JAKARTA - Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa malam (31/12/2019) mengakibatkan banjir yang sampai saat ini belum surut juga. Intensitas hujan yang mengguyur Jakarta tiga hari terakhir memang cukup tinggi, ditambah dengan kiriman air dari Bogor.

Banjir itu melanda hampir seluruh daerah di DKI Jakarta hingga 41 titik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di Jakarta Barat terdapat 7 titik banjir, Jakarta Pusat terdapat 1 titik banjir, Jakarta Selatan terdapat 22 titik banjir, Jakarta Utara terdapat 2 titik banjir, dan di Jakarta Timur terdapat 11 titik banjir. Air menggenang hingga sepinggang orang dewasa atau sekitar 1 meter.

Direktur Eksekutif Komunitas Pemuda Jakarta Peduli Lingkungan (KPJPL) Amri Zikri mengatakan banjir yang terjadi setiap musim penghujan menjadi permasalahan yang harus bisa diatasi dengan memperbanyak hutan kota dan taman kota untuk menjadi daerah serapan air.

“Hutan kota sendiri banyak manfaatnya, bukan hanya sekadar untuk pencegahan terhadap banjir. Dengan membuka hutan kota, bisa dijadikan tempat kepentingan konservasi hayati, dan juga mengurangi polusi udara,” kata Amri kepada Gresnews.com di Jakarta, Kamis (2/1).

Salah satu konsep yang tepat untuk mengurangi banjir adalah penataan hutan kota dengan konsep water catchment area, yaitu dengan membuat level permukaan tanah RTH hutan kota lebih rendah (antara 20 cm hingga 30 cm) dari lingkungan sekitar (pemukiman dan jalan) sehingga dapat membantu mengurangi potensi air menggenang (di permukiman dan jalan), karena posisi RTH lebih rendah. Volume air yang dapat ditampung sementara lumayan besar. Sebagai ilustrasi, untuk luasan RTH hutan kota minimal 2.500 m² dengan kedalaman 20 cm dapat menampung 500 m³ air.

“Konsep water catchment merupakan konsep yang bisa diterapkan di hutan kota dengan tujuan mengatasi banjir dengan penanggulangan air hujan di daerah perkotaan, agar di daerah perkotaan tetap memiliki daerah penyerapan air untuk memperbaiki aliran air permukaan karena memiliki tempat tampung dengan daerah resapan, karena sebenarnya kalau seluruh permukaan tanah di DKI itu berupa tanah terbuka, tidak akan ada genangan, karena curah hujan harian rata-rata hanya 100 mm (setinggi 10 cm). Di DKI Jakarta sendiri hanya memiliki lebih kurang 20% lahan terbuka, selebihnya sudah menjadi lahan tertutup,” ujar Amri.

Hutan kota juga bisa dibentuk menjadi hutan kota aktif, yang bisa dimanfaatkan sarana dan prasarananya untuk masyarakat. Dengan begitu, hutan kota juga bisa menjadi sangat bermanfaat bukan hanya untuk lingkungan melainkan bisa digunakan langsung oleh masyarakat.

“Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini Bapak Gubernur Anies Baswedan harus bisa menghadirkan lebih banyak lagi hutan kota di Jakarta untuk melakukan keseimbangan lingkungan dan untuk mengatasi permasalahan banjir dan polusi udara, karena sedikit sekali adanya ruang terbuka sebagai tempat penyerapan air. Dinas Kehutanan DKI Jakarta dalam hal ini harus lebih gencar menghadirkan RTH,” tutup Amri. (G-1)

BACA JUGA: