GRESNEWS.COM - Perang kriteria calon Ketua Umum Partai Demokrat (PD) makin ramai, apalagi setelah Sekjen Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono bilang, "Hanya Tuhan, Bapak SBY, dan peserta KLB nantinya yang tahu."

Sekjen Partai Demokrat (PD), Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas mengaku hingga kini Partai Demokrat belum secara resmi memberikan nama-nama calon Ketua Umum yang akan dipilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali, 30-31 Maret 2013 mendatang.

Hal itu diucapkan putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers di Gedung DPP PD Jln. Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (21/3). Namun demikian, Ibas mengapresiasi nama-nama calon Ketua Umum yang beredar di media.

"Kami menghargai bahwa itu merupakan aspirasi dari kader-kader Demokrat," katanya. Ibas berharap KLB berjalan sederhana, khidmat, teduh, menghasilkan kesepakatan bersama yang bisa diperoleh melalui cara musyawarah.

"Siapa pun yang terpilih dalam KLB adalah tokoh yang dapat diterima seluruh kader Partai Demokrat. Tentunya memiliki semangat juang untuk memajukan Partai Demokrat sebagai partai yang lebih baik. Dengan catatan, orang tersebut benar-benar kader Partai Demokrat," ungkap Ibas.

"Tujuan lain KLB juga untuk memperkokoh soliditas kader, baik pusat maupun daerah agar siap menghadapi tahapan Pemilu 2014," ujarnya, sambil menambahkan, dalam KLB nanti dirinya akan bertindak sebagai Ketua Steering Committee dan Max Sopacua Ketua Organizing Committee.

Perang Kriteria

Setidaknya, dalam jumpa pers itu Ibas mempertegas dua lagi kriteria calon Ketua Umum Partai Demokrat, yakni "orang dalam" alias kader partai dan "dikenal baik oleh Tuhan" (karena hanya Tuhan yang tahu).

Di tempat yang sama, Max Sopacua menambahkan, syarat calon Ketua Umum Partai Demokrat harus sudah "tercatat sebagai kader dan pengurus partai selama lima tahun". Calon juga "tidak akan maju menjadi Calon Presiden 2014".

Ada lagi versi Sutan Bhatoegana yang menyatakan, calon Ketua Umum Partai Demokrat mendatang adalah sosok manusia "tak bertopeng" dan "tidak masuk dalam jaring laba-laba Nazarudin". "Nazarudin menjadi faktor penentu dalam KLB," tandasnya.

Sebelumnya, awal Maret 2013, beredar wacana di Majelis Tinggi bahwa calon Ketua Umum PD "tidak boleh merangkap jabatan di badan-badan Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif". Kemudian "disempurnakan" oleh Jero Wacik (19/3), dengan menyatakan, "boleh merangkap jabatan tapi tidak boleh jadi calon Presiden 2014".

Direktur Eksekutif President Institute M. Rahmad mengatakan, syarat calon Ketua Umum Demokrat tidak boleh menjadi Capres 2014 mendatang dinilai dapat merusak tatanan demokrasi yang selama ini sudah dibangun oleh Partai Demokrat. "Selain itu, pernyataan Pak Jero sangat bertentangan dengan prinsip dasar HAM,"ujarnya kepada Gresnews.com.

Banyaknya kriteria-kriteria "kreatif" ala Partai Demokrat yang belakangan muncul, memang menyisakan sejumlah tanya. Apakah seorang politisi sekelas Ketua Umum partai bisa harus menekan ambisinya menjadi orang nomor satu di Indonesia? Bagaimana jika ternyata ia kader terbaik di Partai Demokrat yang (sejatinya) layak diusung sebagai calon Presiden.

Begitu pun soal rangkap jabatan. Ketua Umum partai adalah jabatan politis, bukan jabatan profesional. Jika dilarang juga memegang jabatan profesional di lembaga-lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif, bukannya terkesan mengebiri kemampuan dan talent seseorang?

Menjadi pertanyaan juga, seberapa banyak kader-kader Partai Demokrat yang kasat mata maupun diam-diam tidak terkait dengan jaring-jaring Nazaruddin? Mestinya perlu secreening sangat ketat.

Partai Demokrat inginkan calon Ketua Umum terbaik. Namun dengan kriteria-kriteria yang ada, tampaknya yang agak mendekati adalah sosok "malaikat". Sayang, tak ada malaikat di partai berlambang bintang segilima itu, apalagi yang sudah lima tahun jadi anggota. (DED/GN-02)

 

BACA JUGA: