GRESNEWS.COM - Mengapa tiba-tiba 25 DPD Partai Demokrat (PD) mengerucut, mendorong SBY maju jadi calon Ketua Umum PD? Padahal, semua orang paham, selama ini Anas Urbaningrum (mantan Ketum PD yang telah undur diri) lebih rajin sowan ke daerah. Bisa jadi, loyalis Anas sedang berusaha "menyelamatkan" suara di daerah.

Permintaan 25 DPD itu menjadi dilema tersendiri bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika diterima, banyak ganjalan, antara lain jabatannya sekarang masih Presiden (meski kerap diganggu isu "kudeta"). Prioritasnya bakal kerap dipertanyakan: buat Negara atau Partai.

Tapi jika dukungan itu tak direngkuh, calon yang digadang-gadang SBY dan Majelis Tinggi di Kongres Luar Biasa (KLB) nanti belum tentu bakal menang, terlebih jika pemilihan dilakukan secara demokratis. Karena kalau benar dukungan 25 DPD "diatur" loyalis Anas, suara mereka akan beralih dari SBY ke calon lain yang mestinya berasal dari kalangan dekat Anas.

Simak komentar mantan Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat M. Rahmad yang dikenal sebagai konco Anas Urbaningrum. Kepada Gresnews.com, lewat telepon ia menegaskan, peluang majunya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum PD sangat besar dengan adanya dukungan 25 DPD.

Namun Rahmad juga bilang, pertarungan bakal seru jika SBY tak ikut. "Saya dengar, tim sukses Pak Marzuki Alie terus bekerja untuk memenangkan dia di Kongres Luar Biasa (KLB) nanti. Tapi hasil konsolidasi kami mendukung Pak SBY atau Ibu Ani," tegas Rahmad. Jika SBY tidak maju, kata Rahmad, pertarungan akan diikuti Marzuki Alie dan Ani Yudhoyono. Jika Ani tak juga maju? Ya, Marzuki Alie dan Saan Mustopa di sana. Posisi Rahmad? Terang di belakang Saan!

Apakah Saan Memenuhi Syarat?

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok menjawab sangat normatif, saat diminta berkomentar soal konstelasi di dalam Partai. Kata dia, dalam Partai Demokrat tidak ada kubu-kubuan. "Tidak ada itu, kubu-kubuan, semua ikut arahan Majelis Tinggi dalam menentukan calon Ketua Umum PD," ucap Mubarok.

Lebih lanjut Mubarok menegaskan, tidak tepat jika SBY digiring untuk menjabat Ketum Partai Demokrat, mengingat jabatan Presiden yang disandangnya saat ini. "Saya pikir kurang tepat jika Pak SBY dipilih menjadi Ketua Umum, karena jabatan yang disandangnya saat ini di atas segala-galanya," imbuh Mubarok.

Saat dikonfirmasi soal majunya Saan Mustopa - kemungkinan besar didukung loyalis Anas - sebagai calon Ketua Umum, jika SBY atau Ani Yudhoyono enggan maju di KLB. "Silahkan saja mereka mencalonkan pilihannya dan atur strategi pemenangannya. Namun calon sendiri sudah di tangan Pak SBY," tandas Mubarok.

Hal senada disampaikan oleh politisi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana. Dia bilang, di Partai Demokrat tidak ada kubu-kubuan dalam pemilihan calon Ketua Umum. Pasalnya, calon yang akan maju harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Majelis Tinggi. Saat dimintai komentar terkait majunya Saan Mustopa, Sutan malah balik bertanya, apakah Saan memenuhi persyaratan sebagai Ketua Umum, sebagaimana diisyaratkan oleh Majelis Tinggi?

"Calon Ketua Umum PD adalah kader internal berprestasi yang telah berjuang berkeringat, demi memajukan dan membesarkan Partai, sehingga mampu memenangkan Pemilu 2009 lalu, dan berani mendahulukan kepentingan Partai ketimbang kepentingan pribadi, karena banyak yang mengicar posisi Ketua Umum," tegasnya.

Sementara itu, Pengamat Politik dari FISIP UI, Maswadi Rauf menegaskan, seharusnya SBY dapat menunjukkan ketegasan soal desakan dari 25 DPD PD yang ingin ia mengambil posisi Ketua Umum. "Tapi jika SBY maju, SBY akan menjadi sasaran tembak, karena posisinya sebagai Presiden yang dianggap lebih mementingkan kepentingan Partai ketimbang mengurusi bangsa dan negara," katanya.

Selain itu, terpilihnya SBY sebagai Ketua Umum berpotensi dibubarkannya Majelis Tinggi, karena SBY selaku Ketua Majelis Tinggi mengambil tawaran menjadi Ketua Umum. Soal loyalis Anas di Partai Demokrat, Maswadi meyakini, "Kekuataan kubu Anas di KLB nanti sudah habis. Itu makanya, "Calon Ketua Umum yang akan dicalonkan kubu Anas mustahil terpilih menjadi Ketua Umum," tuturnya.

Bola KLB bukan cuma masih liar, tapi juga kian panas. (DED/GN-02)

BACA JUGA: