Putu Sukma Kurniawan, Universitas Pendidikan Ganesha

Saat ini minat generasi muda untuk berinvestasi menunjukkan tren meningkat.

Tahun lalu saja jumlah investor individual berusia di bawah 30 tahun mendominasi pasar modal Indonesia. Jumlah mereka mencapai hampir 57% atau 2,7 juta orang dari total investor yang berjumlah hampir 5 juta orang.

Para investor muda ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dengan berinvestasi pada instrumen atau alat investasi seperti saham, reksa dana, sampai surat utang yang berbasis konsep keberlanjutan (hijau) sehingga bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan ke depan.

Konsep keberlanjutan dalam konteks ini berarti generasi sekarang berinvestasi pada perusahaan dan bisnis yang dapat mengelola sumber daya alam secara ramah lingkungan sehingga generasi masa depan dapat menggunakan sumber daya tersebut dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik.

Perusahaan juga dapat menerapkan konsep yang sama, dengan mencapai tujuan bisnis jangka panjang dan menambah nilai dengan memasukkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan ke dalam strategi bisnisnya.

Dalam konteks investasi, generasi muda dapat menjadi pihak yang mendorong implementasi konsep keberlanjutan ini lebih luas lagi dengan berinvestasi pada perusahaan atau proyek dengan basis keberlanjutan. Jenis investasi ini juga menguntungkan secara finansial.

Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa pemahaman yang baik mengenai konsep keberlanjutan akan memberikan dampak dengan munculnya konsep socially responsible investment yang berarti bahwa kegiatan investasi yang dilakukan akan memiliki dampak yang besar bagi komunitas sosial.

Ilustrasi investasi. Lukas/pexels, CC BY

Pilihan investasi berbasis konsep keberlanjutan

Para investor muda sekarang lebih mudah untuk memilih instrumen investasi yang berbasiskan konsep keberlanjutan, karena telah banyak pilihan di pasar.

Contohnya, otoritas pasar modal Indonesia kini telah menyusun indeks saham yang berbasiskan konsep keberlanjutan, yaitu IDX SRI-KEHATI dan IDX ESG Leaders. Indeks saham ini terdiri dari saham-saham perusahaan yang berkomitmen tinggi untuk menerapkan konsep keberlanjutan dalam aktivitas bisnis perusahaan.

Bagi investor pemula yang melihat pasar saham masih terlalu rumit untuk dipelajari, maka mereka bisa melirik reksa dana yang mengumpulkan dana nasabah untuk dikelola oleh manajer investasi. Beberapa produk reksa dana sekarang telah disusun dengan basis konsep keberlanjutan.

Perusahaan investasi seperti Schroders memiliki acuan untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Contohnya, mereka melihat dampak sosial dari operasi perusahaan, emisi yang dihasilkan, sampai ke kontribusinya ke Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs).

Investor muda juga bisa mencoba berinvestasi di obligasi atau surat utang hijau. Dalam investasi ini, dana hasil penerbitannya digunakan untuk membiayai atau membiayai ulang kegiatan usaha yang menjaga lingkungan atau kegiatan yang bertujuan melindungi, memperbaiki dan meningkatkan kualitas atau fungsi lingkungan hidup.

Dengan semakin banyaknya generasi muda yang berinvestasi pada instrumen investasi yang berbasis konsep keberlanjutan, maka seluruh pemangku kepentingan dalam konteks investasi di Indonesia, termasuk perusahaan publik, akan memiliki motivasi yang tinggi untuk implementasi konsep keberlanjutan secara lebih luas.

Investasi dengan konsep keberlanjutan juga menguntungkan

Generasi muda yang berinvestasi sejak dini tentu mengharapkan imbal hasil yang tinggi pada masa depan. Perusahaan yang menerapkan konsep keberlanjutan secara empiris terbukti memberikan imbal hasil yang tinggi kepada investor.

Untuk investasi di bursa saham, Indeks SRI-KEHATI telah menciptakan imbal hasil investasi sebesar 173,6% antara 2009 sampai 2019. Ini lebih tinggi dibandingkan keseluruhan saham yang diperdagangkan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks LQ45 (indeks saham dengan nilai transaksi dan terbesar) yang hanya menghasilkan imbal hasil masing-masing 148,5% dan 103,5%.

Reksa dana dengan konsep portofolio ramah lingkungan juga mengalami tren yang positif.

Tahun lalu, dana kelolaan reksa dana berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) mencapai Rp 3 triliun atau naik tajam dibanding 2019 yang hanya Rp 1,77 triliun. Begitu pun dari sisi jumlah produk yang tersedia, naik dari 10 produk pada 2019 menjadi 14 produk pada 2020.

Tren ini menandakan performa atau keuntungan reksa dana yang baik dan permintaan yang meningkat dari para investor.

Sementara untuk surat utang hijau, pemerintah Indonesia merilis surat utang negara syariah yaitu Sukuk Tabungan seri ST007 yang memiliki imbal hasil 5,5% per tahun pada tahun lalu.

Imbal hasil ini lebih tinggi dibandingkan bunga deposito di bank yang mencapai 4,5% pada tahun lalu.

Secara keseluruhan, pemerintah Indonesia juga telah melakukan penerbitan surat utang syariah atau sukuk hijau terbesar di dunia tahun lalu. Pemerintah menerbitkan sukuk hijau senilai US$ 750 juta atau setara Rp 10,53 triliun.

Dengan demikian, generasi muda yang berinvestasi pada instrumen investasi yang berbasis konsep keberlanjutan tidak hanya akan mendapatkan imbal hasil yang tinggi pada masa depan. Namun jenis investasi ini juga dapat mendukung perusahaan untuk terus mengimplementasikan konsep keberlanjutan yang akan memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.The Conversation

Putu Sukma Kurniawan, Staf Pengajar Program Studi Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

BACA JUGA: