Infrastruktur minim, produk impor sesaki pasar domestik
Jakarta - Pembangunan pelabuhan darat atau dry port di daerah-daerah perbatasan diyakini dapat meminimalisir membanjirnya produk impor negara tetangga.
"Dengan adanya dry port, aktivitas perdagangan antarnegara tetangga bisa lebih dikontrol," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Bidang Koordinator Wilayah Perbatasan, Endang Kusumayadi dalam diskusi bertema ´Ekonomi Perbatasan´ di Jakarta, Rabu (25/4).
Selain meminimalisir banjirnya produk impor, menurut Endang, dry port juga dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan volume perdagangan.
"Dengan demikian juga dapat memberikan nilai tambah bagi pemerintah juga," ujar Endang.
Namun Endang menyayangkan, hingga saat ini pembangunan dry port masih terkendala izin yang cenderung rumit dan lambat. Pertimbangannya, kawasan perbatasan masuk dalam kategori kawasan strategi nasional yang penggunaan ruangnya dikendalikan oleh pemerintah pusat.
Padahal, lanjut Endang, jika dicermati, daerah perbatasan diakui memiliki potensi yang tinggi atas sumber daya alam (SDA) penopang ekonomi lokal.
Tidak heran jika tingkat kesenjangan ekonomi antara daerah perbatasan dengan daerah lain kian melebar.
"Rendahnya pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan bisa membuat masyarakat di sana bergantung pada pelayanan sosial ekonomi negara tetangga," pungkas Endang.
- Prioritaskan Perempuan Korban Perdagangan Orang dalam Pembebasan Napi COVID-19
- Pemerintah Didesak untuk Mengusut Dugaan Perdagangan Orang ABK di Kapal Tuna Berbendera RRC
- Perdagangan Manusia Marak, Di Mana Pemerintah?
- Mau jadi Importir? Ini Syaratnya
- Perhatikan Aturan ini Ketika Berurusan dengan Ekspor
- HATI-HATI Beli Barang Tanpa Label Produk, Ini Ancaman Hukumannya
- Kewajiban Memenuhi SNI