JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta usai sudah. Pasangan calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dikalahkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Setidaknya ada lima faktor yang menyebabkan Anies memimpin perhitungan suara.

CEO Polmark Indonesia yang juga Timses Pemenangan Anies-Sandi, Eep Saefulloh Fatah, menyebut ada lima faktor penyebab jagoannya menang dengan selisih jauh dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. Ini lima faktor tersebut.

Pertama, Eep mengatakan terkarantinanya pemilih Ahok. Maksudnya adalah jumlah pemilih Ahok-Djarot tidak meningkat dan tidak mengecil.

"Maksud terkarantina adalah jumlah atau besaran pemilih Basuki-Djarot tidak meningkat dan tidak mengecil di putaran kedua bahkan mengalami penurunan hampir 14 ribu pemilih," ujar Eep di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4).

Selanjutnya, Eep mengatakan angka partisipasi dari putaran pertama ke putaran kedua mengalami peningkatan dari 77% menjadi 78%. Ini mengulang seperti tahun 2012 yang naik 2%.

"Sekarang meningkat satu koma sekian persen, peningkatan terjadi," imbuhnya.

Menurut Eep, yang paling menentukan adalah pada saat-saat terakhir atau masa tenang. Ketika masa tenang, timbul isu suap sembako.

"Ketika menurut saya penting, apa yang terjadi di akhir seperti masa tenang. Suasana kolektif yang mempengaruhi mereka, pada saat itu ada hujan sembako terjadi. Saya menduga secara kualitatif itu berfungsi negatif bagi yang berkampanye, itu pertama dalam sejarah pilkada membagikan sembako pada masa tenang dan memakai atribut kampanye," jelasnya.

Keempat, adalah perlawanan terhadap keunikan Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau potensi kejahatan kecurangan pemilu. Menurutnya, indikasi ini datang pada putaran pertama yang terkonsentrasi pada tempat-tempat paslon tertentu.

"Di Jakarta ini ada 1.848 TPS yang terindikasi seperti itu. Indikasi itu datang dari pemilih tambahan, hampir 250 ribu DPTB pada putaran pertama. Itu terkonsentrasi di tempat-tempat yang paslon tertentu berpotensi menang besar, jadi bisa kita kaitkan kedua TPS," imbuhnya.

Terakhir adalah faktor agama. "Faktor agama tentu saja memiliki pengaruh tertentu dikarenakan Al-Maidah. Saya ingin bilang kalau faktor agama itu seperti air bah. Penyebabnya adalah bendungan yang dibuka. Jadi, kalau ada pemimpin yang menjaga lisannya, masuk ke isu sensitif di negeri seperti Indonesia, maka harus terima konsekuensinya," tutup Eep.

PIAWAI MENGELOLA ISU - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masinton Pasaribu mengatakan ada tiga hal yang terpenting dalam pilkada, salah satunya pengelolaan isu. Menurutnya, tim sukses Anies Baswedan dan Sandiaga Uno unggul dalam pengelolaan isu.

Menurut PDIP, dalam pilkada ada tiga hal, yaitu figur atau aktor, mesin politik, dan pengelolaan isu. Di Jakarta ini, pengelolaan isu lebih jago Anies-Sandi. "Mulai dari isu tujuh program tadi sampai isu sentimen disampaikan," ujar Masinton di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4).

Menurut Masinton, tujuh program yang diunggulkan Anies-Sandi harus terealisasi saat mereka menjabat nanti. Masinton berharap program-program itu bukan sekadar janji.

Selain tujuh program Anies-Sandi direalisasikan, bisa meneruskan program Basuki-Djarot, yang mampu meningkatkan birokrasi secara transparan dan profesional. "Sehingga APBD Jakarta bisa terselamatkan dari orang yang tidak bertanggung jawab," kata Masinton.

"Program itu bukan hanya disampaikan, tetapi harus dikerjakan. Kemudian juga adalah menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," lanjutnya.

Masinton menerangkan menang-kalah merupakan hal yang biasa dalam dinamika pilkada. Hal terpenting adalah masyarakat Jakarta harus diuntungkan dari semua itu.

"Kami berharap Pak Anies-Sandi duduk bareng sama Pak Ahok-Djarot untuk ke depannya dalam menata Kota Jakarta ke depan," tutupnya.

Politisi Partai Gerindra, Rachel Maryam akan mengkritik Anies Baswedan dan Sandiaga Uno jika dalam memimpin DKI Jakarta banyak merugikan masyarakat. Menurutnya, kepentingan rakyat lebih utama.

"Kebijakan yang berpihak kepada rakyat banyak kami dukung 100 persen. Tapi kalau kebijakan tersebut tidak sesuai dengan janji kampanye, bahkan menyusahkan rakyat kami akan kritik paling depan," ujar Rachel di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4).

Menurut Rachel, partainya tidak akan membela pasangan Anies-Sandi secara membabi-buta. Tetap melihat cara kerjanya dan kepentingan rakyat yang utama.

"Contohnya seperti 2012 lalu, kami mengusung Jokowi- Ahok tapi ketika ada kebijakan yang bertolak belakang kami tidak segan mengkritik," tuturnya.

Rachel menuturkan saat ini masyarakat harus berpikiran baik dahulu terhadap Anies-Sandi bisa realisasikan janjinya. Program yang disusun pada saat kampanye bukan asal-asalan.

"Saya rasa sekarang kita berpositif thinking dulu ya. Kami rasa percaya bahwa Anies-Sandi bisa realisasikan janji-janji kampanyenya," imbuh Rachel.

"Kami ciptakan hal positif dulu jangan dulu berburuk sangka, nanti kalau sudah berjalan dan dilantik ada yang melenceng baru dikritik," pungkasnya. (dtc/mfb)

BACA JUGA: