NEPAL, GRESNEWS.COM - Warga Nepal marah lantaran buruknya mekanisme penyaluran bantuan usai bencana gempa 7,9 SR menimpa mereka pada Sabtu (25/4) lalu. Warga yang rumahnya hancur akibat gempa bahkan sempat bentrok dengan polisi anti hura hara. Warga yang marah berunjuk rasa di Kathmandu karena kurangnya transportasi dari kota dan keterlambatan dalam pendistribusian bantuan pada Rabu (29/4). Ribuan orang juga menunggu bus untuk membawa mereka ke daerah pedesaan.

"Kami ditinggalkan kelaparan dalam keadaan kedinginan dan yang terbaik yang bisa diberikan pemerintah adalah antrean ini," ujar seorang korban gempa, Rajana, saat mengantre menunggu bus untuk kembali ke rumahnya yang berada di desa seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/4).

Pada aksi demo tersebut, seorang saksi mengatakan sebuah truk yang membawa air minum dihentikan paksa di jalan dan pengunjuk rasa naik di atasnya. Mereka lantas melemparkan botol-botol ke arah kerumunan massa. Emosi pun berkobar, sementara polisi anti hura hara berdiri di belakang gulungan kawat berduri saat demonstran turun ke jalan.

Dilaporkan juga beberapa helikopter yang berhasil mencapai di daerah terpencil di Nepal berhadapan dengan penduduk desa yang putus asa. Mereka memohon untuk dievakuasi dengan helikopter.

Kerusuhan juga terjadi di Desa Sangachowk di mana para penduduknya marah dan memblokir jalan utama dengan ban. Sebuah truk yang membawa bantuan beras dihentikan saat sedang menuju daerah lain.

"Kami tidak diberi makanan oleh pemerintah. Truk yang membawa beras lewat dan tidak berhenti. Posko Kabupaten mendapatkan semua makanan," ucap seorang warga setempat, Udhav Giri.

Bahkan penduduk desa juga dilaporkan memblokir konvoi truk tentara yang membawa banyak pasokan bantuan. Ketegangan terjadi antara warga dengan tentara bersenjata. Di wilayah timur Kathmandu tepatnya di Dolakha, kemarahan warga berujung pada pemecahan kaca jendela di gedung administrasi lokal.

"Lebih dari 200 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Kami diberitahu bahwa bahan-bahan (bantuan) dalam perjalanan, tapi kami belum juga menerimanya," ungkap Kepala Distrik Petugas Prem Lal Lamichhane.

Pemerintah Nepal sendiri sebelumnya mengaku kewalahan dengan adanya bencana gempa yang menewaskan lebih dari 5.000 orang tersebut. PBB sendiri mengucurkan dana sebanyak US$ 415 miliar untuk membantu korban yang terkena dampak gempa Nepal.

Meski bantuan mulai datang, sejumlah orang di daerah terpencil yang paling dekat dengan pusat gempa justru terdampar tanpa tempat tinggal, makanan, dan air. PBB mengatakan ingin mendukung upaya pemerintah untuk memberikan bantuan darurat di Nepal selama 3 bulan ke depan.

"Upaya perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk memastikan bantuan yang vital mencapai semua yang terkena dampak, terutama di daerah terpencil," tutur Koordinator PBB untuk Nepal, Jamie McGoldrick.

Terlepas dengan adanya kerusuhan tersebut, sejumlah warga yang rumahnya tidak hancur memutuskan kembali setelah menghabiskan 4 malam di tempat terbuka. Bahkan ada informasi mesin uang telah diisi ulang dan beberapa pedakang kakli lima juga sudah mulai kembali berdagang.

Sebanyak lebih dari 5.200 orang tewas akibat gempa 7,9 SR yang melanda Nepal. Pemerintah setempat mengharapkan bantuan tenda bagi warganya yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa yang terjadi pada Sabtu (25/4) lalu itu.

Menurut Menteri Informasi dan Komunikasi Nepal, Minendra Rijal, masih banyak yang harus dilakukan terkait dengan berlangsunya operasi bantuan. Setengah juta tenda sangat dibutuhkan segera karena banyak warga Nepal terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat gempa.

"Hidup kembali normal, tetapi membutuhkan waktu agar keadaan benar-benar kembali normal. Kami masih belum bisa benar-benar mengelola untuk memberikan bantuan," kata Rijal seperti dilansir dari CNN, Kamis (30/4).

Pemerintah Nepal berharap agar pesawat-pesawat bantuan, khususnya dari India dan Thailand, akan mengangkut banyak tenda esok hari. Saat ini, tenda yang baru tersedia hanya sebanyak 4.700 dan 22 ribu terpal untuk mereka yang membutuhkan tempat tinggal. Rijal menyatakan Pakistan diharapkan akan membawa 100 ribu bantuan tebda.

"21 helikopter, termasuk 7 dari yang disediakan India, telah membantu dalam upaya penyelamatan dan bantuan, dengan 866 orang diselamatkan oleh udara dan lebih dari 1.000 orang diselamatkan dengan transportasi darat," tutur Rijal.

Para petugas penyelamat pun terus berusaha untuk menjangkau orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Namun cuaca yang tak bersahabat menjadi kendala dalam misi kemanusiaan tersebut. Hujan deras yang melanda Nepal mempersulit mereka yang tidur di tempat-tempat terbuka karena belum mendapatkan bantuan tenda. Sebagian warga Nepal juga merasa tidak aman berada di dalam gedung setelah adanya gempa susulan.

Hujan yang sering terjadi juga mempersulit pekerjaan tim penyelamat untuk membantu para korban yang terluka. Seperti halnya bagi tim dari rumah sakit lapangan militer yang berada di Kathmandu. "Hujan telah tiba dan dalam banyak kasus ini adalah skenario terburuk. Ini yang tidak diharapkan akan terjadi," tutur salah seorang petugas medis di RS tersebut, Dr. Sanjay Gupta.

Menurut Pusat Koordinasi Darurat Nasional Nepal hingga Rabu (29/4) malam, sebanyak 5.238 orang dikonfirmasi tewas akibat gempa dahsyat di Nepal. Sementara 10.348 lainnya mengalami cidera. Para pejabat Nepal juga telah memperingatkan korban tewas diperkirakan akan meningkat. Dua negara tetangga Nepal, India dan Tiongkok melaporkan ada sejumlah warganya yang tewas akibat gempa. Sebanyak 75 warga India, dan 25 warga Tiongkok. (dtc)

BACA JUGA: