GRESNEWS.COM - Politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana pernah bilang, "Partai Demokrat itu seksi, makanya banyak diberitain di media." Tapi apa boleh buat, beritanya bocor semua alias kaya sentimen negatif. Seksi saja tak cukup ternyata.

Riset citra partai politik di media ini dilakukan Indonesia Public Institute (IPI), sepanjang 18 Februari hingga 10 Maret 2013. "Penelitian dilakukan menggunakan metode tracking media, mengamati 738 berita, berhubungan dengan 10 partai politik di 6 surat kabar yang dijadikan sampel," urai Karyono Wibowo, peneliti senior Indonesia Public Institute.

Terungkap, partai politik yang paling sering diberitakan suratkabar tingkat nasional berturut-turut Partai Demokrat (21.7%), Partai Keadilan Sejahtera (PKS, 13.7%), Partai Hanura (10.6%), Partai Golkar (9.5%), dan partai lainnya di bawah (9%).

Cermin Dinamika Partai

Karyono menambahkan, "Pemberitaan citra Partai Demokrat banyak didominasi oleh dinamika yang terjadi di internal partai." Barangkali kebetulan, dua bulan belakangan ini sebagian besar pemberitaan menumbuhkan persepsi negatif buat Partai Demokrat.

Partai yang didirikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini benar-benar jadi sansak hidup media. Sedikitnya ada lima isu besar yang mendominasi pemberitaan, berhubungan dengan Partai Demokrat sepanjang bulan February-Maret 2013, yang berhasil diidentifikasi oleh Indonesia Public Institute.

Pertama, isu konflik internal Demokrat yang terbagi dua, yaitu kelompok pendukung Anas Urbaningrum dan kelompok Susilo Bambang Yudhoyono yang menghendaki Anas segera mundur dari posisi Ketua Umum. Anas dianggap sebagai penyebab menurunnya elektabilitas Demokrat karena diduga terlibat skandal korupsi proyek pembangunan gedung olahraga Hambalang yang sudah menyeret Andi Mallarangeng, mantan Menteri Olahraga sebagai tersangka.

Kedua, pemberitaan mengenai status Anas sebagai tersangka korupsi proyek Hambalang. Ketiga, pemberitaan tentang skandal korupsi dana bencana yang diduga melibatkan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Supomo dan Gondo Radityo Gambiro.

Keempat, masalah kinerja Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden yang diyakini publik tidak akan fokus mengurus pemerintahan. Topik ini berawal dari rilis survei LSI (Lingkaran Survei Indoenesia) yang menyebutkan 60,3% publik tidak percaya SBY bisa fokus mengurus pemerintahan. Hanya 24,50% publik yang percaya Presiden bisa fokus menjalankan tugasnya. Hasil survei LSI menjadi polemik di surat kabar dalam beberapa hari.

Kelima, serangan Anas Urbaningrum kepada para pejabat tinggi Partai Demokrat, termasuk Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), putra bungsu Presiden yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Ibas dituduh menerima aliran dana proyek Hambalang dari Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat.

Masih Akan Terus Memburuk

"Sedangkan berdasarkan analisis isi (content analysis) pemberitaan, Yang berdampak terhadap penilaian (cutra) negatif, positif, dan netral di enam surat kabar nasional, terlihat citra negatif partai Demokrat paling tinggi (14,6%)," sambung Karyono.

Karyono memprediksi, citra buruk partai Demokrat masih akan terus berlanjut paska mundurnya Anas Urbaningrum dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat. Pidato pengunduran diri Anas dari posisi Ketua Umum yang disampaikan 1 hari setelah dia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semakin membuat citra Demokrat terpuruk.

Anas merasa dianiaya secara politik, dalam pidatonya dia mengungkapkan proses saat dia maju sebagai calon Ketua Umum pada Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010. Kata Anas, ia ibarat bayi yang tidak diinginkan kelahirannya. Yang menghebohkan lagi adalah pernyataan Anas yang berkonotasi ancaman cenderung ditujukan kepada pimpinan Partai Demokrat: "Ini baru halaman pertama, masih ada halaman-halaman berikutnya yang akan dibuka demi kebaikan bersama…"

Pidato Anas yang bermakna ancaman ini menurut para pengamat politik ditafsirkan bahwa Anas akan membuka kasus-kasus yang ada di internal Demokrat dan lingkaran kekuasaan yang ia ketahui. Tak lama kemudian, kurang dari 1 minggu setelah Anas berhenti dari Ketua Umum Partai Demokrat, dia mulai membuka halaman berikutnya yang ia maksudkan.

Dalam wawancara di RCTI, mantan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PB HMI) itu mulai melakukan serangan kepada para pejabat tinggi partai Demokrat, termasuk Ibas. Ibas diindikasikan menerima aliran dana hasil korupsi proyek Hambalang dari Nazaruddin. Bahkan tak hanya itu, Anas juga memberikan informasi tentang skandal Bank Century melalui anggota Tim Pengawas Kasus Bank Century yang merugikan negara Rp 6,7 triliun.

Citra buruk Partai Demokrat tak berhenti sampai disini, karena masih banyak permasalahan yang sedang dihadapi oleh partai berlambang Mercy ini. Saat ini Partai Demokrat sedang mempersiapkan pergantian Ketua Umum. Masalah mekanisme pemilihan Ketua Umum masih menjadi perdebatan di internal partai. Soal persyaratan calon Ketua Umum dan soal siapa calon Ketua Umum juga masih menimbulkan kesan ketidakpastian.

Hal itu juga mengindikasikan di internal Partai Demokrat masih menyimpan potensi konflik yang suatu saat akan meledak kembali. "Belum lagi masalah hukum yang sedang dihadapi para mantan pejabat tinggi Partai Demokrat, tentu berpotensi menjadi pemberitaan yang berdampak negatif bagi partai Demokrat. Jika kondisi ini terus berlanjut, bisa menimbulkan krisis kepercayaan publik," tutup Karyono Wibowo. (LAN/GN-02)

BACA JUGA: