JAKARTA - Jika hanya dilakukan oleh pemerintah, kebutuhan atas layanan dan fasilitas kesehatan untuk menghadapi pandemi COVID-19 tidak akan terpenuhi. Diperlukan kebersamaan dari seluruh elemen masyarakat seperti pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, organisasi agama, asosiasi profesional, termasuk kalangan milenial, untuk bergotong royong mengatasi permasalahan tersebut.

"Meskipun hal itu tidak mudah karena membutuhkan koordinasi dan kepemimpinan yang baik," kata relawan Jaringan Katolik Melawan COVID-19 (JKMC) Paulus Januar Satyawan kepada Gresnews.com, Senin (30/3). 

Lelaki yang berprofesi sebagai dokter gigi itu mengatakan jalan keluar dari permasalahan pandemi COVID-19, secara khusus kebutuhan atas layanan dan fasilitas kesehatan, itu adalah dengan membangun solidaritas yang berlandaskan semangat gotong royong. Harus ada pemikiran dan pengaturan yang baik serta kedisiplinan. "Jangan terlalu banyak perdebatan. Pengaturan itu harus ada penataan yang baik dan iktikad yang baik serta dukungan dan pemahaman dari masyarakat," kata dosen program pendidikan dokter gigi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Jakarta itu.

Menurut Paulus, saat ini masih terlihat kurangnya koordinasi antarlembaga. Ketersediaan perlengkapan dan fasilitas kesehatan juga kurang. Mau tidak mau masalah itu harus segera diatasi, apalagi untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang masih akan terus berlangsung. "Jangan sampai penderita COVID-19 tidak ditangani hingga berkeliaran di masyarakat dan menimbulkan malapetaka," cetusnya.

Untuk mencegah penularan, Paulus menyatakan bisa dilakukan dengan cara menjaga jarak (physical distancing) maupun karantina. Tapi, kata dia, apa pun yang menjadi pilihan, kuncinya adalah pada konsistensi, kedisiplinan, deteksi dini, dan perawatan yang baik bagi penderita.

"Namun dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor lain di samping aspek kesehatan, terutama konsekuensi ekonomi, penyediaan sembako dan logistik, serta mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakat rentan, kaum miskin, tunawisma, pekerja musiman dan lainnya," kata Paulus.

JKMC merupakan relawan yang terdiri dari ormas Katolik, rumah sakit-rumah sakit Katolik, perguruan tinggi Katolik, dan perhimpunan profesi Katolik yang didukung oleh Kantor Staf Presiden (KSP) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), serta berkoordinasi dengan semua komponen bangsa termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ada lima Kelompok Kerja (Pokja) JKMC: Pokja Alat Kesehatan, Pokja Relawan, Pokja Komunikasi dan Edukasi, Pokja Ritual, dan Pokja Kelompok Rentan.

Pada Jumat pekan lalu perwakilan rumah sakit Katolik yang menangani pasien COVID-19 menerima bantuan alat kesehatan dari pemerintah melalui KSP berupa 1 juta masker dan 1 juta sarung tangan. Rumah sakit Katolik yang menerima bantuan itu adalah RS Sint Carolus, RS Atmajaya, dan RS Elizabeth.

JKMC juga melakukan rekrutmen relawan dan membuka layanan konsultasi psikologi online untuk membantu mengatasi kepanikan masyarakat akibat COVID-19 di Unika Atma Jaya Jakarta, SUDARA, Unika Soegijapranata Semarang, Unika Widya Mandala Surabaya, dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sementara itu, hingga Senin (23/3), tercatat ada 1.414 kasus positif COVID-19 di Indonesia, tersebar di 31 provinsi. Total kasus meninggal dunia menjadi 122 orang. Total kasus positif yang sembuh 75 orang.

Presiden Joko Widodo hari ini mengumumkan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang perlu didampingi kebijakan darurat sipil. Presiden juga memberikan tujuh poin arahan yang mencakup antara lain percepatan distribusi 165 ribu Alat Pelindung Diri (APD) ke daerah, ketersediaan bahan pokok, realokasi APBN/APBD, masalah mudik, dan pengadaan alat tes kesehatan. 

(G-2)

 

BACA JUGA: