JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad ramai diberitakan tengah dilirik untuk dijadikan calon wakil presiden oleh Partai Gerindra. Terhadap wacana itupun, ternyata Samad menunjukkan ketertarikannya. Sikap yang diambil Samad ini menungundang berbagai kritik.

Peneliti dari Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM Hifdzil Alim mengatakan, majunya Samad akan sedikit berdampak pada pemberantasan korupsi. "Nantinya langkah Samad yang banting setir masuk politik akan dicap sebagai orang oportunis," kata Hifdzil kepada Gresnews.com, Rabu (19/3).

Jika Samad kemudian benar-benar maju sebagai cawapres maka ini menjadi yang petama dalam sejarah. Hifdzil sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan niat Samad untuk maju sebagai cawapres. Keputusan tersebut tergantung kepada pribadi Samad.

Hanya saja, kata Hifdzil, menjadi ketua KPK lebih prestisius dibanding wakil presiden. "Itu pilihan Abraham Samad, bagi saya lebih prestisius (jadi Ketua KPK-red) karena bisa panggil wapres," katanya.

Secara umum Hifdzil mengatakan jika Samad benar-benar maju, hal itu tak akan berdampak buruk pada internal KPK. Pasalnya KPK memiliki mekanisme sendiri ketika Samad akan maju sebagai cawapres.

KPK sendiri juga sudah mengambil sikap atas niatan Samad untuk menjadi cawapres dari Gerindra. Juru bicara KPK Johan Budi jika betul maju maka Samad harus mengundurkan diri sebagai Ketua KPK. "Kalau memang sudah resmi untuk nyapres atau wapres, ya kami mendukung. Namun, sesuai ketentuan, yang bersangkutan harus mundur," ujar Johan Budi, Rabu (19/3).

Menurut Johan sesuai dengan UU 30 Tahun 2002 Tentang KPK, disebutkan bahwa pimpinan lembaga itu harus steril dari kepentingan politik. Bahkan disebutkan secara gamblang, pimpinan tidak boleh masuk dalam pengurus partai politik. "Termasuk juga dengan dicalonkan. Ketentuannya seperti itu. Itu berlaku bila sudah resmi untuk mencalonkan diri," ujar Johan.

Hanya saja Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yakin Samad akan bertahan di KPK. "Saya yakin sahabat saya itu akan lebih fokus untuk menyempurnakan misi mulianya di KPK di saat para pelaku korupsi itu justru sebagian datang dari sejumlah parpol," ujar Busyro, Rabu (19/3).

Wacana meminang Samad sebagai cawapres oleh Gerindra bermula dari usulan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Fadli menyatakan Prabowo menyambut baik usulan soal Samad menjadi cawapres Gerindra. Prabowo dikabarkan mempertimbangkan serius usulan ini. "Bahkan beliau berpikir, jika berpasangan dengan Pak Abraham Samad, maka program menyelamatkan kebocoran 1.000 triliun setiap tahun menjadi lebih mudah," kata Koordinator Prabowo Media Center, Budi Purnomo, Senin (17/3) kemarin.

Gerindra sendiri punya alasan khusus mengapa melirik Abraham Samad untuk dipasang sebagai cawapres Prabowo Subianto. "Saya lihat masyarakat bawah sangat mengapresiasi parpol yang serius berjanji untuk memberantas korupsi," kata anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat, Rabu (19/3).

Martin mengatakan, masyarakat sudah sangat jengkel dengan banyaknya praktik korupsi di Indonesia. Mereka menginginkan pemimpin yang bisa memberi jaminan korupsi diberantas tuntas. "Karena masyarakat luar biasa jengkelnya terhadap koruptor-koruptor. Jadi sekarang pimpinan parpol yang dipandang bisa paling garang memberantas korupsi adalah Prabowo Subianto, dan jika ada Abraham Samad, upaya pemberantasan korupsi bisa lebih hebat lagi," ujarnya.

Dengan mulai melirik Abraham Samad, Martin mengatakan bahwa Gerindra tak sekadar beretorika dalam janjinya memberantas korupsi. Sebab Gerindra tak sekadar bicara, tapi juga menggandeng tokoh di balik aksi-aksi pemberantasan korupsi di Indonesia. "Jadi ini beda dengan katakan tidak pada korupsi. Kita tidak hanya teriak antikorupsi tapi langsung menggandeng," pungkasnya.

Ketika ditanya soal kemungkinan itu, Samad sendiri menunjukkan sikap tertarik. "Saya tinggal menunggu takdir, apakah jadi Wapres, Presiden atau tetap jadi Ketua KPK," ujar Samad.

Bahkan ketika kembali ditanya soal itu beberapa hari kemudian, Samad tetap memberikan jawaban yang menunjukkan ketertarikan itu. "Berikan saya waktu salat istikharah," ujarnya.

Dia sendiri mengaku tidak punya ambisi sama sekali untuk maju. Namun, Samad berdalih, sebagai manusia dia tidak bisa menolak jalan hidup. "Pertama saya harus salat istikharah, kedua saya masih tetap pada pendapat saya bahwa sebagai manusia biasa kita tidak akan mungkin menolak takdir," ungkapnya.

Jika Samad benar-benar maju sebagai cawpres, sebenarnya dia memang punya modal politik yang lumayan.  Menurut hasil Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) yang menganalisis seluruh hasil survei yang dirilis mulai Februari-Desember 2013, elektabilitas sang Ketua KPK tak begitu buruk. Elektabilitas Abraham Samad mencapai 5% di akhir 2013 silam, beda tipis dari mantan wapres Jusuf Kalla.

Setidaknya selama 2013, terdapat 30 survei yang dirilis oleh 20 lembaga. Dalam kajian ini menggunakan pendekatan Meta Analisis dan Focus Group Discussion (FGD). Hasilnya, Samad nangkring di urutan ketujuh dari delapan kandidat capres-cawapres dengan perolehan 5,20% suara, hanya kalah 0,07% dari Jusuf Kalla di urutan keenam.

Hanya saja memang tidak semua pihak setuju dengan niat Samad itu. Wakil Ketua DPR Sohibul Iman meminta Abraham fokus dulu mengurus KPK. "Saya mengapresiasi jika pimpinan fokus pada penegakan hukum. Sabarlah, jangan tergoda oleh politik," kata Sohibul kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (19/3).

Sohibul berharap Abraham fokus pada tugasnya sebagai Ketua KPK. Namun dia juga tak mempermasalahkan ketertarikan Gerindra kepada Abraham. "Itu sah-sah saja, namun hampir semua partai akan berbicara pasangan yang utuh setelah pileg," ujar politikus PKS ini. (dtc)

BACA JUGA: