GRESNEWS.COM - Saat Kepolisian masih kesulitan mengungkap pelaku Tragedi Lapas Cebongan, TNI membentuk Tim Investigasi sendiri. Tim Komnas HAM juga ada di sana. Sejauh mana mereka berkomunikasi saat mengacak-acak ladang yang sama. Kenapa enggak membentuk Tim Investigasi Gabungan?

Pengamat masalah Kepolisian Neta S Pane mengatakan, keseriusan Polri dalam mengusut kasus penyerbuan yang dilakukan 17 pasukan siluman ke Lapas Cebongan, Sleman patut dipertanyakan. "Sudah seminggu, Polri belum juga membuat dan mempublikasikan sketsa wajah dan sketsa pasukan bertopeng yang membantai empat tahanan tersebut," katanya dalam Siaran Pers yang diterima Gresnews.com, Sabtu (30/3).

Pengamat dari Indonesia Police Watch (IPW) itu berharap, Tim Invetigasi Mabes TNI AD dapat segera membuat dan mempublikasikan sketsa wajah dan sketsa pasukan penyerbu. "IPW memberi apresiasi bagi Mabes TNI AD yang membentuk tim investigasi untuk mengusut kasus penyerbuan itu. Sikap TNI AD yg membentuk tim investigasi ini bisa dipahami karena setelah penyerbuan itu banyak tudingan negatif diarahkan ke TNI dan menjadi tugas tim ini mengusut serta mengklarifikasinya," jelas Neta.

Neta berharap, Tim Investigasi TNI tidak hanya mencari tahu siapa pasukan terlatih yang menyerbu Lapas Cebongan. Lebih dari itu, tim juga harus mencari tahu siapa Sertu Santoso, kenapa dia ada di Hugo Cafe, apa peranannya di Hugo Cafe, dan kenapa dia dikeroyok hingga tewas. Betulkah pelaku pengeroyokannya hanya empat orang yang dibantai di Lapas Cebongan?

"Sebab beredar isu, pelaku pengeroyok Sertu Santoso ada tujuh orang dan tiga lagi belum tertangkap polisi. Siapa mereka?" sergah Neta. Semua itu harus segera diungkapkan secara tuntas. Diharapkan hasilnya segera diumumkan ke publik dan diserahkan ke Polri agar bisa diusut tuntas secara hukum. "Siapapun yang terlibat dalam kasus penyerbuan Lapas Cebongan dan pengeroyokan Sertu Santoso harus diproses ke pengadilan," tegasnya.

TNI AD membentuk tim investigasi berjumlah sembilan orang yang dipimpin Wadan Puspom, Brigjen TNI Unggul. Tim dibentuk untuk melakukan investigasi karena ada dugaan oknum TNI terlibat pada penyerangan dan penembakan empat tahanan di Lapas Cebongan, pada Sabtu (23/3) lalu.

Mestinya Tim Gabungan

Namun pengamat masalah pertahanan, Rizal Darma Putra tak terlalu antusias menyambut pembentukan Tim Investigas TNI ini. Kata Rizal, mestinya tim investigasi dibentuk bersama-sama untuk meminimalkan perbedaan hasil investigasi, serta kecurangan jika ada pihak internal terlibat. Selain itu, tim investigasi gabungan yang dipimpin anggota DPR misalnya, bisa lebih netral saat menyampaikan hasil penyelidikan kepada publik.

"Jika hanya dilakukan oleh tim dari TNI AD, hasilnya dikhawatirkan akan berbeda dengan hasil investigasi Komnas HAM atau hasil penyelidikan yang dilakukan Polri. Jika hasilnya berbeda-beda akan membuat rakyat bingung, padahal kasus itu harus dibuka, jangan sampai ada yang ditutup-tutupi," jelas Rizal.

Rizal juga menilai, adanya Tim Investigasi TNI AD untuk mengungkap kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan tidak akan berjalan efektif. "Saya menyambut baik tim yang dibentuk TNI, tapi menurut saya lebih baik itu dilakukan oleh tim gabungan yang melibatkan TNI, Polri, Kemenkum HAM, Komnas HAM, Komisi I dan Komisi III DPR," katanya.

Penyerangan dengan menggunakan senjata, lanjut dia, mestinya menjadi petunjuk bagi tim investigasi untuk memeriksa siapa yang bertanggung jawab atas gudang senjata. Meski anggota TNI tidak mudah untuk membawa, tapi bila ada komando maka senjata tersebut dapat dikeluarkan.

"Selama ini TNI tidak pernah membawa pulang senjata, semuanya disimpan dalam gudang. Jadi mestinya komandan gudang senjata juga harus diperiksa. Pemeriksaan itu berlaku untuk TNI dan Polri. Semuanya diperiksa, baik gudang senjata di Jogja maupun Jawa Tengah," pungkasnya. (LAN/GN-02)

BACA JUGA: