JAKARTA, GRESNEWS.COM - Beda persepsi antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menyatakan cadangan pangan kurang dan Kementerian Pertanian (Kementan) yang merasa cukup disebabkan perbedaan ukuran. Padahal kedua kementerian ini diharapkan dapat menyamakan pandangan, lantaran produksi pangan saat ini semakin merosot.

Said Abdullah, Koordinator Pokja Beras Aliansi Desa Sejahtera (ADS) menilai hal itu terjadi karena beda cara pandang dan ukuran. Dimana Kementan mengukur persediaan pangan utamanya beras dari ukuran di gudang Bulog.

"Cadangan pangan dikatakan cukup saat persediaan atau stok beras digudang bulog mencukupi untuk kebutuhan konsumsi," katanya kepada Gresnews.com, Selasa (9/6).

Cukup di sini diartikan berdasar hitungan tertentu, dalam bahasa umum saat stok di gudang bulog dua kali lipat dari kebutuhan atau minimal tersedia 3-4 jt ton beras. Sedang, Kemendag melihat dari ukuran pasar.

"Jika di pasar harga naik maka diasumsikan stok rendah, persediaan pangan kurang, asumsinya tak terlalu bergantung pada siapa dan bagaimana bisa langka dipasaran," ujarnya.

Menurutnya, kedua asumsi tersebut tidak cukup pas sebab cara melihatnya hanya dari sisi produksi dan pasar. Padahal ada hal lain yang tidak dilihat yaitu situasi di masyarakat atau petani.

Seperti diketahui, sistem sirkulasi pangan Indonesia amatlah buruk. Anggota Komisi IV Firman Soebagyo menyatakan penyebab merosotnya produksi pangan dapat terjadi lantaran banyak hal. Misal pada pertanian, dimana unsur hara di bawah tiga persen dapat mengurangi kesuburan.

"Fungsinya litbang untuk meneliti luas lahan pertanian, jumlah produksi, dan penyebab turunnya produksi," katanya.

Selama ini Litbang Kementan telah diberi alokasi anggaran sebesar Rp1,8 triliun. Namun sayangnya, bukan digunakan untuk pertanian. Melainkan membuat gedung menjelang pemilu.

"Ini kan gila, jika pejabat-pejabat yang sudah gagal sepuluh tahun lalu dipakai lagi maka seperti ini hasilnya, kegagalan lagi," ujarnya. ‎
Ia pun menyatakan data-data yang dimiliki Kementan terkait sektor pangan masih sumir. "Yang menarik, ketika sudah ada import didistribusikan ke sentra produksi, ini menyebabkan petani kita mandek," ujarnya.

BACA JUGA: