Jakarta - Setgab partai koalisi partai pendukung pemerintah bukanlah hal baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Hal itu pernah diterapkan pada era kolonial penjajahan Belanda untuk melancarkan kebijakan yang menguntungkan bagi partai koalisi itu. Konsekuensinya, hak rakyat akan terpinggirkan.

Budayawan Ridwan Saidi menjelaskan, di tahun 1950-an, Setgab yang sekarang disebut dengan monster verbond alias kerja sama para setan. Artinya, parpol berkumpul hanya untuk kepentingan kelompoknya, baik secara ekonomi maupun kekuasaan.

Sehubungan dengan itu, dia sependapat perlunya Tritura Jilid Dua. Namun Ridwan mengusulkan, agar urutan tuntutan diubah, yaitu turunkan SBY menjadi yang pertama. Alasan Ridwan, selama tujuh tahun berkuasa, SBY terbukti tidak bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dia malah sibuk melayani kepentingan para majikan asingnya.

"Kita perlu perubahan agar rakyat hidup lebih baik. Untuk itu kita butuh pemimpin yang kuat dan berpihak kepada rakyat. SBY sama sekali tidak bisa diharapkan," ujar Ridwan di Jakarta, Selasa (10/4).

Sementara itu, pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro, mengingatkan agar Tritura Jilid Dua tidak kembali mengulang kesalahan pergantian kekuasaan yang terjadi sebelumnya, baik dari Orde Lama ke Orde Baru maupun dari Orde Baru ke Orde Reformasi.

"Pada zaman Soeharto, misalnya, saat itu yang terpikir hanyalah bagaimana menggulingkan dia. Mahasiswa dan aktivis tidak mempersiapkan sistem dan pemimpin penggantinya. Akibatnya, Indonesia tidak kunjung menjadi lebih baik pasca reformasi," pungkas Siti.

BACA JUGA: