Pengerjaan Proyek pembangunan rel kereta api (KA) Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara terus dikebut. Pembangunan rel kereta pelabuhan ini merupakan salah satu solusi mengatasi  dwelling time bongkar muat barang di pelabuhan utama Tanjung Priok Jakarta Utara.

Selain faktor dwelling time, faktor kepadatan lalu lintas di sekitar kawasan pelabuhan juga menjadi pertimbangan pemerintah menghidupkan kembali jalur rel pelabuhan  yang sebelumnya pernah ada di jaman penjajahan Belanda itu.

Selain itu pembangunan rel juga untuk mengurai penumpukan barang di Pelabuhan Tanjung Priuk. Dengan menggunakan kereta barang diharapkan lalu lintas angkutan barang dari dan ke pelabuhan akan lebih cepat diangkut dan berbiaya relatif lebih murah.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli menyatakan biaya angkut di terminal barang Pelabuhan Tanjung Priuk lebih mahal dua kali lipat ketimbang terminal peti kemas Gede Bage, Bandung. Hal tersebut karena biaya angkut di Terminal Gede Bage menggunakan transportasi kereta, sementara di Terminal Tanjung Priuk masih mengandalkan truk-truk kontainer.

Berdasarkan pengamatan di lapangan  saat ini pengerjaan proyek rel pelabuhan sudah mencapai 90%.Tampak pekerja sedang mengebut pengerjaan pembetonan sisi kanan dan kiri rel kereta, dan pengerjaan bantalan rel kereta.

Pengerjaan rel kereta api di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri lebih difokuskan mulai dari kawasan Mambo, Koja, Jakarta Utara, hingga masuk ke Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT). Waktu pengerjaannya sudah mulai dilakukan sejak Desember 2015.

Setidaknya ada 100 orang pekerja yang dilibatkan dalam proyek ini. Beberapa alat berat juga disiagakan agar proyek tersebut bisa selesai tepat waktu yang direncanakan selesai  dan siap digunakan akhir Februari ini. Proyek rel kereta api Pelabuhan Tanjung Priuk sendiri  dikerjakan oleh anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero), yakni PT Kereta Api Properti Managemen (KAPM). (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: