JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan telah biasa difitnah dengan berbagai macam hal. Namun fitnah itu tentu saja tidak benar. Buktinya perolehan suara PKS dalam pemilu terus meningkat.

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan PKS lebih dari “menyalahpahami dan menyalahpahamkan” dengan berbagai publikasi yang menyudutkan PKS. "Bila mereka ada benarnya, hampir pasti PKS rontok atau berkurang dukungan, seperti yang mereka inginkan dengan disinformasi tentang PKS itu," kata Hidayat kepada Gresnews.com, Sabtu (22/2), merespons pernyataan mantan politisi PKS Fahri Hamzah yang mengatakan PKS tidak memahami narasi dan hukum bernegara. Pernyataan Fahri itu disampaikan saat peluncuran buku putihnya, kemarin. Fahri mengungkap cerita mengenai perkara hukum yang tengah berlangsung di tingkat Peninjauan Kembali (PK) antara dirinya dan Presiden PKS Sohibul Iman dkk. Pokok perkara itu berkaitan dengan pemecatan Fahri dari keanggotaan PKS, yang berujung pada turunnya Fahri dari jabatan Wakil Ketua DPR. Nilai ganti rugi yang diminta oleh Fahri kepada Sohibul Iman dkk sebesar Rp30 miliar.

Hidayat menuturkan, bagi PKS, berpolitik di negara yang majemuk dan demokratis seperti Indonesia, tolak ukurnya adalah eksistensi dari pemilu ke pemilu. "Terbukti perolehan suara PKS selalu naik," ujarnya.

Lebih lanjut Hidayat berkata, saat PKS digembosi dan difitnah sana-sini, kader dan pimpinan PKS di seluruh Indonesia semakin solid. Pada 2014, jumlah pemilih PKS 8,4 juta dan lima tahun kemudian (Pemilu 2019), naik 3 juta menjadi 11,4 juta pemilih. Sementara itu jumlah kursi PKS di DPR periode 2009-2014 sebanyak 40 kursi, sedangkan pada 2019-2024 bertambah menjadi 50-an kursi.

Bahkan, kata Hidayat, di Bali, perolehan suara PKS pada Pemilu 2019 adalah yang tertinggi sepanjang sejarah PKS mengikuti pemilu. "Semakin difitnah, legitimasi semakin teruji, dibuktikan dengan elektabilitas yang semakin tinggi," ujar Hidayat.

(G-2)

BACA JUGA: