JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendorong pemerintah untuk lebih cepat lagi menyediakan perlengkapan medis dan rumah sakit rujukan pasien COVID-19, terutama di daerah-daerah yang terpapar. Selain itu, Alat Pelindung Diri (APD) dan berbagai fasilitas keselamatan medis untuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga merupakan kebutuhan yang mendesak.

IDI juga tengah menginvestigasi kasus kematian sejumlah anggotanya yang diduga karena COVID-19, antara lain: Hadio Ali (IDI Jakarta Selatan), Djoko Judodjoko (IDI Kota Bogor), Laurentius P (IDI Jakarta Timur), Adi Mirsaputra (IDI Kota Bekasi), Ucok Martin (IDI Medan), Toni Daniel Silitonga (IDI Bandung Barat), Bambang Sutrisna (IDI Jakarta Timur), dan Iwan Dwiprahasto (IDI Yogyakarta). Namun, dalam klarifikasinya, pihak IDI menyatakan penyebab kematian Toni bukan disebabkan langsung oleh COVID-19, namun karena kelelahan dan adanya serangan jantung. Sementara itu Bambang diketahui merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar IDI M. Adib Khumaidi kepada Gresnews.com, Selasa (24/3), mengatakan IDI melakukan koordinasi per wilayah untuk memberikan bantuan tenaga medis. Saat ini IDI juga membuka rekrutmen untuk relawan-relawan medis dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.

"Kita belum bisa pastikan berapa (jumlahnya), tergantung kebutuhan masing-masing. Ini belum ada data riil karena teman-teman daerah pun juga melakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing soalnya," kata Adib.

Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan pada Januari 2019, jumlah total sumber daya manusia (SDM) kesehatan di Indonesia sebanyak 1.182.808, yang antara lain terdiri dari dokter spesialis (37.544), dokter umum (56.084), tenaga keperawatan (354.218).

Namun, Adib menambahkan, hal yang terutama bagi IDI adalah keselamatan anggota. Fasilitas keselamatan bagi para tenaga medis sangat dibutuhkan.

"Tentunya, kalau dari kami, selalu yang utama sebenarnya adalah keselamatan anggota kami, teman-teman sejawat kami, terkait juga dengan alat proteksi diri,” kata Adib.

APD belum terpenuhi hingga saat ini, terutama di daerah-daerah. Saat ini fokus penyaluran APD adalah lebih kepada rumah sakit pemerintah atau rumah sakit rujukan.

"Padahal teman-teman di rumah sakit swasta, kemudian di klinik, di puskesmas, mereka juga membutuhkan APD, karena mereka berisiko untuk berkontak dengan pasien-pasien COVID-19," ujarnya.

Jumlah rumah sakit umum di Indonesia sebanyak 2.269. Dari jumlah itu, rumah sakit swasta adalah yang terbanyak, 1.093.

Mengenai kondisi Indonesia yang tengah berjuang menghadapi pandemi COVID-19, dia berpendapat saat ini Indonesia baru memasuki fase awal, di mana jumlah penderita COVID-19 akan terus meningkat. Dia memprediksi puncak penyebaran COVID-19 akan mencapai puncaknya sekitar Mei 2020. “(Pada) Mei pertengahan itu kemungkinan puncaknya. Jadi bukan pada akhir-akhir April,” kata Adib.

Selain tren penemuan kasus yang semakin banyak, yang juga penting dilakukan oleh pemerintah adalah membuat peta sebaran dan menghitung tren kualitatif di setiap wilayah. Per Selasa (24/3) sore, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 686, dengan jumlah kematian 55.

"Itu penting. Kita melihat angka ini naik secara gradual atau naik karena di wilayah-wilayah lain yang bukan dalam satu wilayah," kata dia,

Ia mencontohkan DKI Jakarta yang angkanya naik cukup besar. Itu terjadi karena akses yang paling mudah untuk melakukan pemeriksaan spesimen adalah di DKI Jakarta.

"Tapi kalau secara total nasional itu naik, tapi ternyata naiknya semuanya, karena di Jawa Timur atau di Sulawesi juga banyak. Itu berarti memang karena pemeriksaan yang saat ini sudah dibuka lebih banyak dibandingkan yang sebelumnya," katanya.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 2015-2018 Prof. Ilham Oetama Marsis menekankan pentingnya pemerintah mempersiapkan rumah sakit rujukan di daerah yang khusus menangani pasien COVID-19. Menurutnya, banyak rumah sakit di daerah yang belum memiliki perlengkapan untuk isolasi dan karantina. “Alat pelindung diri juga masih kurang, termasuk masker,” kata Ilham kepada Gresnews.com, Selasa (24/3).

Mengenai perkembangan penyebaran COVID-19 di Indonesia, dia memperkirakan puncak penyebaran akan terjadi pada pertengahan April 2020. “Jika dilakukan lockdown atau karantina,” kata dia.

Jika tidak dilakukan lockdown atau karantina, kata dia, puncak kasus akan terjadi pada pertengahan Mei 2020, bahkan akan terus meningkat.

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah telah mendistribusikan APD ke sejumlah provinsi. Sebanyak 105.000 unit APD telah disalurkan melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Sejumlah provinsi yang telah mendapat distribusi APD tersebut di antaranya ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan DI Yogyakarta.

“Kemarin sudah saya sampaikan bahwa APD telah kita distribusikan sebanyak 105.000 APD. Dikirim kepada Provinsi DKI 40.000, Jawa Barat 15.000, Jawa Tengah 10.000, Jawa Timur 10.000, DI Yogyakarta 1.000, Bali 4.000, dan provinsi-provinsi yang lain,” ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/3).

Kepala Negara memastikan bahwa bantuan APD tersebut telah diterima oleh Dinas Kesehatan masing-masing provinsi. Selanjutnya, Presiden memerintahkan agar APD tersebut segera didistribusikan kepada rumah sakit dan para tenaga medis yang berada dalam garis terdepan penanganan Covid-19. “Secepat-cepatnya,” tuturnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan alat-alat kesehatan seperti masker dan cairan pembersih tangan baik untuk masyarakat maupun tenaga medis, Presiden juga telah meminta agar aktivitas ekspor terhadap komoditas tersebut dihentikan untuk sementara waktu dan mengalihkannya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

(G-2)

BACA JUGA: