GRESNEWS.COM - Mari berandai-andai. Andai saja pemilihan presiden dimajukan menjadi besok atau lusa, siapa kira-kira yang bakal terpilih? Hmm, ya betul, Joko Widodo. Banyak sudah hasil riset yang bilang begitu. Tapi fakta yang satu ini datang dari pengamatan di akun-akun media sosial.

Berdasarkan pengamatan di Republik Social Media, Jokowi memang menang jauh. Dia menjadi calon Presiden paling populer, dijagokan oleh lebih dari 60% (persisnya 63%, data Sabtu 16/3/2013) pengguna media sosial, mengalahkan Dahlan Iskan (15,16%), dan Jusuf Kalla (4,28%). Metode yang dilakukan boleh dibilang "baru" di Indonesia (meski di sejumlah negara sudah sangat populer), yakni melihat tren media sosial sebagai tren politik, dengan mengukur tingkat pembicaraan Twitter, Facebook, Blog, Media Online, dan Forum.

"Popularitas Jokowi benar-benar meroket dan tidak terbendung lagi di social media, terutama sejak terpilihnya dia sebagai Gubernur DKI Jakarta, September tahun lalu," tegas Denny Charter dan Andy Waryanto dari IndexPolitica, saat berbincang dengan Gresnews.com di kantornya di bilangan Cikini, Jakarta Pusat. "Ini adalah salah satu imbas dari Jokowi Effect DKI yang menjalar sampai ke seluruh penjuru Indonesia. Sudah tidak zamannya lagi politik janji atau tulisan di baliho. Rakyat menginginkan pemimpin yang action langsung di lapangan seperti Jokowi dan itu banyak ditiru," ujar Andy.

Peringkat kedua capres terpopuler versi media sosial adalah Dahlan Iskan. "Beliau aktif berinteraksi dengan follower-followernya. Interaksi tersebut menimbulkan engagement, apalagi setelah followernya tahu bahwa pak Dahlan Iskan sendiri yang menjadi admin akun di social media tersebut," papar Denny. Denny menjelaskan, salah satu kelebihan pemantauan tingkat popularitas calon presiden di media sosial adalah data bisa diakses secara real time. Artinya, perubahan yang terjadi dengan sangat dinamis itu dapat dipantau kapan saja, 24 jam, 7 kali seminggu.

Suara Potensial

Mengapa Jokowi bisa menjadi begitu superior di media sosial? Pengamat politik yang juga peneliti di Power, Welfare & Democracy Project Universitas Gajah Mada (UGM) Willy Purna Samadhi menilai lantaran sosok Jokowi cocok dengan patron pemimpin ideal versi para pengguna media sosial. Kepada Gresnews.com ia menjelaskan, pengguna media sosial kebanyakan berasal dari kelas menengah, kalangan berpendidikan, dan kritis. Mereka umumnya sudah bosan disuguhi berita-berita di media konvensional yang lebih banyak diisi sepak terjang pemimpin-pemimpin yang problematik.

Jokowi seolah menjadi alternatif dari kebosanan itu. Jika media konvensional kerap menyodorkan "iklan terselubung", dengan membungkus citra pemimpin-pemimpin problematik sebagai pemimpin ideal. Maka alam maya membebaskan pelaku media sosial untuk mengidolakan siapa pun.

Willy juga melihat, popularitas Jokowi di media sosial tidak serta merta. Popularitas itu bergerak bak bola salju. "Sejak masih menjadi Walikota Solo, kemudian ikut dalam Pilkada DKI, Jokowi sudah mendapat banyak mendapat respons positif dari pengguna Twitter, Facebook, dan sejenisnya," ujar Willy. Kicauan di media sosial tersebut rata-rata mengapresiasi Gubernur DKI itu sebagai pemimpin yang tak segan-segan membuat terobosan.

Apakah pengamatan di media sosial ini bakal sejalan dengan hasil Pilpres 2014, Willy menampik bicara terlalu jauh. "Cakupan pilpres jauh lebih luas daripada pemilihan walikota atau pemilihan gubernur." Masih harus dibuktikan, apakah popularitas itu bisa terus bertahan, sejalan dengan masa jabatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Artinya, dalam setahun ke depan, angka 63% itu bukan saja masih mungkin bertambah, tapi bisa juga tergerus.

Data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) akhir tahun 2012 lalu menunjukkan, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23% dari total jumlah penduduk negara ini. Tahun 2013, besaran itu diperkirakan naik sekitar 30% menjadi 82 juta pengguna. Kemudian terus tumbuh menjadi 107 juta pada tahun 2014 dan 139 juta atau 50 persen dari total julah penduduk negeri ini pada 2015.

Peningkatan akses internet itu berpengaruh terhadap perkembangan jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan Semiocast, sebuah lembaga riset media sosial berpusat di Paris, Prancis pada 2012 menunjukkan, jumlah pemilik akun Twitter di Indonesia adalah terbesar kelima di dunia. Indonesia di posisi kelima dengan jumlah akun 19,5 juta. Posisi teratas ditempati Amerika Serikat (107,7 juta akun), disusul Brasil (33,3 juta akun), Jepang (29,9 juta akun), dan Inggris (23,8 juta akun). Pada periode yang sama, pengguna Facebook asal Indonesia mencapai 43 juta orang.

Bisa dibayangkan potensi Jokowi jika ia bisa mempertahankan penguasaan atas Twitterland dan merebut hati lebih banyak Facebookers. (GN-02)

 

BACA JUGA: