JAKARTA, GRESNEWS.COM - Setelah proyek monorail yang dikerjakan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta sama-sama gagal, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla kini berupaya menyiapkan moda transportasi baru untuk mengatasi masalah kemacetan di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek). Moda tersebut berupa kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT).

Proyek LRT ini rencananya akan dibangun mencakup enam rute yang tercantum di dalam Rencana Umum Jaringan Jalur Kereta Api pada kawasan Jabodetabek tahun 2014-2030. Rencana ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 54 tahun 2013. Trayek itu mencakup Cawang–Cibubur, Cawang–Kuningan–Dukuh Atas, Cawang–Bekasi Timur, Dukuh Atas–Cibubur–Bogor dan Palmerah–Grogol.

Oleh Pemerintah Pusat, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) ditunjuk langsung untuk melaksanakan proyek LRT beserta stasiun dan depo yang pembangunannya direncanakan mulai pada 17 Agustus 2015 ini. Pada hari kemerdekaan itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan akan melakukan groundbreaking LRT rute Cibubur-Dukuh Atas sebagai kado kemerdekaan. Investasi proyek ini mencapai Rp200 miliar-Rp300 miliar per kilometer. Investasi ini sudah termasuk kereta dan rel.

Rencana pembangunan LRT Jabodetabek, juga diikuti Pemerintah Provinsi DKI Jakata dengan tujuh rute di dalam kota. Namun, LRT Jabodetabek yang akan dibangun oleh PT ADHI berbeda dengan yang akan dibangun oleh Pemprov DKI. Bedanya proyek pemerintah pusat melalu ADHI Berupa proyek antar kota, sementara proyek DKI adalah inner city (di dalam kota).

Agar LRT tidak senasib dengan proyek monorail, Pengamat Kebijakan Publik, dan Tata Tata Kota Yayat Supriatna menyatakan Pemerintah Pusat maupun Pemprov DKI harus benar-benar memastikan sisi dan skema model pembiayaan. Alasannya, ketersediaan lahan, perhitungan kontruksi, tata ruang, bahkan hingga potensi pasar maupun penentuan tarif sudah tidak ada masalah dan jauh lebih siap dibanding proyek monorail.

Hanya saja Yayat masih meragukan sisi finansial pembiayaan LRT. "Harus ada kepastian dari sisi pembiayaan. Kalau dulu kan sempat ada ketidakjelasan skema pembiayaan monorail," kata Yayat kepada Gresnews.com, Selasa (18/6).

Selain itu, lanjutnya, hak-hak properti yang dikembangkan harus dipertegas dan perlu ada pendekatan antara Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI agar tidak mengalami kendala. Dari sisi pembiayaan itu, Yayat menilai Pemprov DKI lebih siap, apalagi didukung Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) 2014 yang cukup besar bisa diserap untuk proyek ini. Sementara siapa yang membiayai LRT Pemerintah Pusat, dan dengan siapa PT Adhikarya bekerja sama, dinilai Yayat belum jelas.

"Yang belum kita tahu kan dengan siapa Adhi Karya bekerjasama, apakah bantuan dari pemerintah China atau dengan siapa," tegasnya.

Ia mengaku mendapat informasi dari Gubernur DKI Jakarta bahwa pembangunan LRT dalam kota akan mulai dikerjakan pada Desember 2015. Rute LRT yang akan dibangun terlebih dulu tahun ini adalah Kebayoran Lama-Kelapa Gading (koridor 1) dan Kelapa Gading-Kemayoran-Pesing-Bandara Soekarno-Hatta (koridor 7). Dua rute ini ditegetkan selesai sebelum pelaksanaan Asian Games 2018 di Jakarta.

Sementara ketujuh rute meliputi Kebayoran Lama-Kelapa Gading (21,6 km), Tanah Abang-Pulo Mas (17,6 km), Joglo-Tanah Abang (11 km), Puri Kembangan-Tanah Abang (9,3 km), Pesing-Kelapa Gading (20,7 km), Pesing-Bandara Soekarno-Hatta (18,5 Km), dan Cempaka Putih-Ancol (10 km). Namun proyek ini belum mendapat persetujuan DPRD DKI Jakarta.

"Dari sisi finansial, DKI sangat siap apalagi dengan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) 2014 yang cukup besar bisa diserap tahun ini," tegasnya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarmo menyebutkan persoalan lahan untuk pembangunan depo kereta LRT tidak menjadi kendala untuk memulai proyek. Namun Rini belum bersedia mengungkapkan negara mana saja nantinya yang akan diajak turut digandeng bekerjasama.

"Nanti saja," kata Rini usai melantik tiga pejabat eselon I Kementerian BUMN di Aula Lantai 21 Gedung Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/6) lalu.

Untuk membiayai proyek tersebut, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero), Ki Syahgolang Permata, mengaku menggelontorkan dana hingga Rp2,7 triliun. Dana ini didapat dari Penyertaan Modal Negara (PNM) senilai Rp1,4 triliun di 2015 dan penambahan modal dari publik sebesar Rp1,345 triliun. Penambahan modal dari publik, lanjutnya, akan dilakukan melalui rights issue.

Dijelaskannya, dari keenam trayek tersebut pembangunannya akan dibagi menjadi tiga tahap. Pembangunan LRT tahap I nantinya akan menghubungkan Bekasi Timur- Cawang–Kuningan–Dukuh Atas, Cibubur-Cawang. Pembangunan Tahap I yang akan dimulai pada Agustus 2015 ini membutuhkan dana ekuitas tahap I memerlukan Rp3,77 triliun (30% dari porsi pembangunan).

Dana ini akan diambil dari rights issue 2015 senilai Rp2,09 triliun dan sisanya sebesar Rp1,68 triliun akan didanai dari sebagian pengajuan PMN 2016 dan/atau dengan partner BUMN lain.

Kemudian pembangunan tahap II akan menghubungkan jalur Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan. Tahap III akan menghubungkan jalur Palmerah-Grogol. Namun kata dia, detail design pembangunan di tahap I masih dalam pengerjaan, diharapkan selesai pada akhir Juli 2015 dan proses finansial diharapkan tuntas pada minggu pertama bulan Agustus 2015. Sedangkan tahap II dan III akan diselesaikan pada September 2015.

Ia mengungkapkan, LRT beserta Stasiun, Depo dan Prasarana Pendukungnya pada Koridor Cibubur-Ciracas-Kampung Rambutan-Taman Mini-Cawang-Cikoko-Tebet BKPM-Pancoran-Smesco-Kuningan-Kasablanka-GOR Soemantri-Kuningan Sentral-Dukuh Atas sepanjang 24,20 KM. Koridor Bekasi Timur-Bekasi Barat-Jatibening-Jatiwaringin-Halim-Cawang sepanjang 18,90 KM.

Berdasarkan Permen LH No. 05 Tahun 2012, rencana pembangunan ini wajib dilengkapi dengan AMDAL. Sebelumnya PT ADHI juga pernah berencana membangun monorel dari Bekasi-Cawang, Cibubur-Cawang, dan Cawang-Kuningan. Nasib serupa juga dialami proyek monorel yang dibangun pemerintah provinsi DKI Jakarta bersama PT Jakarta Monorail karena beberapa rencana pembangunan depo yang tidak sesuai dengan tujuan proyek. Proyek ini batal, diganti oleh LRT.

LRT sendiri adalah salah satu sistem kereta api penumpang yang beroperasi di kawasan perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus yang disebut juga tram. LRT dan Mass Rapid Transit (MRT) yang juga tengah dibangun di kawasan Sudirman hingga Thamrin sama-sama merupakan sarana transportasi publik yang mampu mengangkut penumpang secara massal (mass) serta dapat menempuh perjalanan dengan waktu relatif cepat (rapid). Moda ini sama seperti Subway dan Kereta Rel Listrik (KRL).

Bedanya daya angkut LRT jauh lebih sedikit dibanding MRT. Sebagai perbandingan, KRL Indonesia terdiri dari 8 gerbong. Satu gerbong menampung penumpang sekitar 50 orang duduk ditambah 80 orang berdiri. Sehingga mampu membawa penumpang sebanyak 1.040 orang. Sementara LRT hanya berkisar tiga gerbong dengan kapasitas kurang dari 50 orang.

BACA JUGA: