JAKARTA - Para nelayan menjadi korban paling mengenaskan dari kebocoran sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik Pertamina yang terletak di perairan Pantai Utara Jawa. Mereka tidak dapat lagi melaut dan bila dipaksakan melaut pun hasil yang didapat jauh lebih kecil dari biasanya. PT Pertamina (Persero) diminta untuk memberi ganti rugi mereka yang terdampak secara merata.

Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Marthin Hadiwinata mengatakan tumpahan minyak mentah masih terus terjadi menandakan kebocoran sumur belum bisa diatasi. "Hasil tangkapan para nelayan sangat jauh berkurang, akibat bencana ini. Nelayan juga belum mendapat ganti rugi yang merata," katanya kepada Gresnews.com, Kamis (1/8).

Bila sebelumnya dalam sehari bisa mendapatkan 10 kilogram rajungan kini hanya satu kilogram saja. Padahal saat ini adalah angin timur dimana biasanya sangat mudah mendapatkan ikan di laut. Para nelayan pun banyak yang menganggur. Pencemaran ini skalanya terus meluas hingga ke hutan-hutan mangrove juga. Kalau tidak segera diatasi, hutan mangrove ini dapat mati. "Saya kemarin baru dari sana," ungkapnya.

Bencana ini terjadi pada 12 Juli 2019, pukul 01.30, muncul gelembung gas dan tumpahan minyak di sumur YYA-1 di lokasi pengeboran lepas laut milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), Karawang, Jawa Barat, pada saat reperforasi. Gelembung gas muncul di Anjungan YY dan Rig Ensco-67 menyebar di laut utara Jawa menyebar ke setidaknya dua desa di Bekasi dan enam desa di Karawang. (G-2)

BACA JUGA: