JAKARTA, GRESNEWS.COM- Pemerintah Indonesia telah memulai upaya untuk secara strategis menerapkan dinamika kependudukan dan perubahan iklim ke dalam program nasional perubahan iklim. Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) sebelumnya telah mengidentifikasikan strategi untuk mengatasi masalah pertumbuhan populasi sebagai bagian dari prioritas program Kependudukan dan Pembangunan. Dalam kaitan itu, UNFPA bekerjasama dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah menerbitkan sejumlah laporan teknis terkait hal tersebut, antara lain: "Dinamika Kependudukan dan Perubahan Iklim di Indonesia: Mobilitas untuk Masa Depan yang Berkelanjutan (2011)"; "Memo Kebijakan atas Dinamika Kependudukan dan Dimensi Manusia pada Perubahan Iklim di Indonesia (Agustus, 2012)", dan "Urbanisasi, Demografi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Semarang, Indonesia (September 2013)".

Berbagai dokumen ini telah memberikan gambaran tentang pentingnya aspek kependudukan untuk diintegrasikan ke dalam kebijakan perubahan iklim. "Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia saat ini yang akan meningkat terus dimasa depan, bukan hanya sumberdaya yang potensial bagi Indonesia, tetapi juga punya dampak yang signifikan pada perubahan iklim" kata Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, yang juga Ketua Harian DNPI, Rachmat Witoelar dalam statemen tertulis yang diterima redaksi Gresnews.com, Jumat (18/10).

Menurut Rachmat, pilihan untuk membangun ekonomi hijau bagi pembangunan Indonesia dengan mempertimbangkan dinamika kependudukan sudah tidak bisa ditawar lagi bila pembangunan ekonomi kita ingin berlanjut. Memo Kebijakan tersebut memaparkan pemahaman awal yang berdasar pada bukti (evidence-based) tentang bagaimana dinamika kependudukan --yang menghubungkan pertumbuhan dan komposisi kependudukan-- dapat berkontribusi pada cepatnya pertumbuhan emisi gas rumah kaca atau greenhouse gas emissions (GHG) akibat pembakaran bahan bakar fosil di Indonesia. Perspektif demografis sesungguhnya membantu mengintegrasikan berbagai dimensi manusia, ekonomi, politik, sosial dan budaya, serta demografi yang mempengaruhi perubahan iklim ke dalam sebuah kerangka kerja (framework) bersama yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan.

Pada kuartal terakhir 2012, UNFPA dan International Institute for Environment and Development (IIED), bekerjasama dengan Urban and Regional Development Institute (URDI) dan seorang Visiting Professor dari Brown University menyusun penelitian terkait urbanisasi, perubahan iklim dan demografi di wilayah perkotaan Semarang.  Penelitian studi kasus tersebut menyoroti beberapa daerah di Semarang yang paparan terhadap bahaya akibat perubahan iklimnya bersinggungan dengan karakteristik sosial dan demografi sehingga memperburuk keadaan yang memang sudah rentan.

Penelitian menunjukkan bagaimana dinamika kependudukan mempengaruhi penyebab dan dampak dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Isu-isu terkait dinamika kependudukan meliputi struktur penduduk dan distribusi geografis, bukan sekedar pada jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk semata. Dampak dari perubahan iklim menjadi tantangan tidak hanya bagi lingkungan Indonesia, tetapi juga terhadap pencapaian dan keberlangsungan tujuan pembangunan sosial-ekonomi.

 
Penelitian tersebut mengidentifikasikan opsi kebijakan berbasis kependudukan (population-based) untuk mengurangi emisi GHG di Indonesia yang memerlukan pengembangan dan penerapan lebih lanjut. Pertama, perbaikan besar-besaran dalam efisiensi energi di kawasan perkotaan melalui perencanaan tata ruang dan intervensi yang bersifat evidence-based. Kedua, revitalisasi program keluarga berencana nasional dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya mitigasi gas rumah kaca di Indonesia untuk 40 tahun mendatang, dan seterusnya. Ketiga, investasi besar-besaran dalam pendidikan untuk anak muda merupakan komponen penting dalam kesuksesan strategi adaptasi dan peralihan menuju ekonomi hijau;

Keempat, penelitian tersebut mengungkapkan,pada poin ini, banyak hal yang dapat dipromosikan terutama di kalangan pemuda dan kelas menengah yang terus tumbuh mengenai keuntungan pilihan hidup hijau dan gaya hidup berkelanjutan untuk membantu menurunkan kenaikan intensitas karbon yang saat ini meningkat tajam. Kelima, penelitian tersebut juga memberikan merekomendasikan pengumpulan data lebih lanjut untuk analisis yang lebih komprehensif dan rinci terhadap hubungan stategis antara dinamika kependudukan dan perubahan iklim.

Dewasa ini banyak pihak menyadari, perubahan iklim berkaitan erat dengan dengan manusia, bukan hanya iklim. "Studi ini menyajikan pemahaman tahap awal yang bersifat evidence-based tentang bagaimana interelasi dinamika kependudukan seperti ukuran, komposisi, dan distribusi populasi dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim," kata Jose Ferraris, Perwakilan UNFPA untuk Indonesia.

Selain itu, perhatian atas dinamika kependudukan telah diungkapkan melalui forum internasional seperti Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada Juni tahun lalu. Para ahli setuju bahwa masalah kependudukan sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim. Namun, wacana kebijakan tentang perubahan iklim saat ini baik di tingkat internasional maupun dalam negara belum mempertimbangkan peran dinamika kependudukan.

Komposisi kependudukan sesungguhnya sama pentingnya karena dapat membantu mengintegrasikan berbagai dimensi manusia yang mempengaruhi perubahan iklim, yaitu ekonomi, politik, sosial dan budaya, serta demografi. Deputi Bidang Pengelolaan Penduduk BKKBN Wendy Hartanto mengatakan, untuk lebih memahami peran kependudukan dalam perubahan iklim, kita harus memperhatikan dimensi manusianya. "Dengan demikian, kita dapat melihat perubahan iklim dari sudut pandang dinamika kependudukan, yang meliputi perubahan struktur usia, migrasi, dan pola urbanisasi," ujarnya.

(GN-03)

BACA JUGA: