pangan terlalu tinggi.

Ia menegaskan yang juga penting adalah melakukan konsolidasi petani dengan mengelola dalam satu hamparan. Dalam hamparan tersebut kelompok petani ini memiliki Pabrik Kelapa Sawit yang menghasilkan green fuel. "Di sini penting menerapkan teknologi industri 4.0 untuk mengelola sawit sehamparan," ucapnya.

Proses hilirisasi yang penting untuk dilakukan adalah industri pangan, oleokimia (bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak dan merupakan sumber energi masa depan) dan biofuel. Terlebih lagi tahun depan akan dikembangkan bensin sawit, LPG sawit, dan avtur sawit. Pembenahan tata kelola dan peningkatan kapasitas juga perlu segera dilakukan. Bentuknya adalah dengan memberikan program sertifikasi dan terus melakukan riset yang fokus pada inovasi baru, bukan berupa laporan riset semata. "Penggunaan teknologi industri 4.0 ini dapat mempercepat proses ini," imbuhnya. (G-2)

BACA JUGA: