JAKARTA - Dinamika politik di dalam tubuh Partai Golkar sedang menggeliat, mengingat Desember mendatang akan diselenggarakan musyawarah nasional untuk memilih ketua baru. Sebagai salah satu partai tertua, pemilihan ketua umum Partai Golkar menjadi perhatian masyarakat saat ini.

Pengamat politik sekaligus praktisi survei, Saiful Mujani, menyebutkan adanya kontestasi menunjukkan bahwa Partai Golkar merupakan partai politik yang masih jauh dari nilai-nilai oligarki. Ini menjadi tantangan yang harus dipertahankan oleh Partai Golkar bahkan dijadikan nilai tambah bagi partai berlambang pohon beringin itu. Apalagi ketika iklim demokrasi dan keterbukaan saat ini, justru pengaruh kekuatan oligarki sangat dominan di partai lain selain Partai Golkar.

"Kekuatan kapital memang sering dijadikan alat utama dalam dinamika perpolitikan partai saat ini. Banyak lah kita lihat kekuasaan dipegang oleh beberapa orang kuat dalam partai. Nah, di Golkar menjadi berbeda karena ada rivalitas dan kontestasi sesama kader," ujar doktor ilmu politik lulusan Ohio University itu kepada Gresnews.com usai sebuah diskusi, Rabu (13/11), di Jakarta.

Ia menjelaskan alasan lain Partai Golkar jauh dari kepentingan oligarki adalah bahwa partai ini memiliki kekuatan dan kecakapan dalam mengolah organisasi maupun perpolitikan di antara para kadernya. Bisa dilihat dalam kontestasi yang sedang ramai saat ini muncul suasana demokratis dan dinamikanya. Semua itu bisa terjadi lantaran jelas bahwa Partai Golkar adalah milik para kader-kadernya, bukan partai boneka yang bisa dimainkan oleh segelintir kelompok kepentingan saja.

Sementara itu tokoh senior Partai Golkar Iskandar Mandji berpendapat partai politik termasuk Partai Golkar harus mempunyai beberapa fungsi yang berjalan bersamaan. Di antaranya harus menjadi sarana komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen, mengatur konflik politik, mengontrol dan melakukan partisipasi politik.

Ia melihat kendati terbebas dari oligarki, Partai Golkar memiliki kelemahan dalam hal kaderisasi, sehingga sulit untuk menjaring pemimpin. Kelemahan tersebut harus dibenahi oleh Partai Golkar agar dapat menjaring pemimpin yang kuat, muda dan profesional. "Jangan sampai Ketua Umum Golkar hanya orang yang tahu politik saja. Harus tokoh profesional dan bisa bekerja sama dengan pemerintah," kata iskandar. (G-2)

BACA JUGA: