JAKARTA, GRESNEWS.COM- Climate Wizzard, begitulah nama situs pemetaan iklim yang diluncurkan The Nature Conservancy (TNC) ini. Situs tersebut, dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi iklim di masa depan dengan menggunakan data hasil rekaan terkini dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim. TNC, sebagai organisasi konservasi bekerjasama dengan beragam mitra membangun Climate Wizard di tahun 2009. Dengan mengembangkan situs ini pihak TNC berharap dapat menolong pengguna menganalisa bagaimana perubahan iklim dapat diprediksikan di kawasan-kawasan tertentu di seluruh dunia.

Data yang disajikan berukuran 50 kilometer piksel dan alat ini menyediakan beragam informasi dalam satu layar yang dapat menjadi pedoman untuk ketahanan iklim dan rencana adaptasi oleh pemerintah dan masyarakat. "Berkumpulnya pemerintah dari berbagai negara di Warsawa, Polandia untuk mengikuti Conference of the Parties (COP) 19 yang diselenggarakan oleh Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) minggu lalu, memberi signifikansi peran Climate Wizard dalam menginformasikan data iklim kepada para pembuat keputusan," kata Evan Girvetz, PhD, ilmuwan senior untuk iklim TNC dalam pernyataan tertulis yang diterima Gresnews.com, Jumat (13/12).

Situs http://climateknowledgeportal.climatewizard.org/ dengan 22 variabel iklim dapat menyediakan informasi iklim di masa datang yang relevan dengan tipe dampak yang lebih spesifik, seperti kelembaban tanah, curah hujan maksimal 5 hari setiap tahun dan angka terbesar musim kering setiap tahun. Aplikasi ini telah digunakan untuk menyiapkan dan menganalisa detil profil bagaimana kawasan dan bentang alam tertentu, seperti negara Kenya dan Nikaragua, atau bantaran sungai seperti Nil Timur, terdampak oleh polusi karbon dalam tingkat yang lebih tinggi. Analisis tingkat-negara Climate Wizard menggunakan model iklim yang juga diterapkan IPCC’s Fifth Assessment Report (AR5), menunjukkan beberapa negara dan kawasan diramalkan akan terkena dampak yang lebih besar karena emisi gas rumah kaca yang menahan panas daripada negara lainnya.

Girvetz berharap, pemerintah dan masyarakat dapat mengerti bagaimana perubahan iklim yang terjadi di kawasan mereka dapat disimulasikan sehingga masing-masing dapat mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengelola resiko yang akan dihadapi. Kita semua, ujar Girvetz, tahu bahwa perubahan iklim akan terjadi dan besar dampaknya terhadap masyarakat. "Sekarang pertanyaannya adalah apa yang dapat kita siapkan untuk menghadapinya? Kita harus berinvestasi dalam bentuk kegiatan adaptasi iklim yang seperti apa? Adaptasi seperti apa yang harus menjadi fokus? Bagaimana dengan resiko banjir atau pasokan air bersih? Mana yang harus diperhatikan, ancaman kebakaran (hutan) atau tanah longsor? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat beragam bentuk dan kombinasinya di setiap negara," ungkapnya.

Sementara itu, Penasehat Senior untuk Kebijakan Konservasi TNC Indonesia Wahjudi Wardjojo mengatakan, pendekatan ilmiah yang dirangkum dalam Climate Wizard dapat dijadikan sebagai acuan para pengambil keputusan untuk menentukan arah pembangunan ke masa depan. "Khususnya yang berhubungan dengan sumberdaya alam," ujarnya. Di Indonesia sendiri, Climate Wizard, kata Wahjudi, memprediksi bahwa di sebagian besar kawasan di pulau Sumatera dan Kalimantan serta sebagian kecil Papua, temperatur rata-rata akan meningkat sekitar 3 derajat celcius pada tahun 2080.

Perubahan ini dapat dipastikan akan memengaruhi hajat hidup orang banyak dan selayaknya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah untuk mulai merancang berbagai antisipasi yang diperlukan. "Berdasarkan prediksi ini, TNC sebagai salah satu organisasi konservasi lingkungan terdepan yang banyak melakukan pendekatan secara ilmiah tidak bosan-bosannya menghimbau masyarakat, dunia usaha dan pemerintah untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam, baik di laut maupun darat, secara berkelanjutan," ujar Wahjudi.

Situs ini sendiri sudah disimulasikan dalam perhelatan COP ke-19 di Warsawa, Polandia beberapa waktu lalu. Melihat data tuan rumah COP ke-19, Polandia, peta Climate Wizard mengindikasikan keadaan yang lebih panas dan basah di masa datang, terutama di bagian utara pada akhir abad ini. Di masa datang, beberapa lokasi akan mengalami kondisi basah yang dahulu hanya muncul setiap lima tahun sekali. Beberapa prakiraan bahkan menunjukkan rata-rata hujan di masa datang dalam setahun akan lebih tinggi dari total curah hujan dalam setahun di masa lalu. Hal ini dapat memicu resiko banjir yang lebih tinggi, dimana masyarakat harus disiapkan untuk menghadapinya.

Saat ini total data dari 25 negara peserta COP 19 dapat diakses melalui situs http://cop19.climatewizard.org. Pengguna dapat memilih negara dan melihat peta berwarna yang menunjukkan perkiraan temperatur dan curah hujan di negara tersebut dalam kurun 2081 hingga 2100, tergantung dari efek emisi gas rumah kaca (rendah atau tingginya skenario emisi di masa depan).

Beberapa temuan Climate Wizard:

Pada beberapa bagian negara-negara berikut ini, Climate Wizard mengindikasikan pola curah hujan yang jauh lebih tinggi, sangat meningkat dibandingkan ‘tahun basah’ yang biasanya hanya terjadi setiap 5-10 tahun sekali dimasa lalu. Diperkirakan situasi abnormal ini akan menjadi wajar, atau menjadi rata-rata curah hujan tahunan di masa mendatang pada negara-negara berikut: China, India, Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Papua), Kenya, Papua Nugini, Peru, Rusia, Inggris.

* Semua model iklim Climate Wizard sama-sama menunjukkan bahwa curah hujan di China akan meningkat pada akhir abad ini.

* Di sebagian dataran tinggi Tibet, jumlah curah hujan yang turun pada 2090 akan lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.

* Amerika Serikat bagian timur laut, kawasan yang tepat setahun lalu terkena topan Sandy, sekarang memiliki curah hujan yang lebih tinggi. Jika pola emisi terus meningkat hingga akhir abad ini, kawasan timur laut Amerika Serikat ini akan mengalami curah hujan ekstrim setiap dua tahun, padahal sebelumnya terjadi setiap 7-10 tahun sekali.

* Curah hujan hutan hujan Amazon Tengah akan menurun sekitar 10 persen sepanjang tahun sehingga meningkatkan resiko kebakaran hutan.

* Menurunnya curah hujan di Meksiko Tengah ditambah perkiraan meningkatnya temperatur sebesar 5 derajat celsius pada 2090 telah terindikasi pada kekeringan parah yang sekarang terjadi di Chihuahua.

* Dengan sekitar seperenam karbon terikat tanah berada di tundra Rusia, peningkatan temperatur 10 derajat celsius bahkan lebih pada akhir abad akan membuat kawasan karbon Rusia mengeluarkan karbondioksida yang telah terperangkap ribuan tahun.

BACA JUGA: