JAKARTA - Anak tanpa pendampingan menjadi objek yang rentan ketika berhadapan dengan hukum. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, selama 2019, laporan terbanyak yang masuk ke lembaga tersebut adalah kasus anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

Beragam kasus mulai dari kasus pelecehan seksual yang melibatkan pelaku anak siswa SD dan SMP yang memperkosa hingga hamil seorang siswi SMA di Probolinggo, Jawa Timur, April 2019, hingga kasus kekerasan fisik dan perundungan (bullying) yang menewaskan dua orang siswa SMA Taruna Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan, adalah beberapa contoh yang bisa disebutkan. Menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti, kasus anak berhadapan dengan hukum itu adalah yang terbanyak dilaporkan sejak 2011 sampai tahun lalu. "Total kasus sampai di atas 10.000 dari 2011 hingga 2019," kata Retno kepada Gresnews.com, Jumat (17/1).

Sejak 2011 sampai 2019, jumlah kasus anak berhadapan dengan hukum yang dilaporkan ke KPAI mencapai 11.492 kasus, jauh lebih tinggi dari pada laporan kasus anak terjerat masalah kesehatan dan narkotika (2.820 kasus), pornografi dan cyber crime (3.323 kasus), serta trafficking dan eksploitasi (2.156 kasus).

"Mungkin kalau cyber karena eranya sudah begini ya. Jadi anak-anak korban digital pun sangat tinggi. Anak terpapar pornografi, game online itu juga cukup tinggi, sehingga wajar kalau angkanya memang melesat," ungkapnya.

Jika ditelaah, kasus anak berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kekerasan seksual cenderung melonjak tajam. Pada 2011, pelaku kejahatan seksual anak sebanyak 123 kasus. Jumlah tersebut naik menjadi 561 kasus pada 2014, kemudian turun menjadi 157 kasus pada 2016, dan pada medio Januari sampai Mei 2019, jumlah kasus anak berhadapan dengan hukum sebagai pelaku kekerasan seksual mencapai 102 kasus.

Selain kasus kekerasan seksual yang dilakukan anak, kasus perundungan fisik dan psikis yang dilakukan anak juga cukup menyita banyak perhatian. Menurut data KPAI, laporan kasus anak berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kekerasan fisik dan psikis mencapai 140 kasus pada 2018. "Kami yakin pada tahun 2020 itu masih sama," katanya. (G-2)

BACA JUGA: