JAKARTA, GRESNEWS.COM - Akibat pelemahan rupiah porsi belanja masyarakat semakin menurun. Sehingga peredaran uang di tengah masyarakat semakin menipis. Akibatnya para pengusaha ritel saat ini  dalam kondisi bertahan.

Wakil Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Tutum Rahanta mengatakan akibat pelemahan rupiah, masyarakat tidak sadar dalam setiap berbelanja porsinya berangsur berkurang. Akibat pelemahan rupiah tersebut, masyarakat saat ini hanya berpikir soal perut. Hal itu karena masyarakat harus berhadapan dengan harga pangan yang meningkat dan tarif transportasi yang pun juga meningkat.

Apalagi, menurutnya, dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu terus meningkatnya suku bunga acuan (BI Rate) dan pengetatan peredaran uang di masyarakat. Akibatnya peredaran uang di masyarakat menjadi berkurang di lapangan. Dia menilai kebijakan BI tersebut malah memperburuk industri retail menjadi terganggu.

"Ini ibaratnya mulut kami sedang diikat dan air sudah sampai di leher," kata Tutum, Jakarta, Sabtu (28/3).

Sementara itu, pengamat ekonomi Tony Prasetiantono mengingatkan pemerintah agar tidak membiarkan pelemahan rupiah terus berlanjut melebihi Rp13.000. Dia menilai semakin rupiah terus melemah maka sektor riil akan berhenti. Sebab saat ini dana pihak ketiga menumpuk di bank. Artinya uang beredar di masyarakat saat ini sedang tersimpan di bank.

Dia menjelaskan hal tersebut karena para investor lebih memilih investasi di perbankan, terbukti tingkat likuiditas perbankan pun meningkat. Menurutnya semakin rupiah melemah maka semakin pelaku ekonomi tidak bisa berbuat banyak.

"Mereka lebih menaruh uang di bank. Itu bahaya tidak bisa dibiarkan," kata Tony.

BACA JUGA: