JAKARTA, GRESNEWS.COM - Dua bulan jelang pemungutan suara, persaingan semakin seru dan ketat di antara tiga pasangan calon yang berkontestasi di Pilkada DKI 2017. Menurut Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) yang dilaksanakan pada tanggal 5-14 Desember 2016, Ahok masih dipandang sebagai sosok yang paling memahami masalah di Jakarta. Akan tetapi uniknya lebih dari 50 persen warga DKI Jakarta yang disurvei menginginkan pemimpin baru.

Dalam jumpa pers yang digelar SPIN di Cikini pada minggu (18/12) sore, terungkap, masing-masing pasangan calon yaitu Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi masih berpeluang untuk menang dan sekaligus juga berpotensi kalah, atau tidak lolos masuk ke putaran kedua. Soal elektabilitas, ketika ditanyakan apabila pilkada DKI dilakukan hari ini, pasangan Ahok-Djarot masih terlihat unggul.

Pasangan petahana itu mendapatkan dukungan responden sebesar 31%. Di posisi kedua ada pasangan Anies-Sandi 27 persen, dan Agus-Sylvi sebesar 23 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan sebesar 19 persen.

Dari sisi penerimaan alias akseptabilitas, penerimaan warga terhadap Ahok memang cenderung menurun, namun publik DKI Jakarta tetap melihat Ahok sebagai figur yang paling memahami masalah di DKI Jakarta. Hal itu diyakini oleh 73 persen responden yang diseurvei. Sementara soal memahami masalah di DKI, Anies dipercaya oleh 40 persen responden. Sementara Agus 33 persen.

Meski begitu, terkait siapa sosok yang dinilai paling perhatian (caring) terhadap warga Jakarta, sosok Anies mendapatkan suara tertinggi dari responden yaitu sebanyak 57 persen. Ahok di urutan kedua dengan 52 persen, dan Agus 47 persen. Anies juga lebih dianggap mewakili semua lapisan penduduk Jakarta ketimbang Ahok dan Agus.

"Dukungan kepada para calon yang berkompetisi di Pilkada DKI Jakarta masih cair sampai saat ini, dan cenderung masih bisa berubah," ujar Direktur SPIN Igor Dirgantara di Cikini, Minggu, (18/12).

Lebih lanjut ia menyatakan, publik DKI Jakarta pada saat ini mengharapkan pemimpin yang memiliki respek, integritas, mereprentasikan semua lapisan masyarakat Jakarta. Kemudian pemimpin yang sanggup menciptakan lapangan pekerjaan, dan punya kemampuan memajukan pendidikan bagi warganya.

Atas dasar alasan tersebut, masih ada 30 persen warga DKI yang percaya Ahok pantas untuk dipilih kembali sebagai Gubernur, sedangkan 55 persen menginginkan sosok Gubernur DKI yang baru. Berbeda dengan Ahok yang kontoversial di mata publik, Anies Baswedan dianggap calon yang paling memiliki potensi dan peluang untuk dipilih warga DKI Jakarta sebagai Gubernur DKI baru.

Tetapi, kata Igor, sosok Anies sangat rentan diterpa isu-isu negatif keagamaan. "Agus juga punya kesempatan yang sama seperti Anies walau minim pengalaman," ungkapnya.

PILIHAN BERDASARKAN ETNIS DAN AGAMA - Jika dilihat berdasarkan etnis dan agama, etnis China yang ada di Jakarta 90 persen memberi dukungan penuh kepada pasangan Ahok-Djarot. Pasangan Anies-Sandi hanya beroleh 4 persen dukungan etnis China dan Agus-Sylvi 1 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan 6 persen.

Etnis China di DKI Jakarta sendiri berjumlah sekitar 8 persen dari total penduduk Jakarta. Untuk etnis Jawa yang memiliki jumlah 38 persen dari penduduk Jakarta, 23 persen menyatakan memilih Anies-Sandi, 22 persen memilih Ahok-Djarot, 20 persen memilih Agus-Sylvi sebagai gubernur DKI. Sementara 34 persen belum menentukan pilihan.

Sedangkan untuk etnis Sunda yang berjumlah 14 persen dari penduduk Jakarta, Agus-Sylvi dipilih oleh 29 persen responden. , Sementara Anies-Sandi 21 persen, Ahok-Djarot 16 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan sebanyak 34 persen.

Untuk etnis asli Jakarta yakni etnis Betawi yang berjumlah 34 persen dari masyarakat DKI Jakarta, 29 persennya menyatakan akan memilih pasangan Anies-Sandi, pasangan Agus-Syilvi mendapatkan 27 persen dukungan. Sementara Ahok-Djarot berada di posisi buncit yaitu 12 persen dukungan. Yang belum menentukan pilihan sebesar 31 persen.

Apabila dilihat dari segmen agama, umat Kristiani yang berada di Jakarta memilih pasangan Ahok-Djarot sebanyak 94 persen. Untuk Agus-Sylvi 4 persen, sedangkan Anies-Sandi sama sekali tidak mendapatkan suara. Sementara, sebanyak 2 persennya belum menentukan pilihan.

Sedangkan terkait kasus penistaan agama yang menimpa Ahok, ada sekitar 48 persen masyarakat Jakarta mengetahui kasus Surat Al-Maidah yang menimpa Ahok dan permintaan maafnya kepada publik. "Sebanyak 27 persen mendukung ahok, 51 persen tidak mendukung dann sisanya tidak menjawab," katanya

Survei SPIN dilakukan terhadap 773 responden yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta, dengan teknik multistage random sampling. Margin of error 3,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara yang dilakukan melalui tatap muka langsung dengan bantuan kuisioner. Uji kualitas dilakukan melalui spot check dengan mengambil 20 persen dari total sampel.

PEMILIH CERDAS - Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Azas Tigor Nainggolan menyatakan, warga DKI saat ini sudah sangat cerdas dan tidak akan tertarik dengan pemimpin yang hanya bermodalkan kemampuan retorika saja. Warga DKI akan melihat aspek program yang diajukan para calon gubernur tersebut, dan menilai apakah program yang diusung masuk akal atau hanya sekadar janji manis belaka.

"Jangan coba-coba menjanjikan hal yang tidak mungkin karena warga DKI akan menagihnya," ungkap Azas Tigor, Sabtu (17/12).

Oleh sebab itu, apabila ada kandidat yang memberikan janji atau program yang tidak realistis seperti program salah satu calon yang menjanjikan pembagian uang kepada setiap RW, apabila dia terpilih, maka warga DKI akan memberikan penghukuman dengan cara tidak memilih calon tersebut saat pemilihan. Sebab masyarakat DKI sudah dapat menilai apakah program tersebut akan bisa berjalan ke depannya.

Ia juga menyatakan, dalam melihat para kandidat, warga DKI saat ini lebih memilih untuk menilai berdasarkan kinerja serta hasil kerja nyata yang dilakukan oleh para calon tersebut. Walaupun kedua calon lainnya belum bisa dilihat hasil kerjanya, penilaian warga DKI akan menyasar kepada apa yang yelah dilakukan para calon tersebut ketika menduduki jabatan strategis sebelumnya.

"Anies Baswedan akan dipelajari saat menjabat sebagai menteri begitu juga Agus saat masih di militer," ungkapnya.

Macet dan banjir masih menjadi permasalahan utama yang ada di DKI, para pasangan calon pun berlomba-lomba menawarkan program terbaik untuk menangani masalah tersebut. Pasangan Ahok-djarot menawarkan solusi dengan Mendorong percepatan penyediaan Ruang Terbuka Biru (RTB) sebesar 5 persen dengan menyelesaikan pembangunan 17 waduk dan 9 embung untuk menambah tampungan air.

Sedangkan untuk permasalahan kemacetan, mereka berencana akan membangun rumah susun yang terintegrasi dengan pasar tradisional, terminal, gelanggang olahraga (GOR), sekolah, dan waduk di berbagai lokasi di Jakarta yang diperuntukkan bagi warga kelas menengah ke bawah. Kemudian membangun apartemen sewa murah di pusat kota yang terjangkau bagi warga kelas menengah untuk mengurangi kemacetan antarkota.

Sedangkan pasangan Agus-Sylvi berencana mengatasi banjir dengan meningkatkan kualitas dan fungsi saluran dan drainase perkotaan ditambah meningkatkan kualitas normalisasi bantaran, saluran sungai, waduk, dan situ. Untuk permasalahan kemacetan, pasangan calon ini berencana melakukan penataan manajemen lalu lintas untuk mencegah kemacetan.

Kemudian, meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan, baik untuk kendaraan bermotor, sepeda, dan pejalan kaki. Serta menambah feeder untuk transjakarta dan mendorong berdirinya sarana parkir vertikal di lokasi-lokasi tertentu.

Pasangan terkahir yakni Anis-Sandiaga tidak merespons rinci masalah banjir Jakarta. Tidak ada kata banjir dalam uraian visi, misi ataupun program priortas mereka. Untuk permasalahan kemacetan, pasangan ini menawarkan banyak program penanggulangan kemaceten antara lain menerapkan sistem berbagi kendaraan dengan memberikan kompensasi tunai bagi yang melakukan melalui aplikasi daring.

Selain itu, pasangan Anies-Sandi juga akan memberlakukan tarif parkir dan pajak tinggi bagi kendaraan bermotor dan menambah jumlah armada angkutan umum.  

BACA JUGA: