JAKARTA, GRESNEWS.COM - Aparat Polri dan TNI masih terus melakukan pengejaran terhadap kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menyandera warga di Desa Kimbely dan Desa Banti, Mimika, Papua. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut sudah ada yang diamankan terkait peristiwa tersebut. "Ada, ada yang sudah diamankan," kata Tito kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (9/11).

Pasukan dari TNI-Polri bersiaga di dua desa tersebut untuk menjaga keamanan. Selain itu, ada tim khusus yang mengejar anggota kelompok bersenjata. "Jadi memang ada tim yang mengamankan lokasi-lokasi, hampir 1.000 orang untuk amankan selama ini. Juga ada tim pengejar, tapi saya tidak akan sebutkan jumlah tim pengejar untuk kerahasiaan operasi," sambung Tito.

Tito menyebut isu kesejahteraan sosial menjadi salah satu isu pemicu adanya konflik KKB ini. Permasalahan ini timbul akibat perebutan limbah (tailing) hasil olahan Freeport yang diperebutkan warga lokal maupun pendatang.

Freeport sendiri mendapatkan pengamanan dari Polri dan TNI. "Yang jelas, pengamanan Freeport sendiri selama ini dengan adanya MoU dengan Freeport, Polri dan TNI di sana, lebih-kurang dari atas sampai bawah 74 mil, gunung kanan-kirinya jurang yang ada sungainya. Tempat mendulang itu hutan-hutan lebat, jurangnya dalam-dalam," paparnya.

Ada dua kelompok KKB yang sering membuat kekacauan di sana. Mereka menjadikan para penambang liar ini sebagai tameng dari kejaran aparat Polri-TNI. Kapolri melihat belum ada motif permintaan tebusan yang dilakukan oleh KKB dalam aksi ´penyanderaan´ ini.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, dua desa itu sudah 3 hari lamanya disandera KKB. "Ada 200 personel gabungan TNI-Polri untuk tangani kasus ini. Polri sendiri mendapat bantuan dari Kelapa Dua (Mako Brimob)," kata  Ahmad.

Dalam upaya menangkap KKB, Kamal menjelaskan, aparat tak bisa serta merta masuk ke wilayah dua desa tersebut. Oleh sebab itu, aparat saat ini mengedepankan tokoh-tokoh masyarakat untuk melakukan negosiasi dengan KKB.

"Kita mau menuju ke sana itu, kalau TNI-Polri bisa langsung dihujani (tembakan) sama mereka. Jadi beberapa titik itu sudah ada KKB. Tindak lanjutnya, di sana kan ada tokoh masyarakat, tokoh adat, kepala suku. Warga masyarakat di bawah naungan kepala suku. Kita lakukan upaya negosiasi ngomong ke kepala suku," terang Kamal.

"Langkah polisi sampai saat ini masih mengandalkan tokoh masyarakat di Tembagapura, para pendeta untuk bernegosiasi supaya jangan libatkan masyarakat sipil," tandas Kamal.

Kamal menerangkan aparat TNI-Polri belum daapat berkomunikasi dengan KKB. "Kalau KKB tidak mau berkomunikasi dengan kita. Dalam arti kata, kita juga nggak ada akses ke sana," imbuh Kamal.

Dugaan saat ini, Kamal melanjutkan, KKB yang mengisolasi dua desa tersebut berasal dari Puncak Jaya, Intan Jaya, Tolikara, Lanny Jaya dan Paniai. "Warga masyarakat di sekitar lokasi itu, mereka tidak suka sama kelompok-kelompok ini karena mereka bukan penduduk asli daerah situ," ujar Kamal.

Kegiatan warga di dua desa tersebut dibatasi dan akses antara dua desa tersebut menuju Tembagapura diputus. "Bagi ibu-ibu, boleh belanja ke Tembagapura. Bagi laki-lakinya tidak bisa keluar dari Desa Kimbely sama Desa Banti. Di sana warganya masyarakat asli Papua dan masyarakat pendatang," kata Kamal.

Kamal menjelaskan dua desa tersebut berada sejalur di antara dua bukit tinggi. KKB sengaja merusak jalan menuju Tembagapura dengan menggali tanah hingga berlubang dan juga menempatkan batu-batu agar kendaraan tidak dapat melintas.

"Dari Tembagapura menuju desa itu kan satu lerengan. Kan ada dua bukit tinggi di Tembagapura, kanan-kiri, ada jalan dan sungai di bawahnya. Nah ketika kita mau ke desa itu harus melalui titik-titik itu. Itu lah yang dijaga oleh KKB. Jadi mereka tidak boleh melintas ke Tembagapura," jelas Kamal.

"Masyarakat yang sakit dan sebagainya tidak bisa serta merta lewati situ. Karena KKB sudah tanam batu-batu, termasuk jalan itu sudah digali sehingga ketika mobil mau melintas dan sebagainya, harus dirapikan dulu baru bisa melintas. Itu kondisinya di sana," sambung Kamal.

Polisi mengetahui adanya pengisolasian dua desa oleh KKB karena melihat sepinya aktivitas warga di pasar Tembagapura. Seorang warga perempuan menceritakan akses jalan telah putus sehingga warga harus berjalan kaki jika ingin pergi ke Tembagapura.

"Kita tahu mereka diisolasi ketika lihat masyarakat kok sepi sekali. Ada salah satu warga perempuan yang belanja ke Tembagapura menyampaikan bahwa transportasi sudah putus, makanya mereka perlu jalan kaki ke Tembagapura," ujar Kamal. (dtc/mag)

BACA JUGA: