JAKARTA, GRESNEWS.COM -  Sejumlah pengamat menilai pembentukan poros tengah dan poros Partai Islam akan sulit terbentuk, dengan alasan tidak adanya tokoh dengan elektabilitas tinggi yang bisa diusung. Namun sejumlah elit partai masih nekat mencoba menggagas koalisi poros tengah ini.   

Adalah Calon Presiden Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Rhoma Irama yang terlihat berhasrat menggalang dukungan untuk terbentuknya poros ini. Langkah sigzagnya diawali dengan mendatangi anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid. Ia juga menyambangi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Surya Dharma Ali (SDA) di Kantor DPP PPP di Jakarta, Selasa (15/04).

Dalam pertemuan itu Rhoma menyatakan dirinya diberi tugas oleh PKB untuk melakukan komunikasi dengan Parpol Islam. "Sebelumnya saya juga sudah ketemu Pak Hidayat," ujar Raja Dangdut ini.

Hal itu diamini Ketua Umum PPP Surya Dharma Ali, menurutnya kedatangan Rhoma ke DPP PPP untuk membicarakan kemungkinan koalisi poros tengah jilid 2. "Koalisi poros tengah bukan hal yang tidak mungkin, malah bisa jadi menjadi poros tengah plus," ujarnya.

Koalisi poros tengah plus, menurutnya,  bisa terjadi jika partai nasionalis seperti Partai Demokrat atau Golkar bergabung dengan partai Islam. SDA juga menyanggah bahwa partai Islam merupakan partai eksklusif dan sulit berkoalisi dengan partai lain. Menurutnya Partai Islam sangat terbuka dalam berkoalisi dengan partai lain asal bertujuan menjadikan Indonesia lebih baik. "Pertimbangannya problematika bangsa kompleks, jadi tidak bisa diselesaikan dua atau tiga parpol. Lebih banyak semakin bagus. Maka 2014, koalisi partai Islam ditambah dengan partai-partai lainnya sangat dimungkinkan," kata Suryadharma.

Sebelumnya PKS  menyatakan  siap menggalang kekuatan partai Islam maupun partai yang berbasis massa Islam untuk menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014. Anggota Majelis Syuro PKS lainnya Refrizal kepada wartawan  menyatakan partainya siap menjadi konsolidator terbentuknya poros partai islam tersebut.

Refrizal mengatakan jika hasil perolehan suara hasil perhitungan cepat (quick count) PKS, PKB, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang diidentifikasi sebagai partai Islam dan berbasis Islam digabungkan maka hasilnya akan lebih besar dibanding perolehan suara partai-partai yang berada di peringkat tiga besar.

Menurut Refrizal, dalam proses konsolidasi internal partai Islam, yang harus dikedepankan bukanlah ego masing-masing partai,  melainkan kehendak untuk bersatu. Sebab masing-masing partai telah mengusung calon presiden (Capres) masing-masing, bahkan ada partai yang mengusung lebih dari satu capres. Seperti PKS telah mengusung Ahmad Heryawan, Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid sebagai capresnya. Sedang PKB juga mengajukan Mahfud M.D, Jusuf Kalla dan Rhoma Irama. PAN mendukung ketua umumnya Hatta Rajasa. Sementara PPP juga mendukung ketua umumnya Suryadharma Ali. "Itu yang harus dinegosiasikan, kan tidak bisa di dalam koalisi masing-masing bersikeras menjagokan capresnya," katanya seperti dikutip situs pks.or.id, Rabu (16/4).

Pakar Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan kemungkinan terjadi poros tengah jilid 2 besar sekali, karena dari sejarah mereka pernah meloloskan tokohnya menjadi Presiden. Tetapi menurut dia, harus ada  isu yang menjadi lem perekat mereka. "Waktu poros tengah pertama lem perekatnya adalah mengganti orde baru menjadi reformasi," ujarnya.

Jika poros tengah sampai terbentuk, menurut Hendri , ini  akan menjadi ancaman bagi PDI Perjuangan yang mengusung Jokowi sebagai capres.  "Dan bila poros tengah terjadi ini merupakan alarm buat PDIP, ingat capres PDIP pernah dikalahkan poros tengah," kata Hendri.

Perolehan suara PKB yang mencapai 9 persen, PPP 4 persen, dan PKS yang 7 persen, dan merupakan raihan potensial untuk menjegal PDIP dalam pilpres nanti. Apalagi jika Partai Demokrat ikut merapat ke partai Islam, tentu akan menjadi perhatian sendiri bagi PDIP.

Partai Islam, menurut Hendri, juga punya tokoh yang bisa diajukan sebagai capres. "Kemungkinan besar capresnya Jusuf Kalla dan cawapres mungkin dari anggota capres konvensi Demokrat, mungkin Pramono Edhie atau Dahlan Iskan," ungkapnya.

Pendapat Hendri ini berseberangan dengan pendapat pengamat lainnya, seperti Direktur Eksekutif Indo Barometer, Qodari. Menurut Qodari, kemungkinannya kecil untuk terbentuk poros tengah, karena walau jumlah suara mereka memenuhi syarat untuk memajukan capres. Namun mereka tidak memiliki tokoh yang populer. Menurutnya, tokoh-tokoh partai Islam kalau ditandingkan dengan Jokowi dan Prabowo itu akan kalah angkanya. "Paling porsinya hanya sebagai wakil presiden. Untuk Mahfud MD  elektabilitasnya juga masih kecil dan dia juga tidak pegang partai. Dia memang dari PKB tapi kuncinya ada di Muhaimin," ujarnya.

BACA JUGA: