JAKARTA, GRESNEWS.COM - Komoditas cokelat (kakao) Indonesia saat ini masih menjadi salah satu andalan ekspor non migas. Cokelat Indonesia di pasar dunia saat ini menduduki peringkat ketiga. Hanya saja, Presiden Joko Widodo berharap dalam 5-6 tahun ke depan produksi cokelat Indonesia akan menjadi nomor satu alias raja cokelat dunia.

"Saat ini coklat kita nomor tiga di dunia, diharapkan dalam waktu 5-6 tahun bisa menjadi nomor satu," kata Jokowi seusai meresmikan pabrik smelter nikel di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopo, Morowali, Sulawesi Tengah, Jumat (29/5) seperti dikutip setkab.go.id.

Untuk dapat memacu produksi tersebut, Presiden Jokowi menyerukan untuk menyuntik dana lagi guna meremajakan tanaman cokelat yang sudah tua, kalau itu dilakukan secara konsisten. "Insya Allah bisa jadi nomor satu, saya sudah beberapa kali ke lapangan penghasil cokelat, saya lihat bukan sesuatu yang sulit. Ini hanya masalah niat mau atau tidak memberi perhatian ke petani cokelat," kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden Jokowi jika memang ada niat untuk memberikan perhatian lebih, artinya, lanjut Presiden, anggaran untuk petani cokelat akan dimasukan dalam APBN. "Kalau tidak keliru, tahun ini seluruhnya Rp1,8 triliun. Saya tidak tahu yang diberikan ke Pak Gubernur berapa, tahun depan akan naik lagi. Targetnya, nomor satu di cokelat," kata Presiden Jokowi.

Seiring perkembangan kawasan Indonesia Timur yang pesat, berbagai komoditas yang dikembangkan di kawasan itu memang ikut menjadi komoditas yang menjanjikan untuk ditingkatkan produksinya. Menkeu Bambang Brodjonegoro sebelumnya mengatakan, meski secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan hanya tumbuh sebesar 4,7%, namun perekonomian di Indonesia Timur bisa tumbuh lebih baik.

Kondisi ini bisa jadi peluang wilayah Indonesia Timur berkembang. Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan, daerah di wilayah timur Indonesia banyak yang mampu tumbuh di atas rata-rata nasional, misalnya yang terjadi di regional Bali dan Nusa Tenggara.

"Performa kuartal I, yang tumbuh paling tinggi Bali dan Nusa Tenggara dengan 9%. Jadi memang ada faktor pariwisata dan jasa. Itu mendominasi pertumbuhan di sana. Nusa Tenggara merupakan bagian dari wilayah timur," ungkapnya pada acara Trade and Investment di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015)

Kedua tertinggi adalah Sulawesi dengan pertumbuhan ekonomi 7%. Di sinilah menurut Bambang, komoditas cokelat bisa menjadi komoditas menarik yang bisa mengundang investasi. "Sulawesi meskipun bergantung pada komoditas, tapi masih bisa ekspor. Contoh cokelat, perikanan, tanaman pangan dan nikel yang sudah diolah," sebutnya. (dtc)

BACA JUGA: