JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengakui, selama kurun waktu 10 tahun terakhir, pemerintah kurang serius mendorong dan mengelola eksplorasi energi terbarukan. Terbukti selama 10 tahun terakhir itu juga tidak ada temuan baru yang signifikan. Padahal saat ini cadangan minyak dan gas selalu menurun. Lifting minyak pun mengalami penurunan.

Padahal Indonesia kaya akan sumber energi baru, negara tropis dengan kondisi matahari yang selalu bersinar, kemudian kaya akan air, apalagi Indonesia memiliki garis pantai terbesar nomor dua di dunia.

Untuk itu, Sudirman menyatakan akan memprioritaskan pengembangan energi terbarukan pada 2016, dengan mengalokasikan dana pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016 sebesar Rp10 triliun.

Ia mengeluhkan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak dengan tingkat konsumsi yang tergolong boros. Apalagi minyak masih disubsidi oleh negara. Menurutnya, dengan mengoptimalisasikan energi baru dan terbarukan sumbernya tidak akan habis dimakan oleh waktu. Saat ini Indonesia memiliki energy mix hanya sekitar 6 persen dari energi sumber terbarukan, selebihnya Indonesia masih menggunakan energi dari fosil.

"Postur anggaran 2016 akan memprioritaskan energi baru terbarukan. Kemudian mengoptimalkan penggunaan gas dan batu bara untuk kepentingan domestik," kata Sudirman di Jakarta, akhir pekan ini.

Sudirman mengungkapkan Kementerian ESDM mengusulkan untuk postur anggaran 2016 sebesar Rp25 triliun. Untuk optimalisasi energi baru terbarukan akan menghabiskan dana sebesar Rp10 triliun. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, postur anggaran untuk energi baru terbarukan hanya sebesar Rp1 triliun. Menurutnya, anggaran energi baru terbarukan naik 10 kali lipat karena usulan dari Komisi VII DPR RI dan arahan dari Presiden Jokowi.

Menurutnya, sumber energi baru terbarukan tergantung dari situasi lokal atau situasi daerah masing-masing. Misalnya daerah Sukabumi, Jawa Barat, kaya akan sumber angin, kemudian di daerah lain memiliki sungai yang banyak. Maka ke depannya akan dibangun pembangkit mikrohidro.

Dia menuturkan potensi energi hidro dengan membentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mampu menghasilkan listrik sebesar 75 GigaWatt (GW), kemudian tenaga surya mampu menghasilkan tenaga listrik dalam waktu lima tahun ke depan sebesar 123 GW, energi laut menghasilkan listrik sebesar 60 GW.

"Pasar energi baru terbarukan belum terbentuk, demand belum terbentuk. Jadi harus habis-habisan. Bagaimana politik anggaran, bagaimana leadership ditumbuhkan untuk membangun energi baru terbarukan," kata Sudirman.

Ke depan, menurut dia, Kementerian ESDM akan membentuk hutan energi untuk menciptakan biofuel. Dia menargetkan pembentukan hutan energi akan terealisasi dalam waktu 3 sampai 4 tahun mendatang. Kementerian ESDM sudah mengincar beberapa hutan untuk dijadikan hutan energi di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Menurutnya, dengan memaksimalkan hutan energi dapat menciptakan energi biofuel yang mampu menghasilkan listrik sebesar 32 GW.

"Sehebat apapun investasi oil and gas, tetap saja akan habis. Sementara energi baru terbarukan tidak punya batas. Secara filosofis dan strategi membangun energi dan mempercepat kemandirian energi," kata Sudirman.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Kominfo Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara Azwar Lubis mengatakan saat ini energi fosil Indonesia sudah mengalami keterbatasan. Menurutnya, hampir 88,48 persen, masyarakat Indonesia mengkonsumsi energi fosil. Dengan permintaan yang sangat tinggi, pemerintah harus melakukan impor bahan bakar fosil.

Azwar mengatakan dengan keterbatasan energi fosil tersebut, pemerintah harus memiliki cara yang tepat dan rasional untuk ditempuh dalam mencegah dan mengatasi krisis energi nasional yaitu dengan memperkuat kebijakan ketahanan energi melalui pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan.

"Sangat ironis jika Indonesia yang memiliki sumber daya energi tak terbatas tapi tidak mampu memenuhi kebutuhan energi nasional," kata Azwar,

BACA JUGA: