JAKARTA, GRESNEWS.COM – Banyak kalangan yang menilai bahwa bersatunya poros partai-partai Islam dapat mengancam suara poros tiga partai lainnya yang berdasarkan hasil hitung cepat dinyatakan unggul seperti PDIP, Golkar, dan Gerindra. Tapi wacana kemungkinan poros Islam kini semakin melemah karena Partai Kebangkitan Bangsa justru semakin mendekat ke PDIP.

Sementara partai Islam lainnya seperti PPP dan PKS masih menunggu pinangan dari partai yang memperoleh suara terbanyak. Pengamat politik dari Charta Politika Arya Fernandes mengatakan, khusus PKS, masih menunggu pergerakan dari partai lainnya dan pada minggu terakhir.

Diperkirakan PKS baru bisa menetapkan arah koalisinya sesuai dengan rapat majelis syuro. "Menarik karena walaupun digempur kasus moral dan korupsi PKS masih bisa bertahan," ujarnya melalui telepon pada Gresnews.com, (Kamis, 17/4).

Arya menjelaskan sebab PKS masih bisa bertarung di pemilu kali ini adalah karena soliditas kader dan pemilih yang kuat. Menurutnya, rantai komando PKS juga berjalan cukup efektif. Misalnya apapun keputusan dalam majelis syuro pasti diikuti oleh kader-kadernya. Ia berpendapat bahwa dua hal tersebut dapat menjadi nilai tawar bagi PKS untuk bisa berkoalisi dengan partai lainnya.

Berbeda dengan Arya, pengamat politik dari SIGI Medrial Alamsyah menuturkan, saat ini banyak orang yang jengah dengan perilaku politik PKS. "Selama dalam koalisi PKS tidak konsisten mendukung koalisi di pemerintahan," katanya kepada Gresnews.com.

Alih-alih memperkuat koalisi, Medrial menambahkan, PKS malah sibuk dengan agenda mereka sendiri. "Di PKS mereka sudah ada statement mau mencari yang menang, kalau kebijakannya seperti itu dia akan menunggu pada saat-saat akhir baru menentukan," katanya.

Artinya bak kapal yang sedang oleng dihempas ombak, dalam menentukan ke mana PKS akan berlabuh nanti, maka penting melihat ke mana arah angin paling kuat berhembus. "Kemana angin yang kuat dia akan kesana. Kalau dilihat dari perilaku politik, PKS semakin pragmatis. Dari dulu mereka sudah pragmatis, sekarang makin terbuka," katanya menambahkan.

Medrial menambahkan PKS kini tidak punya nilai tawar apa-apa. Dulu, kata dia, PKS masih punya citra yang baik sebagai partai yang bersih. Hal itu kini tak lagi dimiliki PKS. Dari segi intelektual kini sudah banyak partai yang juga punya tokoh intelektual.

Dari segi Islam PKS sudah tercoreng dari perilaku petingginya dan dari segi suara PKS tidak signifikan. "Kalau menunggu saat akhir, kapal sudah penuh. Dugaan saya, kalau mereka seperti ini, mereka terpaksa berada di luar pemerintahan. Partai-partai lain juga tidak tertarik mengajak PKS," katanya.

Lebih lanjut, jika terdapat koalisi partai bertumpuk di satu koalisi misal bertumpuk di PDIP atau Gerindra, sementara ada calon lain yang tetap nekat maju pemilu presiden misalkan Hanura, ada kemungkinan PKS menjadi bergabung dalam koalisi tersebut.

Medrial juga berpendapat PKS kini tidak memiliki figur atau tokoh yang dianggap mampu mengangkat elektabilitas partainya. "Saya rasa yang mendukung PKS saat ini adalah pendukung inti mereka dan keluarga. Figur mereka hanya dihormati di kalangan mereka," tuturnya.

BACA JUGA: