JAKARTA, GRESNEWS.COM - Indikasi bangkitnya kekuatan Orde Baru semakin nampak setelah calon presiden (capres) dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dan capres yang diusung Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) menunjukkan kehendak untuk berkoalisi yang menguat. Apalagi Ical sudah mengisyaratkan bisa saja mengambil posisi sebagai calon wakil presiden (cawapresnya) Prabowo.

Pengamat sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sudjito berpendapat jika Prabowo jadi berpasangan dengan Ical akan menguntungkan bagi capres dari PDIP Joko Widodo (Jokowi). "Jadi pembeda di mana Jokowi itu sebagai simbol yang lepas dari rezim Orde Baru meskipun ada Jusuf Kalla kalau jadi duet dengan Jokowi. JK memang tokoh lama tapi dia punya daya tarik bagi kelompok yang progresif," jelas Arie, Selasa (6/5).

Memang selama masa kampanye pemilihan legislatif lalu, Ical selalu membawa kenangan Orde Baru. Ia membanggakan kepemimpinan presiden kedua RI, Soeharto. Menurutnya, Golkar yang dipimpin Soeharto telah berhasil menyejahterakan Indonesia selama 32 tahun. Sementara Prabowo adalah murid dari Soeharto,  yang membentuk tim mawar, dan dituding menculik beberapa aktivis guna melanggengkan kekuasaan Soeharto.  

Arie menyoroti kalau nanti terjadi duet Jokowi-JK versus Prabowo-Ical maka pertarungan di pemilu presiden akan menarik sekali. Namun persaingan akan lebih seru kalau ada satu pasangan capres-cawapres, yaitu poros Demokrat.  "Kalau Demokrat koalisi dengan PAN punya kans yang besar juga. Bakal lebih menarik ini, bukan head to head lagi," ujar Arie.

Dalam prediksinya Arie mengkomposisikan tiga kekuatan dari koalisi pencapresan bila Demokrat membentuk poros baru. "Demokrat-PAN-PPP, PDIP-NasDem-PKB, Gerindra-Golkar-PKS," kata Arie. "Masing-masing peta koalisi itu mencerminkan golongan atau kelompok dalam masyarakat," lanjutnya menjelaskan.

Bagi Arie, Demokrat tetap perlu membuat poros baru untuk bisa memajukan pasangan capres-cawapresnya sebagai eksistensi dan juga gengsi Susilo Bambang Yudhoyono. "Jadi punya panggung politik sendiri," ucapnya.

Kepastian Prabowo berpasangan dengan Ical makin kuat setelah keduanya berbincang soal pembagian kerja keduanya di pemerintahan kelak. Dalam pertemuan Ical dan Prabowo di kediaman mantan Danjen Kopasus itu, Ical sempat dijamu makan siang. Setelah makan siang, Ical dan Prabowo menuju ke sebuah ruangan.

Ical dan Prabowo meminta kepada seluruh rombongannya untuk tidak ikut ke dalam ruangan. Bahkan ajudan keduanya juga dilarang ikut menemani. "Kita lagi menata. Ngobrol Jika Pak Prabowo presidennya tugas saya apa sebagai wakil dan jika saya presiden tugas Pak Prabowo sebagai wakil apa," ujar Ical di Epicentrum, Selasa (6/5).

Namun lagi-lagi Ical menegaskan perbincangan keduanya tidak sampai membahas soal urutan capres dan cawapres, hanya berbicara pembagian tugas. "Capres dan cawapres hanya instrumen," kata Ical sambil tersenyum.

Ical menjelaskan dirinya juga berbicara dengan Prabowo soal Economy Policy dengan harapan masyarakat Indonesia berperan aktif dalam pembangunan. Bukan hanya 10% dan 20% masyarakat, tetapi seluruh rakyat Indonesia. Ical juga mengatakan Prabowo setuju untuk memaksimalkan pembangunan usaha kecil dan menengah.

BACA JUGA: