Tahun lalu, setiap laman sosial media anak Jakarta pasti penuh dengan postingan soal Pasar Santa. Namun, tren pasar hipster atau pasar gaul itu kini sudah mulai meredup.

Sudah beberapa bulan ini, pasar tersebut sepi pengunjung. Sudah tak ditemui lagi orang-orang mengantre panjang untuk memesan makanan. Beberapa kios yang menjual baju atau vinyl juga nampak sudah tutup. Yang terlihat bertahan hanya kios-kios penjual makanan.

Naiknya harga sewa kios di pasar tersebut di sinyalir menjadi salah satu penyebab sepinya pasar tersebut. Omzet yang menurun akibat sepinya pengunjung menyebabkan banyak pedagang yang tidak mampu lagi membayar harga sewa kios yang mencekik. Waktu belum menjadi tren, harga sewa kios di lantai atas hanya sekitar Rp 3 juta setahun. Saat ini harga sewa kios di Pasar Santa berkisar Rp6-10 juta per tahun untuk satu kios berukuran 1,5 x 1,5 meter.

Penyebab lain semakin sepinya Pasar Santa yaitu akses untuk menuju sana yang sangat macet. Seperti diketahui, Jalan Tendean saat ini sedang ada pembangunan jalan layang.

Sementara, penyebab lainnya, adalah sulitnya para pengunjung menemukan tempat parkir di sana. Lahan parkir di pasar tersebut memang sangat terbatas. Tak sedikit orang yang akhirnya batal mengunjungi Pasar Santa karena tak mendapat parkir. Pasar yang berada di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini dahulu tak menarik perhatian. Sebab, sebagai pasar tradisional tanpa alas itu, Pasar Santa dikenal becek dan kumuh.

Pasar yang didirikan sekitar tahun 1971 menjadi langkah awal berdirinya pasar tersebut. Pasar tua itu awalnya bukanlah bentuk permanen.

Dahulu Pasar Santa hanya menjual sembilan bahan pokok untuk sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, lantai 1 Pasar Santa pun menyesuaikan diri dengan mengajak komunitas batik gabung di dalamnya. Alih-alih menarik pangsa pasar, ternyata tetap tidak mampu menggaet konsumen ke pasar itu. Setelah dianalisa, komunitas itu tidak memiliki pangsa yang banyak. Selama tujuh tahun, dari 15 Mei 2007 hingga Juni 2014, pasar tersebut seolah tak berpenghuni alias sepi.

Hingga akhirnya pada 2014 sampai awal 2015 lalu, Pasar Santa di Jakarta Selatan tiba-tiba menggemparkan warga karena muncul dengan wajah baru yang mengundang rasa penasaran orang. Karena pasar tersebut direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bekerjasama dengan PD Pasar Jaya sehingga pasar tersebut di juluki sebagai tongkrongan anak muda. Namun gemerlapnya Pasar Santa tak berlangsung lama, kondisi Pasar Santa kini jika tidak di perhatikan akan kembali ke asal seperti dahulu, sepi kumuh dan becek.

Niat PD Pasar Jaya menyulap pasar tradisional menjadi Pasar Modern yang unik dan sempat di gandrungi anak-anak muda memang penting dan patut diacungi jempol. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana merawat dan cara untuk lebih memajukan lagi perekonomian di Pasar Santa yang sempat berdenyut.

BACA JUGA: