JAKARTA - Ada dugaan kepentingan tertentu yang mendorong masuknya PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) ke dalam bisnis pelayanan internet melalui anak usahanya Icon+ (Iconnet).

Ketua Forum Ekonomi Kontitusi dan pengamat BUMN Defiyan Cori menyampaikan sisi positif dan negatif langkah PLN itu.

"Saya menduga ini bisnisnya adalah bisnis yang ditumpangkan ke PLN. Artinya PLN tidak bisa menolak," kata Defiyan melalui percakapan telepon kepada Gresnews.com, Sabtu (5/6/2021).

Defiyan menilai program Iconnet PLN tersebut lebih banyak sisi negatifnya dibandingkan dengan sisi positif. "Kalau kemudian ditanya positif dan negatifnya, menurut saya, itu lebih banyak negatifnya nanti di masa depan," jelasnya.

Dia menuturkan bisnis internet ini sebenarnya bukan bisnis inti PLN. Jadi dia merasa aneh. Hal itu akan menjadi sangat kontraproduktif dalam pemasarannya nanti. Butuh dana besar untuk promosi dan PLN tidak bisa melakukan penetrasi pasar karena bisnis ini sudah dikuasai oleh para pemain yang sudah memiliki kompetensi inti di bidang tersebut. Apalagi sudah ada sesama BUMN yang bermain di bisnis itu seperti Telkom, Telkomsel, Indosat dan lain-lain.

"Jadi menurut saya ini sesuatu upaya yang tidak masuk akal, yang hanya menambah permasalahan baru di kemudian hari," tuturnya.

Menurut UU BUMN, terkait pendirian usaha pelayanan internet Iconnet oleh PLN itu diperbolehkan dan sangat terbuka. Karena kebijakan itu bisa dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Defiyan menilai UU tersebut harus segera direvisi karena memiliki kecenderungan antara BUMN saling bersaing dan tidak mendukung pelaksanaan usaha bisnis masing-masing.

"Sekarang kan sudah terjadi, BUMN Karya juga punya bisnis energi. Jadi ini problem ada pada UU dan pada integritas pembuat kebijakan. Ini masalah utamanya, terkait dengan perluasan usaha, diversifikasi usaha dan lain-lain," katanya.

Menurut dia, kuncinya ada pada Pasal 14 Undang-Undang BUMN yang menyatakan bahwa rapat umum pemegang saham identik sama dengan menteri BUMN. Dari situ otomatis kesewenangan, sesuka hati, akan sangat ditentukan oleh baik buruknya iktikadi dari Menteri BUMN sebagai figur RUPS.

"Jadi RUPS-nya itu yang harusnya diperluas. Tidak bisa RUPS oleh Menteri BUMN sendiri. Dan Pasal 14 ayat (2) itu adalah pasal yang kemudian adalah menurut saya kekuasaan Menteri BUMN sangat besar dalam menentukan perjalanan BUMN," terangnya.

Defiyan mengatakan ppelayanan internet Iconnet PLN merupakan kepentingan dari pihak lain untuk dimasukkan ke bisnis PLN. Apalagi PLN sedang menghadapi permasalahan keuangan dengan utang sebesar Rp500 triliun. Dan utang itu harus diklarifikasi juga oleh PLN. Apa benar sejumlah itu? Karena tahun 2017 utang PLN baru sekitar Rp42 triliun. "Empat tahun kemudian kok menjadi Rp400 triliun. Ada apa?" ujarnya.

Itu menjadi pertanyaan publik yang harus dijawab oleh direksi dan komisaris PLN. "Saya menduga ini bukan keinginan PLN. Ada pihak-pihak tertentu," pungkasnya.

Sementara itu menurut Direktur Utama PT PLN Zulkifli Zaini, PLN siap menghadapi persaingan bisnis layanan internet dengan meluncurkan Iconnet yang memberikan kemudahan, andal dan tanpa batas, melalui anak usahanya, PT Indonesia Comnets Plus (ICON+).

"PLN terpanggil untuk ikut berkontribusi menerangi seluruh negeri ini dengan memberikan akses informasi yang cepat melalui penyediaan internet. Dengan sinergi antar anak perusahaan PLN," kata Zulkifli melalui pesan elektronik yang diterima oleh Gresnews.com, Sabtu (5/6/2021).

Menurut PLN, pada saat ini yang diketahui bahwa data pengguna fixed broadband internet di Indonesia pada 2020 meningkat dari 12% menjadi 15%. Hal ini menjadi peluang bagi ICONNET untuk dapat berkontribusi pada pasar fixed broadband internet dalam menyediakan layanan internet fiber optic.

"Terutama untuk menjangkau kebutuhan masyarakat di era digital serta era adaptasi kebiasaan baru (new normal)," jelasnya.

Zulkifli juga menjelaskan, Iconnet merupakan bagian dari transformasi yang dilakukan PLN. Dia mengajak segenap perusahaannya dapat bersungguh-sungguh meraih keberhasilan di bidang layanan internet.

"Mari kita capai setiap keberhasilan dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, agar kelak hasil dari transformasi ini dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi seluruh PLN-ers maupun bagi bangsa dan negara," serunya.

Dia juga menyadari bahwa menjalankan usaha penyediaan layanan internet membutuhkan upaya yang tidak mudah, namun dirinya optimistis melalui sinergi PLN Group, solusi akan ditemukan.

"Saya yakin, tantangan-tantangan dapat diselesaikan dengan baik apabila semua tim di PLN Group berkolaborasi dan bersinergi untuk dapat mencari solusi atas segala masalah yang ada. PLN membangun jaringan listrik hingga ke seluruh pelosok negeri yang akan kami ekspansi dengan jaringan internet. Ke depan, tentunya di mana ada listrik, di situ ada Iconnet," tegas Zulkifli.

Zulkifli juga menuturkan dengan kehadiran Iconnet bagi masyarakat di seluruh Indonesia, PLN sudah siap menjawab kebutuhan dan tuntutan pelanggan antara lain tuntutan akan internet yang andal, cepat, dan sesuai dengan keekonomian masyarakat Indonesia.

"Diharapkan, Iconnet mampu bersaing meraih pangsa pasar terbesar pengguna layanan internet dan dapat menjadi market leader fixed broadband internet di Indonesia," tuturnya.

Selain itu, kata dia, melalui Iconnet, PLN akan turut mengakselerasi arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yakni program digitalisasi UMKM untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat.

"Kini, layanan internet yang andal, terjangkau dan tanpa batas dari Iconnet dapat dengan mudah diakses melalui aplikasi PLN Mobile," ujarnya.

(G-2)

BACA JUGA: