JAKARTA, GRESNEWS.COM - Langkah Gita Wirjawan untuk mundur dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan tidak lebih dari sekadar pencitraan politik. Pengamat Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, jika dilihat dari perspektif komunikasi politik, apa yang dilakukan Gita adalah manuver dalam menajemen kesan. "Gita sadar benar dirinya sedang menjadi pelakon yang mengikuti plot cerita penuh drama, intrik, hubungan antagonistis, dan tentu dia ingin keluar sebagai tokoh protagonis yang mendapat simpati, dukungan, bahkan bintang atau pemenang," kata Gun Gun kepada Gresnews.com, Minggu (2/2).

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute itu menambahkan pengelolaan kesan (impression management) sama atau sebangun dengan pencitraan. Tampaknya ada tiga kesan yang dikelola Gita pada momentum pengunduran dirinya. Pertama, dia ingin menanamkan persepsi di khalayak bahwa dia menjawab ekspektasi banyak orang terkait sejumlah paradoks yang sudah dan akan muncul saat seorang pejabat publik seperti menteri harus bertarung di proses politik cukup panjang bernama konvensi.

Kritik banyak pihak bahwa para pejabat publik yang menjadi kontestan konvensi akan memiliki konflik kepentingan (conflict of interest) dengan segudang program kerjanya sebagai menteri. Misalnya, soal iklan "Cinta Produk Dalam Negeri". Menurut Gun Gun intensitas tayangan beragam iklan di media massa dan media luar ruang serta bingkai isi iklan yang lebih menonjolkan sosok Gita dibandingkan dengan pesannya sendiri. Hal itu pun menimbulkan spekulasi iklan-iklan Kementerian Perdagangan itu dijadikan alat "kampanye" oleh Gita.

Berdasarkan data Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) sepanjang tahun 2012 Kemendag telah melelang pengadaan iklan dan segala macam bentuk publikasi lainnya hingga menelan dana sebesar Rp 83,6 miliar. Menurut Gun Gun, publikasi yang dilakukan oleh Gita memang tidak melanggar hukum, namun ada etika yang tidak patut dijalankan sebagai menteri menggunakan fasilitas jabatan negaranya.

"Kedua, Gita juga tentu ingin mengesankan dirinya berbeda dengan peserta konvensi lain. Apa yang dilakukan Gita akan menjadi bola panas sekaligus tantangan untuk semua kontestan konvensi lain yang umumnya pejabat publik," imbuh Gun Gun.

Sedangkan yang ketiga, kata Gun Gun, Gita sedang mengelola kesan serius menapaki urusan politik. Menurut Gun Gun, Gita ingin tampak sebagai petarung yang bukan setengah-setengah yang hanya memosisikan diri sebagai pelengkap penderita dari proses politik yang dilaluinya.

Sayangnya, menurut Gun Gun, momentum pengunduran diri Gita dinilai sudah hilang. Menurut Gun Gun, bila tujuannya ingin mendapatkan simpati publik, seharusnya Gita mundur saat dirinya resmi ikut sebagai salah satu peserta konvensi.

Meski dikabarkan bahwa Gita sudah berusaha mengundurkan diri sebanyak tiga kali sejak bergabung di konvensi, namun publik tidak menilai demikian. Menurut Gun Gun masyarakat hanya menilai sesuatu terlihat di depan, bukan di belakang. Sehingga, usaha Gita yang gagal ketiga kali untuk mundur dinilai kurang negosiasi.

Sebelumnya, Gita resmi mengundurkan dirinya pada Jumat (31/1) lalu. Alasannya dikarenakan Gita ingin lebih fokus dalam posisinya sebagai capres di konvensi Partai Demokrat. Gita naik menjadi Menteri Perdagangan sejak tahun 2011 menggantikan Marie Elka Pangestu yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Gita menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Langkah yang saya ambil adalah langkah yang terbaik dalam perkembangan demokrasi di Indonesia," kata Gita kepada wartawan, Jumat kemarin.

BACA JUGA: