JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina (Persero) dipastikan akan mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam. Meski dipastikan akan mengelola Blok Mahakam namun Pertamina berencana menggandeng Total E&P, operator lama. Langkah menggandeng Total E&P itu dinilai sebagai wujud ketidakpercayaan diri Pertamina.

Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai langkah Pertamina menggandeng Total E&P adalah sebagai bentuk toleransi kepada pengelola yang lama karena Total sendiri sudah cukup lama menyampaikan keinginannya untuk menggandeng Blok Mahakam. Meski sudah mengambil alih Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Blok Mahakam, Pertamina tidak melupakan aspek investasi.

Menurutnya, Pertamina sangat mampu jika investasi 100 persen dalam mengelola Blok Mahakam. Namun risiko yang diterima oleh Pertamina tidak ada alokasi investasi di unit-unit bisnis lain. Padahal bisnis Pertamina bukan hanya di Blok Mahakam. Jika bekerjasama dengan Total tentu uang yang dikeluarkan oleh Pertamina pun tidak terlalu besar. Artinya ada penghematan dan efisiensi yang dilakukan oleh Pertamina untuk mengalokasikan dana ke unit-unit lainnya.

"Jika pemerintah mendorong Pertamina untuk mengelola sendiri, ya saya pikir Pertamina juga harus siap," kata Komaidi kepada Gresnews.com, di Jakarta, Kamis (9/4).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai langkah Pertamina menggandeng operator lama karena ada tekanan dari pihak lain agar Blok Mahakam tidak mengalami penurunan produksi. Namun jika dalam pelaksanaannya akan menggandeng Total atau INPEX, Pertamina harus menjadi pemegang saham mayoritas.

Menurutnya, Blok Mahakam merupakan blok migas terbesar, sehingga apapun kegiatan yang dilakukan Pertamina dapat diganti oleh negara. Bahkan Pertamina sendiri bisa membiayai operasionalnya dalam menjalankan Blok Mahakam. Hanya saja, Pertamina harus rela berutang untuk mengambil alih Blok Mahakam. Apalagi saat ini Pertamina masih menanggung global bond sekitar Rp100 triliun dengan bunga yang sangat besar.

"Untuk mengelola Blok Mahakam diperlukan dana  US$58 miliar. Sebenarnya tidak sulit lagi untuk mencari utang karena secara riset cadangan Blok Mahakam masih cukup besar," kata Mamit kepada Gresnews.com.

BACA JUGA: