JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kasus penyerangan oleh gerombolan bersenjata terhadap aparat kepolisian di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua belum selesai. Setelah kasus penyerangan terhadap Polsek Sinak pada Minggu (27/12), terakhir pesawat Twin Otter yang ditumpangi Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Paulus Waterpaw juga mengalami insiden penembakan.

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Polisi Suharsono mengatakan, saat pesawat yang ditumpangi Paulus hendak mendarat di Sinak, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Meski begitu, rombongan Kapolda tetap mendarat di Sinak.

Suharsono mengatakan, tak ada kerusakan akibat serangan tersebut. "Tidak ada kerusakan di pesawat," kata Kabag Penum Kombes Suharsono di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/12).

Setelah kondisi dipastikan aman, Kapolda kemudian memimppin evakuasi para anggotanya di Polsek Sinak, lokasi penembakan oleh kelompok bersenjata. "Sekarang Kapolda sedang memimpin evakuasi, bersama Dandim dan lain-lain," ujar Suharsono.

Peristiwa penyerangan terhadap Polsek Sinak sendiri terjadi Minggu (27/12) malam sekitar pukul 20.45 Waktu Indonesia Timur. Tembakan berasal dari honai yang terletak di belakang markas polsek tersebut. Tiga anggota Polsek Sinak tewas, sementara dua lainnya mengalami luka akibat tembakan.

Tiga anggota Polsek Sinak yang tewas itu adalah Briptu Ridho, Bripda Arman dan Bripda Ilham. Kelompok bersenjata tersebut merampas 6 pucuk Senjata jenis AK 47 2 pucuk, moser 3 pucuk, SS-1 2 pucuk dan magazen 1 kotak.

Berdasarkan keterangan Kabid Humas Polda Kombes Pol Patrige Renwarin, saat kejadian anggota sedang menonton TV di ruang penjagaan. "Tiba-tiba sekitar 15 orang masuk dari pintu belakang langsung menyerang anggota," kata Patrige, Senin (28/12).

Dia menjelaskan, aksi penyerangan terjadi saat terdengar ada tembakan dari Honai dibelakang Mapolsek. Tak lama, seorang warga berinisial DK membuka pintu belakang, dan kelompok sipil itu masuk ke Mapolsek.

DK sudah 4 tahun menjadi pembantu di Polsek. "Dari analisis kita DK itu sudah kerjasama dengan kelompok KSB (kelompok sipil bersenjata-red) tersebut. Jadi tembakan pertama dari honai hanya kode," jelas dia.

Patrige mengatakan, kondisi sekarang sudah aman dan anggota Batalion Infanteri 751/R dan Komando Rayon Militer memberikan bantuan ke lokasi. Jarak antara Koramil dan Polsek sekitar 100-150 meter dan pos Yonif 751 yang berada di pasar berjarak 300-500 meter dari Polsek.

Pihak kepolisian belum mengetahui memastikan motif dan pelaku penyerangan Markas Polsek Sinak, Papua yang menyebabkan tiga anggota polisi tewas. Tim Mabes Polri diturunkan membantu penelusuran kasus itu.

"Ini motifnya masih didalami dan diselidiki. Tim Mabes diturunkan untuk back up. Mudah-mudahan bisa tertangkap dan bisa terungkap, apa kriminal biasa atau politik," kata Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/12).

Menurut Anton, terlalu dini untuk menduga apakah pelaku penyerangan dari kelompok tertentu yang ada di Papua. "Terlalu pagi untuk menduga itu (OPM -red). Tapi kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi. Makanya ini motif kriminal atau politik. Ini bisa terbuka kalau sudah tertangkap. Polisi tidak bisa menduga," ujarnya.

Terkait penyerangan ini, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono meminta satuan-satuan TNI di Papua meningkatkan kewaspadaan. "Seluruh satuan di Papua dan daerah rawan termasuk komando wilayah tetap meningkatkan kewaspadaan, apalagi kejadian seperti ini," kata Mulyono di Mabes TNI AD, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (28/12).

Menurut KSAD, lokasi yang diserang adalah pos pelayanan masyarakat, sehingga insiden tersebut perlu disikapi secara serius. "Sehingga saya instruksikan ke seluruh satuan untuk waspada karena masih ada kelompok tertentu yang berseberangan, khususnya di Papua yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah," jelas KSAD.

Hingga saat ini TNI belum mengetahui identitas kelompok yang melakukan penyerangan tersebut. Namun dirinya berjanji untuk segera mendalaminya.

"Tadi malam memang dia masuk ke Polsek melalui Tenaga Bantuan Operasi (TPO) itu. Maka dari itu hati-hati semua, di sana ada Tenaga Bantuan Operasi yang dipelihara oleh kita atau kepolisian untuk membantu melaksanakan tugas itu. Tapi mungkin mereka cedera janji kali, sehingga dia memberitahukan kondisi kita kepada orang sehingga kita lengah, mungkin seperti itu," kata KSAD.

TAHUN SURAM KEPOLISIAN - Berdasarkan catatan Indonesia Police Watch (IPW), kasus penembakan atau penyerangan terhadap Polsek Sinak merupakan kasus ke-22 yang terjadi sepanjang tahun 2015 ini. Ini membuat tahun 2015 masih menjadi tahun suram bagi kepolisian Indonesia.

Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, sepanjang tahun ini, ada 22 kantor polisi dan fasilitas Polri lainnya diserang, dirusak, ditembaki, serta dibakar massa. "Meski jumlahnya menurun, tingkat emosional massa terhadap polisi masih cukup tinggi di tahun 2015, sehingga massa terlalu gampang terprovokasi untuk merusak, menembaki, dan membakar kantor polisi," kata Neta dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Senin (28/12).

Peristiwa terakhir, kata Neta adalah penyerangan Polsek Sinak yang menewaskan tiga polisi, melukai dua lainnya. Dengan adanya peristiwa ini di tahun 2015 ada 21 polisi tewas dan 75 luka-luka dari berbagai kejadian.

IPW mencatat, di sepanjang 2015 ada 18 peristiwa penyerangan dan pembakaran, yang menyebabkan 21 fasilitas Polri rusak. Yakni 10 pos polisi, 5 polsek, satu polres, tiga rumah, dua mobil, dan satu sepeda motor polisi. Dari jumlah itu ada 8 yang dibakar, 13 dirusak massa, dan satu ditembaki.

Para pelakunya adalah 5 warga, 6 orang tak dikenal, dua anggota Brigade Mobil Polri, satu anggota TNI, satu suporter bola, dan lainnya tiga orang. Wilayah yang paling banyak kantor polisinya dirusak massa adalah Sulawesi Selatan. Di wilayah ini ada lima pos polisi dibakar dan dirusak massa.

Di Jakarta dan NTT masing masing ada tiga pos polisi dibakar dan dirusak massa. Di Papua ada 2 kantor polisi dirusak. Di Gorontalo rumah kapolda dan kos-kosan polisi terbakar dilempar bom molotov. Sedangkan di Bengkulu, Jabar, Jogja, NTB, dan Jambi masing-masing satu fasilitas Polri dibakar dan dirusak massa.

Peristiwa terparah terjadi pada 28 Mei 2015. Saat itu Polres Bima Kota, NTB dirusak puluhan anggota Brimob. Diduga aksi perusakan ini akibat razia yang dilangsungkan polisi lalulintas. Dalam razia itu, motor milik salah satu anggota Brimob yang dikendarai oleh keluarganya ditilang polisi, karena tidak menggunakan helm dan tidak membawa kelengkapan surat kendaraan.

Massa Brimob lalu merusak polres dan kantor Satuan Lantas di Gunung Dua Bima. Serangan itu membuat tujuh polisi luka robek di kepala, bibir, dan bagian tubuh lainnya.

"Kasus ini menunjukkan bahwa bukan hanya warga yang terlalu gampang emosional melihat sikap dan perilaku aparat Polri di lapangan. Sesama anggota Polri pun gampang tersulut emosinya hingga dengan gampang menyerbu kantor polisi, yang kemudian merusaknya," kata Neta.

Di 2015 setidaknya ada dua peristiwa anggota Brimob menyerbu kantor polisi dan satu peristiwa TNI merusak kantor polisi. Angka perusakan dan pembakaran kantor polisi di 2015 ini memang menurun drastis jika dibanding tahun sebelumnya.

Tahun 2013 misalnya ada 58 kantor polisi dirusak dan dibakar massa. Tahun 2012 lebih banyak lagi, yakni 85 fasilitas Polri yang dirusak massa, terdiri dari 56 kantor polisi, 18 mobil, 10 motor, dan satu rumah dinas yang dirusak dan dibakar massa.

Sementara terkait jumlah polisi yang tewas, IPW juga mengatakan terjadi penurunan. Tahun 2014 jumlah polisi tewas mencapai 41 orang dan luka 42. Tahun 2013 ada 27 polisi tewas dan 72 luka. Tahun 2012 ada 29 polisi tewas dan 14 luka. Tahun 2011 ada 20 polisi tewas.

Di tahun 2014, polisi tewas akibat ditembak pelaku kriminal atau ditembak sesama polisi menduduki ranking tertinggi sebagai penyebab kematian polisi. Tapi di tahun 2015 angka penyebab kematian terbesar polisi adalah akibat bunuh diri sebanyak 7 orang, ditembak 4 orang, kecelakaan 3 orang, ditikam 1 orang, dan lain lain 3
orang.

Neta mengatakan, masih tingginya angka kematian polisi saat menjalankan tugas ini perlu dicermati. "Trennya mulai meningkat sejak 5 tahun terakhir. Yang paling memprihatinkan adalah tren kematian polisi akibat bunuh diri dan ditembak rekannya sendiri," ujar Neta.

Kasus ini menunjukkan bahwa psikologi sebagian anggota Polri sangat labil dan tidak mampu menahan emosi. IPW berharap di 2016, jajaran Polri bisa lebih mawas diri, terlatih, peka, tidak emosional dan arogan, sehingga angka kematian polisi saat bertugas bisa semakin menurun.

"Yang lebih penting, di 2016 diharapkan tidak ada lagi sesama polisi saling serang atau polisi tembak polisi," ungkasnya.

KRONOLOGIS PENYERANGAN KANTOR POLISI TAHUN 2015 - Berdasarkan catatan IPW, sepanjang tahun 2015 ada 22 kantor polisi atau fasilitas polisi yang dirusak massa atau diserang kelompok bersenjata. Berikut adalah kronologinya:

27 Desember 2015

Polsek Sinak, Puncak, Papua diserang dengan tembakan dari arah belakang oleh orang tak dikenal. Akibatnya, tiga polisi tewas tertembak, yakni Briptu Ridho, Bripda Arman, dan Bripda Ilham. Dua polisi luka, salah satunya yakni Bripda Riyan yang terkena tembak di tangan. Tujuh pucuk senjata di polsek itu dibawa kabur pelaku.

25 Desember 2015

Pos Polisi di pertigaan Jalan Timor Raya, Kupang, NTT dibakar massa, yang sebagian besar adalah anggota geng motor. Massa juga. membakar sepeda motor milik Bripka Cornelis Kudji. Sebelumnya massa melempari 10 polisi yang ada di pos, setelah melakukan razia lalulintas.

23 Oktober 2015

Pos Polisi Lalulintas di Jl Antang Raya, Bukit Baruga, Makassar, Sulsel roboh akibat ditabrak truk pompa semen. Tidak ada korban dalam peristiwa itu tapi bangunan dan alat elektronik di dalamnya hancur.

18 Oktober 2015

Mobil dinas Kapolres Jakarta Timur Kombes Umar Faroq diserang. Puluhan orang di Pintu Tol Jatiwaringin, Pondokgede, Jakarta Timur. Saat itu Kapolres hendak menghalau massa yang menghadang mobil plat D di jalan tol. Tapi massa malah nekat menyerang mobil. Kapolres meski sudah diberi tembakan peringatan tiga kali.

7 Oktober 2015

Kantor Kepolisian Sektor Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong, Bengkulu diduga dibakar massa. Peristiwa terjadi seusai aparat mengamankan dua tersangka pelaku judi. Saat itu, polsek dijaga sejumlah polisi, namun akibat kalah jumlah dengan massa, polisi tersebut tidak bisa berbuat banyak.

7 Oktober 2015

Warga di sekitar Pos Polisi Fatululi di Jl Veteran, Kupang, NTT kaget tatkala puluhan anggota Brimob secara brutal menyerang dua anggota Polres Kupang Kota yang sedang bertugas di pos polisi itu. Serangan itu terjadi akibat anggota Shabara bersikap arogan saat melakukan operasi penertiban minuman keras terhadap anggota Brimob.

14 September 2015

Pos Polisi Cicadas di Jl Ibrahim Adjie, Bandung, Jabar dilempar bom molotov oleh dua pengendara sepeda motor. Namun pos polisi itu hanya rusak ringan dan tidak sempat terbakar.

30 Agustus 2015

Tiga pos polisi di jalur lintas barat Sulawesi Selatan dibakar orang tak dikenal. Aksi pembakaran ini terjadi pasca insiden bentrokan antara TNI-Polri di Polewali Mandar yang menewaskan Praka Yuliardi.

24 Juli 2015

Mobil sedan menabrak B 8105 AG pos polisi di Jl Gerbang Pemuda Senayan, Jakarta. Belum diketahui penyebab terjadinya kecelakaan ini.

17 Juli 2015

Mobil Livina B 1125-BYX menabrak mobil PJR 12735-VII Kj 970 milik Polda Metro Jaya yang sedang parkir di Jalan Tol Cawang-Grogol arah barat, dekat pintu keluar Tol Semanggi, Jakarta. Sejumlah orang di mobil Livina luka luka akibat peristiwa ini.

2 Juli 2015

Pos Polisi Samata di Gowa, Sulsel diserang sejumlah orang. Belakangan diketahui penyerangnya adalah 20 anggota TNI yang kemudian di proses di Mahkamah Militer. Akibat penyerangan itu satu polisi tewas dan dua lainnya luka berat.

2 Juli 2015

Empat kamar kos anggota Polda Gorontalo dilempari bom molotov oleh orang tak dikenal. Beruntung keempat anggota polisi itu selamat dari serangan tapi kamar kosnya hangus terbakar.

1 Juli 2015

Rumah pribadi Komandan Satuan Brimob Polda Gorontalo yang terletak di Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo, dilempari bom molotov oleh orang tak dikenal. Akibatnya, kaca jendela bagian depan pecah dan api membakar gorden rumah.

28 Mei 2015

Polsek Gedongtengen, Kota Yogyakarta, dirusak sekelompok orang tak dikenal. Tiga kaca jendela kantor tersebut pecah akibat dipukul dengan menggunakan helm. Massa datang tiba-tiba. Lalu mengambil helm milik polisi diparkiran dan helm itu digunakan untuk menghancurkan kaca jendela polsek.

28 Mei 2015

Polres Bima Kota, NTB dirusak puluhan anggota Brimob. Diduga aksi perusakan ini akibat razia yang dilangsungkan polisi lalulintas. Dalam razia itu, motor milik salah satu anggota Brimob yang dikendarai oleh keluarganya ditilang polisi, karena tidak menggunakan helm dan tidak membawa kelengkapan surat kendaraan. Massa Brimob juga merusak kantor Satuan Lantas di Gunung Dua Bima. Serangan itu membuat tujuh polisi luka robek di kepala, bibir, dan bagian tubuh lainnya.

8 Mei. 2015

Polsek Fayit, Asmat, Papua rusak parah setelah diserang 50 warga yang membawa senjata tajam. Akibat penyerangan itu Brigadir Soleman Winoto luka bacok di bagian kepala. Dua senjatanya jenis SS dengan dua magazen di polsek dibawa kabur. Penyerangan ini akibat polisi yang semena-mena memukul warga.

24 April 2015

Sekelompok massa membakar kantor Polsek Limun, di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Markas Polsek itu tinggal puing dan rumah dinas kapolsek juga ikut terbakar. Aksi massa ini diduga akibat polisi menembak mati pengedar narkoba yang hendak melarikan diri dengan sepeda motor saat ditangkap.

20 Maret 2015

Pos Polantas Tulip di Kota Kefamenanu, TTU, NTT dirusak massa. Perusakan pos polisi ini karena beredar isu bahwa polisi memukuli sejumlah tukang ojek. (dtc)

BACA JUGA: