JAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sangat terinspirasi dengan para ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang mampu menyelaraskan nilai-nilai keislaman yang universal menjadi Islam yang membumi dan menyatu dalam budaya nusantara. Sehingga yang terwujud adalah Islam Nusantara, bukan Islam di Nusantara. Islam Indonesia, bukan Islam di Indonesia.

"Ini adalah sumbangan otentik yang nyata dari para ulama NU. Semangat ini harus terus dikembangkan di masa yang akan datang," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Istighotsah Menyambut Ramadhan1436 H dan Pembukaan Munas alim Ulama", di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (14/6) sore seperti dikutip setkab.go.id.

Presiden berharap para ulama NU melanjutkan kembali jejak pendahulunya, mengambil bagian dalam menjawab tantangan bersama, dan menempatkan NU menjadi bagian penting dari tiang penyangga Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.

Bersama berbagai elemen bangsa yang lain, kata Jokowi, NU bisa menjadi contoh bagaimana membangun masyarakat yang damai dan rukun dalam keragaman. Bila itu dilakukan maka bangsa ini bisa menjawab tantangan kebangsaan dalam semangat persatuan Indonesia dan gotong royong.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga berharap agar NU turun berperan aktu membantu pemerintah menjawab tantangan ke depan. "Tantangan kita banyak sekali, yang kalau disebutkan tidak akan selesai dalam sehari," katanya.

Tantangan itu adalah para mafia. "Saya harap NU bisa membantu melawan mereka,” pinta Presiden Jokowi.

Kepala Negara menyebutkan, setiap hari berhadapan dengan mafia narkoba, mafia illegal fishing, mafia migas, dan mafia pangan yang harus bersama-sama diselesaikan.

Mengenai penetapan Hari Santri Nasional, Presiden Jokowi menegaskan akan mengikuti saran PBNU yang menetapkan hari santri pada 22 Oktober.

"Jika sudah melalui musyawarah dan proses yang matang, saya minta kepada Menteri Agama agar secepatnya diproses sehingga cepat masuk ke meja saya untuk langsung saya tandatangani ketetapan hari santri tersebut," tegas Presiden Jokowi.

Ketum PBNU Said Aqil Siradj juga memberikan sambutan pembukaan Munas Ulama sekaligus istighotsah menyambut bulan Ramadhan. Said menyampaikan mengenai peran NU untuk Islam nusantara.

"Bagi para ulama NU baik itu Wahid Hasyim dan yang lain seperti Hasyim Asy´ari memandang bahwa Pancasila adalah ahlusunnah wal jama´ah. Maka NU menegaskan bahwa pengamalan Pancasila adalah wujud menegakkan syariat Islam," tutur Said di Masjid Istiqlal, Minggu (14/6).

Dia juga menyatakan bahwa NU sejak awal tetap mempertahankan tradisi Islam nusantara. Maksudnya adalah bagaimana ajaran agama Islam mampu berbaur dengan tradisi masyarakat Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu.

"Islam hadir bukan untuk menghapus tradisi yang baik yang sudah ada. Justru kehadiran Islam adalah untuk melengkapi tradisi nusantara," imbuh Said.

Selain itu dia menambahkan bahwa Islam nusantara kemudian disimpulkan menjadi Pancasila. Sehingga dalam ajaran Islam juga terdapat nilai-nilai Pancasila.

"Bagi NU, Pancasila adalah pengejawantahan Islam nusantara. Keberadaan Pancasila menjadi samar-samar setelah masuknya budaya kolonialisme. Yang memprihatinkan adalah jauhnya negeri ini keadilan sosial," kata Said.

Said kemudian menyebutkan negara-negara Islam yang kini berkonflik seperti Iraq hingga Yaman. Padahal apabila negara-negara itu juga menjalankan ajaran agama Islam seperti di Indonesia, maka konflik dapat dihindari.

Kemudian Said menegaskan bahwa NU akan terus mempertahankan Islam nusantara. Oleh karena itu akan membantu pemerintah dalam mewujudkan keadilan sosial.

"Kami berpikir bahwa ada tiga hal yang tak boleh diswastanisasi. Yang pertama adalah air, kemudian energi, dan ketiga adalah kehutanan, PBNU berharap pemerintahan saat ini bisa lebih serius menata kesenjangan. Yang mengkhawatirkan menimbulkan konflik sosial," ungkap Said.

Musyarawah Nasional Alim Ulama NU yang dibuka hari ini merupakan rangkaian dari Muktamar ke-33 NU pada awal Agustus mendatang di Jombang, Jawa Timur.

Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Agama Lukma Hakim Saifuddin, Menkominfo Rudiantara, Menpora Imam Nahrawai, Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki, tokoh muda NU yang juga Kepala BNP2TKI Nusron Wahid, dan ribuan warga NU Jabodetabek. (dtc)

BACA JUGA: