JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tujuh bulan sudah PT Pertamina (Persero) membubarkan anak usahanya PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Pemerintah pun mulai mengungkap hasil audit forensik yang menggambarkan karut marutnya bisnis bahan bakar minyak (BBM). Hasilnya memang ada pihak ketiga yang bermain dibalik operasional Petral.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan telah mendapatkan laporan dari PT Pertamina sejak Kamis (5/11) malam kemarin. Sehari setelah itu dirinya langsung berdiskusi dengan menteri BUMN dalam perjalanan ke Lampung kemarin.

"Dari diskusi itu ada tiga poin penting yang menjadi catatan," ujar Sudirman Said dalam konferensi pers ´Membangun Lanskap Baru Sektor ESDM 1 Tahun Capaian Kinerja Kementerian ESDM di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Minggu (8/11).

Ketiga poin penting dari hasil audit forensik tersebut berkaitan dengan keterlibatan pihak ketiga dalam mengatur bisnis BBM yang dijalankan Petral. Pertama, tercatat dalam berbagai dokumentasi Petral bahwa ada pihak ketiga yang ikut campur dalam proses pengadaan dan jual beli minyak mentah dan produksi BBM di Pertamina Energy Service Pte Ltd (PES), yang merupakan anak usaha Petral yang bertugas melakukan pengadaan impor minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Kedua, pihak ketiga tersebut berhasil mempengaruhi personal-personal di PES untuk memuluskan mengatur tender dan harga. Ketiga, akibat dari ikut campurnya pihak ketiga, Petral dan Pertamina tidak memperoleh harga terbaik ketika melakukan pengadan minyak maupun jual beli produk BBM.

Selama ini Petral hanya memberi diskon sekitar 25 sen per barrel atas pasokan BBM impor dari pasar global. Sebelum adanya perombakan, Petral menjadi satu-satunya pemasok minyak impor Pertamina.

Setelah kewenangan pengadaan Petral ditarik ke Pertamina Integrated Supply Chain (ISC), melalui tender terbuka, ternyata diskon BBM mencapai US$ 1-1,5 per barrel. Lonjakan diskon ini memicu penghematan duit perseroan hingga US$ 22 juta, atau setara dengan Rp 289 miliar dalam tiga bulan.

"Karena yang terjadi selama ini, akibat pengaturan pihak ketiga ini, diskon yang harusnya dapat 10% dari harga minyak misalnya, menciut hanya 2%," ujarnya.

Ia menegaskan dengan adanya pembubaran Petral, maka diskon dari pembelian minyak dan BBM akan langsung diarahkan ke pemerintah lewat PT Pertamina. Terkait kerugian negara dari praktik pihak ketiga dalam bisnis Petral, Sudirman belum menghitungnya.

"Dalam audit forensik ini tim membeberkan fakta-fakta orang-orang yang terlibat, apa-apa saja yang mereka perbuat. Tapi belum dihitung berapa besar kerugian negara," tegas Sudirman.

Pihaknya masih mengkaji dari temuan hasil audit forensik Petral apakah bisa menjadi bahan untuk proses penegakan hukum. Namun Sudirman meyakini untuk bisa mengungkap tuntas kekeliruan di Petral maka proses hukum akan bisa mengungkapnya.

PIHAK KETIGA - Menteri ESDM Sudirman Said telah mengungkapkan ada pihak ketiga yang ikut campur di anak usaha PT Pertamina, yaitu Petral dalam pengadaan minyak dan BBM. Namun Sudirman belum mau terang-terangan membuka siapa yang dimaksud pihak ketiga tersebut.

"Bisnis badan usaha, yang selama ini disebut-sebut terus lah itu. Grup itu," kata Sudirman Said.
 
Sudirman mengatakan pihaknya masih fokus pada anilisa hasil audit forensik Petral. Timnya masih mengkaji soal hasil audit ini dilanjutkan ke tahap proses hukum. "Setelah itu kita serahkan pada penegak hukum," katanya.

Ia mengakui pihak ketiga yang dimaksud termasuk hebat karena dalam aktivitas bisnisnya bisa mempengaruhi urusan negara. "Nah itu hebatnya kan bagaimana mungkin bisnis bisa pengaruhi urusahan negara," katanya.‎

Dalam buku Gurita Cikeas tersebut juga menyebutkan jika pihak ketiga yang menguasai ekspor impor minyak mentah dan Petral adalah pemilik dari Global Energy Resources, Muhammad Riza Chalid. Kalangan pengusaha sektor minyak dan gas (migas) mengenal dan menyeganinya hingga dijuluki "Gasoline God Father" di Singapura.

Para pengusaha minyak dan broker minyak internasional mengakui kehebatan Riza sebagai God Father yang menguasai lebih separuh impor minyak Indonesia.  Tentu saja lewat Global Energy Resources yang menjadi induk dari lima  perusahaan yaitu Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium yang berbasis di Singapura dan terdaftar di Virgin Island yang bebas pajak.

Kelima perusahaan ini dikabarkan merupakan mitra utama Pertamina. Bahkan Riza diduga selalu menghalangi pembangunan kilang pengolahan BBM dan perbaikan kilang minyak di Indonesia. Global Energy Resources, perusahaan milik Riza pernah diusut karena temuan penyimpangan laporan penawaran minyak Impor ke Pertamina. Tapi kasus tersebut hilang tak berbekas.

MENCURIGAKAN SEJAK AWAL - Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri pernah mengungkapkan di depan anggota Komisi VII DPR kecurigaan pendirian (Petral) sejak awal. Salah satunya didirikan di Bahama.

Faisal berkisal muasal perusahaan ini dimulai pada 1969 ketika PT  Pertamina dan sejumlah investor asal Amerika Serikat (AS) atau US interest group mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama Perta Group. Pendirian perusahaan ini di Bahama. Tugasnya adalah memasarkan minyak dan produk hasil minyak Pertamina di Negeri Paman Sam.

Pada 1978 terjadi reorganisasi besar-besaran, dan berganti nama menjadi Petra Oil Marketing Limited yang berbasis di Hong Hong. Struktur Perta Group terdiri dari Perta Oil Marketing Limited (perusahaan Bahama yang berkantor di Hong Kong) dan Perta Oil Marketing Corporation (perusahaan Californa yang menjalankan operasional sehari-hari di AS).

"Pada 1978 saat pindah ke Hong Kong, kroni-kroni Soeharto masuk ke Petral. mereka (kroni) tidak disebut mafia karena namanya ada di akte perusahaan. Bedanya itu saja, karena di Zaman Pak Soeharto tidak disebut mafia karena nama-namanya ada. Nama pemegang sahamnya ada terang benderang. Sekarang tidak ada mereka (kroni-kroni tersebut)," ungkap Faisal dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VII DPR, Rabu (20/5).

Pada September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Perta Group. Pada Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, perusahaan berubah nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (Petral), yang berperan sebagai trading and marketing arm Pertamina di pasar internasional.

"Kemudian didirikanlah Petral, yang kemudian membentuk anak usaha bernama Pertamina Energy Services Pte Limited (PES) pada 1992," ungkapnya.

Sejak terbentuknya PES ini, diberi tugas melakukan perdagangan minyak mentah, produk minyak, dan petrokimia. "PES ini dijadikan bahan bancakan, makanya ya sudah diamputasi saja PES itu, kira-kira begitu ceritanya mengapa Petral dibubarkan," tutup Faisal.

Pertamina memposisikan Petral sebagai perusahaan dagang (trading) dan kepanjangan tangan di pasar internasional. Langkah ini diambil seiring kebijakan Pertamina yang ingin meningkatkan fungsi perdagangan dan pemasaran.

Bisnis utama Petral adalah menjaga pasar minyak mentah dan produk turunannya milik Pertamina. Petral juga memperdagangkan minyak dan produk turunannya milik negara lain.

Pasar Petral utamanya ada di Asia-Pasifik dan mencakup AS, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan wilayah lain. Sebagai perpanjangan tangan Pertamina, Petral memberi dukungan dalam bentuk memastikan pasokan untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas di Indonesia. (dtc)
 
 

BACA JUGA: