JAKARTA, GRESNEWS.COM - Isu perombakan (reshuffle) kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan  Jusuf Kalla terus berhembus. Bahkan di seputaran publik kini beredar daftar nama tokoh yang disebut-sebut akan duduk sebagai menteri menggantikan menteri tertentu. Kendati daftar nama itu belum bisa dipastikan kebenarannya. Pihak Istana Kepresidenan sejauh ini juga belum memastikan rencana reshuffle itu. Mereka kerap menyebut soal kapan dan siapa yang akan di-reshuffle hanya presiden yang mengetahuinya.

Isu reshuffle juga terus menguat menyusul bergabungnya sejumlah partai yang sebelumnya berseberangan dengan pemerintah seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Bergabungnya partai-partai ini belakangan memunculkan spekulasi perombakan kabinet makin menguat.

Kabar kepastian akan adanya reshuffle ini sempat diutarakan Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki. Menurut Teten, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berulang kali memberikan sinyal yang jelas akan kemungkinan ada perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja. Namun soal kapan waktu reshuffle, Teten mengaku, masih menunggu waktu yang tepat.

"Sinyal Presiden kan sudah cukup jelas, sinyalnya presiden perlu melakukan reshuffle, dan reshuffle ini dikaitkan dengan upaya untuk memperbaiki kinerja pemerintah," kata Teten seperti dikutip setkab.go.id, Senin (6/7) lalu.

Hanya saja, kata Teten, kapan dan siapa nama-nama menteri yang akan di-reshuflle, sejauh ini  Presiden Jokowi belum membahas secara khusus. Namun, menurutnya, pada saatnya nanti, Presiden akan menentukan kapan waktunya.

Namun pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai langkah pemerintah melakukan reshuffle tidak akan banyak membantu kinerja kementerian. Bahkan langkah itu, kata Agus, akan sangat rentan dipolitisasi sehingga reshuffle pun belum pasti memberikan hasil kinerja pemerintah yang lebih baik.

"Kalau reshuffle sekarang enggak banyak gunanya. Karena pemerintahan sudah dua tahun. Apalagi kalau menteri barunya gak cerdas, lama lagi belajarnya," kata Agus dihubungi gresnews.com, Jumat, (15/7).

Menurut Agus, reshuffle bukan pilihan presiden untuk membenahi kinerja kementerian. Dia bahkan sangsi perombakan kabinet akan menjamin perbaikan. "Belum tentu di-reshuffle negara ini lebih baik kan?" tanya Agus.

Dia justru  melihat persoalan utamanya bukan pada kinerja kementerian yang harus diubah. Namun sejauh ini ada pihak luar yang berusaha memberi masukan kepada presiden. Akibatnya, timbul kegaduhan politik yang membuat presiden melakukan perombakan kabinet.

"Catatan saya, bukan kabinet yang perlu diutak-atik, tapi para pembisik di sekitar presiden yang harus disingkirkan," ungkapnya.

Wacana perombakan kabinet sebelumnya sempat mencuat pada April lalu. Namun tak sempat terlaksana dengan alasan yang belum jelas.

Perombakan kali ini, beredar sejumlah nama posisi menteri yang diisukan akan dirombak seperti Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi. Selain itu, ada pula nama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Agraria Ferry Mursydan Baldan. Beberapa menteri itu bahkan sempat dipanggil Presiden ke Istana Negara.

RESHUFFLE DORONG KINERJA - Namun pandangan berbeda diungkap pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti. Menurut Ray, jika pemerintah bermaksud meningkatkan kinerja kementerian, saat ini menjadi momentum bagi presiden melakukan perombakan kabinetnya.

"Reshuffle ini sejatinya keharusan jika Jokowi ingin mengoptimalkan kinerja jelang tiga tahun berkuasa," kata Ray dihubungi gresnews.com, Sabtu (16/7).   

Menurutnya, masih banyak agenda pemerintah yang belum tercapai khususnya pada bidang ekonomi dan revolusi mentalnya. Selain itu, Ray memandang perombakan kabinet merupakan keharusan untuk mengakomodasi partai politik yang bergabung.

Namun Ray mewanti-wanti, perombakan kabinet harus dilakukan dalam konteks memperkuat barisan politik untuk menunjang kinerja pemerintah.

"Setidaknya ada perubahan komposisi untuk menyolidkan barisan pendukung Jokowi," tegas Ray.

BACA JUGA: