Suasana terminal pagi itu masih tampak lengang, deretan bus jurusan dalam dan luar kota terlihat berjejer rapi. Namun ada satu deretan bus yang menarik perhatian yaitu enam unit bus berwarna kuning tampak bertuliskan "Bus Sekolah Gratis" yang berjejer di sudut terminal, terjepit di antara puluhan bus-bus besar jurusan antar kota antar provinsi. Para awak bus sekolah tampak asik berbincang-bincang dengan sesama awak bus sekolah atau membersihkan bus, ada pula yang tertidur mengumpulkan tenaga sebelum kembali bekerja melayani anak- anak yang hendak pergi dan pulang sekolah.

Sedikit perbincangan dengan para awak bus sekolah, terasa para awak bus sekolah yang kebanyakan telah berusia lanjut dan jebolan dari Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD) ini tengah merasakan kebimbangan perihal kelanjutan dari nasib bus yang sehari-hari mereka andalkan sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarga. Pasalnya, keberadaan bus sekolah yang sudah ada sejak 8 tahun lalu itu, saat ini terkesan tidak jelas sejak berhembus kabar Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama berencana untuk menghapus keberadaan bus sekolah.

Ahok ingin menghapus keberadaan bus sekolah dengan alasan pelajar masih sedikit yang memanfaatkan fasilitas bus sekolah. Sebagai gantinya pelajar akan digratiskan naik bus Transjakarta dengan menunjukan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Namun berbanding terbalik dengan Ahok yang berencana menghapus bus sekolah, Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta tidak akan menghapus keberadaan bus sekolah dan malah akan mengatur ulang rute bus-bus sekolah mulai 2016 sehingga operasionalnya semakin efektif.

"Iya memang masih simpang siur kabarnya, belum jelas bikin kita bingung," ujar Dadang Suparta (63) yang sudah mengemudikan bus sekolah sejak awal bus sekolah di luncurkan.

"kalau bisa sih jangan diilangin, nanti kita-kita nganggur, lagi pula bis ini masih dibutuhin kok," tambah Dadang sembari membetulkan posisi duduknya di dalam bus sekolah saat gresnews.com mengajaknya berbincang di sela waktu istirahatnya beberapa waktu lalu. Dadang menambahkan, memang efektivitas bus sekolah kadang terkesan kurang dan terkesan sepi peminat karena memang bus sekolah yang ia kemudikan tidak melulu terisi penuh oleh anak sekolah karena jadwal dan jam pulang sekolah masih-masing anak berbeda-beda.

"Kan ada jam-jamnya tuh jadi ya kadang kosong, kalau lagi penuh yang penuh sampe pada berdiri, mungkin diliatnya pas lagi kosong aja kali ya," jelas Dadang. Hal senada juga diungkapkan Suyatno (62) pengemudi bus sekolah yang juga jebolan Perum PPD . "Nggak setuju, masih banyak anak-anak yang orang tuanya susah, kalau dihapus anak-anak terlantar, kalau orang kaya sih nggak masalah ini mau di hapus," kata Suyatno.

Suyatno menambahkan dirinya senang bisa bekerja sebagai pengemudi bus sekolah, melayani anak-anak yang akan berangkat atau pulang sekolah, meski pendapatan yang ia peroleh di bawah Upah Minimum Regional (UMR) yaitu Rp210 ribu per hari dipotong pajak. "Dulu sih ada uang makan sekarang nggak ada, biar kecil gaji nggak apa-apa, saya inget cucu aja kalau liat anak-anak sekolah…seneng aja" tambah Suyatno.

Keberadaan bus sekolah gratis ini memang dimaksudkan untuk menekan biaya transportasi sehari-hari para pelajar. Gresnews.com mencoba mengikuti rute bus ini dengan menaiki bus yang mengambil rute Pasar Minggu-Lenteng Agung-Universitas Indonesia. Saat bus meninggalkan terminal Pasar Minggu memang bus ini hanya terisi satu orang pelajar, namun sepanjang perjalanan semakin banyak pelajar yang menaiki bus ini sehingga bus pun menjadi penuh, bahkan ada siswa yang terpaksa berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

"Seneng naik bus sekolah soalnya gratis, uang ongkos bisa buat jajan atau di tabung," kata Bobi seorang murid sekolah menengah pertama yang mengaku sehari-hari memanfaatkan fasilitas bus ini menuju sekolahnya di kawasan Lenteng Agung. "Kalau kira-kira nggak kesiangan bangunnya pasti naik bus ini," tambah Bobi.

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta adalah provinsi pertama yang menyediakan bus khusus bagi pelajar SMP dan SMA/SMK, tepatnya pada 19 Juli 2007 bus ini di luncurkan. Di Terminal Pasar Minggu sendiri terdapat 6 armada bus sekolah dengan 2 jadwal keberangkatan yaitu pagi hari antara pukul 5.30 sampai pukul 7.00, lalu pukul 11.00 hingga pukul 13.00 dan pukul 16.00 sore. (Edy Susanto/Gresnews.com)

BACA JUGA: