GRESNEWS.COM - Mereka yang berharap Kongres Luar Biasa Partai Demokrat berjalan "tak seram" - hanya ada satu calon yang akan dipilih secara aklamasi siap-siap gigit jari.

Adanya suara tak senada di antara Pengurus Partai soal bakal Ketum menjadi indikasi awal, mengapa jalannya KLB bisa lebih seram dari yang diperkirakan. Lebih menyeramkan jika perbedaan itu antara arus bawah dan arus atas.

Sebelumnya, kepada sebuah media online, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan pada Minggu (17/3) kemarin menyatakan, penentuan Ketua Umum PD akan berjalan secara aklamasi. Kandidat Ketum yang bakal dielus-elus pun akan dibocorkan oleh Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono sebelum berlangsungnya KLB.

Dua sampai tiga nama

Namun hal itu dibantah juru bicara Poros Tengah Kader Partai Demokrat, Mohamad Rifki. Saat dihubungi Gresnews.com, Rifki menegaskan, hingga kini pihaknya belum memperoleh informasi jika Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bakal mengeluarkan satu nama untuk ditetapkan sebagai Ketua Umum partai, menggantikan Anas Urbaningrum.

"Saya kira itu tidak mungkin terjadi, Pak SBY sendiri adalah sosok demokratis yang tidak akan memaksakan kehendaknya, dan dalam KLB nanti dirinya akan menyerahkan (pemilihan Ketua Umum) pada mekanisme yang ada, baik melalui pemungutan suara atau secara aklamasi," katanya.

"Saya rasa Pak SBY memiliki pemikiran yang sama dengan kami, satu napas, dan akan mengutamakan kepentingan partai dibandingkan dengan kepentingan pribadi," jelas Rifki.

Bantahan serupa disampaikan Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok kepada Gresnews.com hari ini (18/3). Ia menampik jika pertemuan Majelis Tinggi di Cikeas, Minggu (17/3) kemarin memunculkan satu nama untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

"Calon Ketua Umum akan disampaikan dalam menit-menit terakhir saat KLB berlangsung, dan hanya Pak SBY yang tahu, tidak ada orang lain yang tahu," kata Mubarok bermisteri.

Mubarok menambahkan, dalam KLB nanti dia memperkirakan akan muncul dua nama calon Ketua Umum. Namun saat dikonfirmasi, apakah satu di antara dua nama itu adalah dirinya, Mubarok menjawab enteng: "Saya tidak pernah berpikir ke arah sana, siapa memangnya yang mencalonkan saya?" dia balik bertanya.

Sementara itu, di tempat terpisah, politisi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana juga membantah kabar soal hasil pertemuan Majelis Tinggi Partai Demokrat Minggu (17/3) kemarin menjurus kepada satu nama yang akan digadang-gadang menjadi calon Ketua Umum Partai Demokrat.

"Tidak benar kabar itu, tidak ada itu," katanya. Sutan menambahkan, KLB yang akan digelar di Bali itu kemungkinan besar akan memunculkan dua sampai tiga nama.

Kegelisahan arus bawah

Dua atau tiga nama tampaknya bakal menjadi angka paling moderat, untuk memperkirakan berapa nama yang akan bertarung memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Namun bukan tak mungkin lebih dari itu.

Banyaknya alternatif dan spekulasi-spekulasi yang kencang beredar, tampaknya lama-lama mengkhawatirkan kader Partai Demokrat. Poros Tengah Kader Partai Demokrat misalnya, merasa perlu menunjukkan sikap, jauh sebelum KLB. Dalam rilis yang dikirim ke Gresnews.com siang ini (18/3), Poros Tengah prihatin terhadap suasana yang memanas menjelang pemilihan Ketua Umum.

Terutama manuver politik dari beberapa kader Partai Demokrat dalam mendorong calon gacoannya. Petarungan faksi-faksi dalam partai dikhawatirkan berimplikasi negatif terhadap konsolidasi partai. Faksi-faksi itu diharapkan mengutamakan kepentingan partai.

Dalam rilisnya, Poros Tengah menyebut 9 kriteria calon Ketua Umum: kader internal, punya jiwa kepemimpinan, kapasitas dan integritas yang baik, bersedia konsentrasi pada pemenangan partai, tidak mengemban jabatan strategis kenegaraan, mampu jadi pengayom kader, memegang prinsip dan etika politik Partai Demokrat (bersih, cerdas, dan santun), tidak ada tendensi politik pribadi, serta berkomitmen terhadap "Fakta Integritas".

Puncaknya, Poros Tengah memajukan tiga nama sebagai calon Ketua Umum baru: Prof. Subur Budi Santoso (Mantan Ketum), DR. Taufik Efendi (Mantan Menteri PAN), dan Prof. DR. Ahmad Mubarok (Anggota Dewan Pembina).

Dua atau tiga nama versi Poros Tengah mungkin beda dengan dua-tiga nama versi Mubarok, Bhatoegana, dan kader-kader lainnya. Namun, sebagai patron tunggal Partai Demokrat, siapa bisa menolak jika SBY datang dengan satu nama?

Itulah seramnya. Arus bawah ingin tetap proses yang demokratis. Sementara arus atas (baca: sebagian anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat), tercermin dari pernyataan Syarief Hasan, tampaknya lebih suka SBY memandu arah KLB. (DED/GN-02)

BACA JUGA: