JAKARTA, GRESNEWS.COM - Setiap momen hari besar keagamaan selalu diiringi dengan dengan kekisruhan harga bahan pokok, yang akan melonjak naik. Hal ini diduga akibat sistem tata kelola perdaganga dan produksi yang tidak sempurna.   

Untuk itu anggota Komisi IV Firman Soebagyo menyatakan harus ada perbaikan sistem dan personalia di kementerian terkait. "Jika tidak, diberi anggaran berapa pun swasembada pangan tak akan terealisasi," katanya.

Firman mengungkapkan lima tahun lalu DPR telah menyetujui pemberian anggaran Rp6 triliun sampai Rp19 triliun. Pemberian itu diorientasikan untuk swasembada pangan. Namun kenyataan pemberian itu tak membawa hasil. "Kemana larinya anggaran harus diusut," katanya.

Karenannya DPR, meminta pemerintah tidak hanya meminta anggaran swasembada yang besar tapi tak mengeluarkan output. Sementara masyarakat masih harus membeli beras mahal. Untuk itu ia menyaranakan sistem sirkulasi pangan harus diperbaiki dalam satu atap.  

"Tidak ada perdagangan di bawah kendali Gobel atau Amran. Harus satu, bersinergi Kementan dan Kemendag," katanya.

Selain hal itu Firman juga menilai data kebutuhan pangan juga tak kalah penting.  Untuk menekan harga pangan dan mewujudkan swasembada. Data produk nasional harus diketahui secara pasti, neraca produksi dan neraca kebutuhan harus disinkronkan.

"Nanti akan ketemu berapa kekurangannya, lalu cari solusi, apakah import atau menghemat," katanya.

Pergantian pejabat bulog Firman menilai juga dianggap tak menyelesaikan masalah. Sebab yang salah dengan carut marut sirkulasi pangan adalah sistem di Indonesia. "Bulog sebagai perum, garisnya lembaga nirlaba, buffer stok, dan penjaga pangan, lembaga yang punya otoritas," katanya.

Zaman orde baru, bulog ditempatkan sebagai buffer stok dan penyangga harga. Namun sejak reformasi peran bulog seperti bergeser, tidak lagi sebagai buffer. Akibatnya bulog tidak bisa mengendalikan harga dipasaran.   "Bulog harus dikembalikan seperti masa lalu," ujarnya.

Di sisi lain, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menyatakan telah melakukan upaya pengecekaan harga bahan pokok, bahkan setiap hari. Bahkan harga cabai telah dicek turun pada pagi tadi di Pasar Kramatjati namun merangkak naik pada jarak 12 meter. "Kami cek dua kali sehari, beras, cabai, daging aman," katanya di Gedung DPR RI, Senayan, Senin (8/6).

Menghadapi permintaan daging sapi yang terus meningkat ia juga mengaku sudah menyetok daging sapi semenjak dua bulan lalu, termasuk melakukan impor.

Namun jika terjadi kelangkaan untuk beras ia menolak melakukan impor. "Jangan harga naik sedikit kita impor, karena impor menguatkan negara lain, petani kita sendiri perlu dikuatkan," katanya.

Ia menceritakan saat terjadi kenaikan beras beberapa waktu lalu, kenaikan itu berhasil diturunkan karena kekuatan bersama. Hal itulah yang hendak diterapkan kembali. Jika ia melihat ada kenaikan harga di satu titik maka langsung dibuka operasi pasar.

"Kita juga sudah sepakat dengan Menteri Perhubungan untuk membuka jalur perintis angkutan pangan yang tak boleh antri seperti di pelabuhan," janjinya.

BACA JUGA: