JAKARTA,GRESNEWS.COM - Banyak cara dilakukan orang untuk memperjuangkan tujuannya, salah satunya adalah dengan menarik simpati banyak orang. Hal itulah yang dilakukan Sayed Khairul (49 tahun) dalam memperjuangkan nasib warga kampungnya yang menjadi korban perusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan penggilingan batu dan material PT Syakila Group. Demi menarik perhatian anggota DPR, Sayed sengaja pergi ke Jakarta dari Kecamatan Baktia, Aceh Utara dengan bersepeda selama 28 hari.

Ia tiba di depan Gedung DPR pada 13 Januari 2014 lalu dan langsung berupaya mengadukan peristiwa perusakan lingkungan itu ke anggota dewan. Sayang hingga hari ini, Senin (16/6) perjuangannya belum menemukan hasil yang memuaskan. Padahal langkah nekat itu dia tempuh lantaran sudah tujuh tahun lebih ia bersama dua ribuan warga lainnya memperjuangkan nasib mereka namun tak juga digubris.

Warga, kata Sayed, sudah muak selama bertahun-tahun harus bergulat dengan debu yang pekat dan mengganggu kesehatan mereka, kebisingaan, serta getaran alat-alat berat. Semua itu telah menganggu aktivitas warga. Mereka pun mencoba mengadukan nasib kepada pemerintah. Warga sudah melayangkan surat ke-22 instansi pemerintahan seperti Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Menko Kesejahteraan Rakyat, dan Mabes Polri. Namun, surat pengaduan tak ada satupun yang ditanggapi.

Merasa diabaikan jika hanya mengirimkan pengaduan tak langsung, Sayed pun punya ide untuk mengadukan nasib warga kampungnya langsung ke Jakarta. Tujuannya adalah Gedung DPR yang katanya diisi oleh para wakil rakyat itu. Bagaimana caranya pergi ke sana? Sayed punya ide untuk ke Jakarta dengan cara mengayuh sepeda demi bisa bertatap muka dengan para wakil rakyat yang katanya terhormat itu.

Pada tanggal 22 Desember 2013 lalu dimulailah perjalanannya selama 28 hari ke Jakarta. Sejak kedatangannya di Senayan, selama beberapa minggu ia mencoba untuk menembus masuk ke dalam gedung DPR. Sayang, langkahnya selalu dipersulit birokrasi. "Katanya saya harus punya surat rekomendasi dari daerah. Karena mentok, saya lagi-lagi hanya bisa titipkan surat ke security," ujarnya kepada Gresnews.com, Senin (16/6).

Setelah beberapa kali berjuang, sebenarnta, pada akhir bulan Januari lalu, ia pernah berhasil memberikan surat kepada M. Nasir Jamil, Anggota Dewan Fraksi PKS. Sayang usaha itu tak membuahkan hasil. PT Syakila Group tetap menjalankan usahanya yang telah mencemari lingkungan di kawasan Kecamatan Baktia.

Sayed bingung kenapa upayanya mengadukan nasib warganya ke DPR tak juga berhasil. Padahal, dari hasil pemeriksaan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Aceh Utara sejak tahun 2012 lalu, perusahaan itu sudah dinyatakan bermasalah dan melakukan pelanggaran terhadap UU Lingkungan Hidup. Bahkan perusahaan itu sudah mendapatkan teguran dari BLHK.

Perusahaan tersebut menjalankan pertambangan bahan tambang kategori galian C dengan cara melanggar UU. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur, batu kali dan asbes. Perusahaan itu dinilai melanggar karena melakukan penambangan batu hanya sejarak 20 meter dari lingkungan warga sekitar.

BLHK akhirnya menegur PT Syakila Group lantaran selama ini operasional perusahaan yang memproduksi material jalan itu menyebabkan polusi dan lokasi tambangnya berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Nuraina Kepala BLHK Aceh Utara pernah memperingatkan untuk mengurangi tonase produksi serta tidak beroperasi saat masyarakat sedang beristirahat.

Hal inilah yang dikeluhkan warga. "Bayangkan debunya! Ini seperti pembunuhan masal secara perlahan dan sadis," ungkapnya. Namun peringatan yang dilayangkan berkali-kali tersebut tidak pernah digubris. Saking herannya, Sayed sampai mengatakan perusahaan tersebut kebal hukum.

Karena itu dia nekat ke DPR dengan harapan para wakil rakyat yang katanya terhormat itu meninjau langsung lokasi pertambangan PT Syakila Group. "Saya akan minta para wakil rakyat ini mampir barang 15 menit saja ke sana. Saya tak akan meminta dihentikan operasinya, biarlah mereka yang merasakan sendiri penderitaan kami selama tujuh tahun lebih dengan tinjuan selama 15 menit itu," ucapnya.

Hari ini, upaya Sayed memang gagal lagi. Tak ada satupun anggota dewan yang bersedia menemuinya Sayed mengaku tak tahu apa yang ada di benak para anggota dewan itu sehingga tega mengabaikan aspirasinya. Dia mempertanyakan selama ini anggota DPR sebenarnya memperjuangkan aspirasi siapa? Rakyat? Atau kepentingan pribadi dan partai? Yang jelas Sayed mengaku tak akan menyerah. "Saya akan terus berjuang," katanya.

BACA JUGA: