Wisnu Uriawan, INSA Lyon – Université de Lyon

Pinjaman online di Indonesia semakin populer.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menampilkan penyaluran pinjaman dalam tiga tahun terakhir telah tumbuh 259.5% yang mencapai Rp 81.5 triliun.

Di masa depan pinjaman online akan bisa lebih efisien dan memiliki bunga lebih rendah jika dibantu dengan teknologi blockchain, yaitu sebuah sistem pencatatan di buku besar digital yang tidak dapat diubah maupun dihapus keaslian catatannya.

Blockchain memungkinkan seseorang untuk melakukan transaksi tanpa membutuhkan otorisasi pihak ketiga seperti bank. Misalnya, ketika kita membayar transaksi di minimarket maka kita bisa langsung mengirimkan uang ke pihak minimarket tanpa bantuan bank.

Hal ini membuat transaksi menjadi lebih cepat dan efisien karena tidak membutuhkan persetujuan pihak ketiga.

cafecredit/flickr, CC BY

Blockchain lebih aman dan efisien

Dalam transaksi peminjaman ke bank atau lembaga keuangan non-bank seperti contohnya koperasi, biasanya konsumen diwajibkan beberapa kali datang dengan persyaratan yang begitu banyak, seperti contohnya membawa surat-surat dari mulai surat identitas sampai dokumen aset yang dimiliki.

Hal ini dianggap menyulitkan pihak nasabah, padahal saat itu bisa jadi posisi nasabah sangat memerlukan bantuan.

Di samping itu nasabah akan dibebani dengan suku bunga yang tidak sedikit walau pun sebagai konsekuensi dari transaksi peminjaman.

Per Juli 2020 rata-rata bunga pinjaman bank mencapai 9.99%. Padahal, pinjaman online bisa memberikan bunga yang jauh lebih rendah yang bisa mencapai kurang dari 2%.

Selain itu juga biasanya nasabah dimintai jaminan untuk meyakinkan pihak bank memberikan pinjaman. Bagi nasabah tertentu yang memiliki aset tentunya bukan menjadi masalah, tapi bagi nasabah yang tidak memiliki aset untuk dijaminkan ini akan membebani bahkan biasanya barang jaminan lebih tinggi dari nilai pinjamannya.

Blockchain bisa memberikan solusi dengan mendukung skema pinjaman peer to peer (P2P) atau P2P Lending. Dalam mekanisme pinjaman ini, individu atau perusahaan dapat langsung meminjamkan uang kepada orang lain dan mendapatkan keuntungan dari bunga pinjaman.

Hambatan yang berupa persyaratan yang rumit antara kedua belah pihak (peminjam dan pemberi pinjaman) dapat dikurangi, kemudian suku bunga bisa dikurangi sebisa mungkin karena proses yang lebih efisien.

Jaminan barang pun dapat diganti dengan menambahkan referensi dari kolega, pimpinan perusahaan atau bahkan anggota keluarga untuk menjamin bahwa peminjam dapat mengembalikan pinjamannya.

Beberapa hal yang menarik dari teknologi blockchain yaitu dengan general ledger, yaitu kemampuan untuk mencatat detail transaksi.

Blockchain mampu menyimpan kerahasiaan data dengan kemampuan menyembunyikan identitas peminjam maupun pemberi pinjaman. Blockchain juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi sehingga traksaksi tidak bisa diubah oleh siapa pun tanpa melalui persetujuan (konsensus).

Dengan teknologi blockchain, peminjam bisa mudah meminjam tanpa proses yang berbelit-belit. Dari sisi pemberi pinjaman mendapatkan “jaminan” pembayaran tepat waktu sehingga tidak was-was dalam melakukan investasi di sektor peminjaman online.

Penerapan blockchain di Indonesia

Saat ini belum banyak yang menggunakan teknologi blockchain di Indonesia, meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur dan mengawasi transaksi keuangan dengan mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan penggunaan _blockchain sejak 2018.

Saat ini baru perusahaan fintech yang menggunakan Blockchain untuk konsumennya, itu pun belum banyak. Salah satu yang pertama menggunakan teknologi ini adalah Alumnia yang bergerak dalam bisnis equity crowdfunding atau semacam urun-dana dengan mekanisme serupa modal ventura dan pasar saham.

Perusahaan keuangan lain yang menggunakan adalah Bank Central Asia yang memakai blockchain untuk mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi, terutama di back office.

Salah satu Badan Usaha Milik Negara yaitu Pos Indonesia juga telah menggunakan blockchain untuk layanan gironya, Digiro.in. Dengan blockchain layanan ini mampu mengelola aset giro bisa tidak terbatas, lintas mata uang dan dalam bentuk emas ataupun uang

Banyak yang melihat blockchain sebagai disrupsi dalam sektor perbankan. Namun sebenarnya sistem perbankan malah akan terbantu selama bisa bersinergi dengan teknologi blockchain.

Tentunya pengguna teknologi blockchain memerlukan komunikasi yang lancar agar sistem ini dapat diterapakan dengan tepat terlebih menyangkut aturan dan regulasi yang berlaku.

Dalam penyikapan terhadap teknologi baru kita seharusnya memang harus berhati-hati agar tidak terjadi penyimpangan dalam penerapannya. Banyak kegagalan yang terjadi akibat terlalu tergesa-gesa dalam menerapkan sebuah teknologi tanpa melalui kajian yang komprehensif.

Tren memang menjadi faktor utama, tapi kenyamanan dan keamanan dalam menggunakan teknologi juga merupakan hal yang penting.

Tapi teknologi bukanlah sebuah ancaman, jika digunakan dengan benar bisa memberikan akselerasi terhadap aktivitas rutin yang sudah jenuh.The Conversation

Wisnu Uriawan, Blockchain researcher, INSA Lyon – Université de Lyon

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

BACA JUGA: