JAKARTA, GRESNEWS.COM - Janji koalisi partai politik yang bergabung dalam kelompok Cikeas untuk mengajukan calon kejutan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 memang menjadi kenyataan. Tanpa banyak diduga sebelumnya, empat parpol yaitu PPP, PAN, PKB dan Partai Demokrat, mengajukan nama anak pertama mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon gubernur. Pendampingnya adalah Deputi Gubernur DKI Sylviana Murni.

Langkah kelompok Cikeas mengajukan nama Agus itu memang dinilai mengejutkan. Pasalnya, sebagai anggota TNI, Agus yang berpangkat mayor dan memegang jabatan sebagai Komandan Batalion Mekanis 203/Arya Kemuning, dinilai memiliki masa depan yang cerah. Dia bahkan pada tahun depan sudah akan menyandang pangkat letnan kolonel.

Karena itu, langkah kelompok Cikeas mengajukan Mayor Agus sebagai calon gubernur dinilai sebagai langkah kepagian. Pasalnya dengan pencalonan itu, Agus pun terpaksa meninggalkan karier militernya yang cemerlang yang sudah dijalaninya selama 16 tahun ini. Peraih bintang Adhimakayasa lulusan terbaik Akmil tahun 2000 itu terpaksa mengakhiri pengabdiannya di TNI dengan pangkat mayor.

Inilah yang banyak disayangkan berbagai kalangan. Bahkan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sendiri menyesalkan pengunduran diri Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono. Gatot mengatakan, dengan segudang prestasi kemiliteran, Agus menjadi salah satu perwira muda yang disiapkan TNI untuk menjadi pimpinan di masa depan.

"Saya menyayangkan, saya sudah siapkan dia jadi kader, (lalu) melihat kadernya pilih berpolitik. Sebenarnya saya berat tapi itu hak pribadi, yang lainnya pasti nanti ada lagi," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (23/9).

Gatot pun lalu membeberkan segudang prestasi yang didapat Agus. Mulai dari lulusan terbaik di SMA Taruna Nusantara hingga Akmil angkatan tahun 2000. "Mayor Agus ini sejak SMA Taruna dia nomor satu, nilainya (tertinggi) sampai sekarang belum ada yang menyaingi. Kemudian ketika lulus di Akmil memperoleh Adhi Makayasa," kata Gatot.

"Yang belum tersaingi dia tiga-tiganya dapat. Mental, Fisik, dan intelektual. Bapaknya belum jadi presiden saat itu," imbuhnya menceritakan prestasi putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Saat menjadi KSAD, Gatot membuat program reformasi TNI. Ia mengumpulkan perwira muda terbaik untuk dibina sebagai bibit-bibit atau calon pemimpin masa depan. "Jadi (program) doktrin-doktrin pertempuran. Saya kumpulkan angkatan tahun 1990-an sampai 2004 yang terbaik. Mayor Agus masuk situ, salah satu kader yang disiapkan," kisah Gatot.

Jenderal bintang empat itu mengaku merasa berat melepas Agus dari TNI. Namun Gatot menghormati keputusan pria yang menjabat terakhir sebagai Komandan Batalyon 203/Arya Kemuning itu. "Saya berat, tapi itu pilihan pribadi, hak pribadi, saya harus melepaskan itu. Mayor Agus itu masih mayor, dia punya harapan bagus di TNI," ucap Gatot.

KALKULASI MATANG - Meski begitu, pihak pengusung sepertinya punya kalkulasi lain. Pihak Partai Demokrat yakin langkah mengajukan Agus Yudhoyono di pilkada DKI Jakarta adalah langkah yang tepat. Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan mengatakan, diajukannya nama Agus, karena para pengusung yakin Agus mampu menandingi elektabilitas pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

Hinca menilai, elektabilitas Ahok-Djarot wajar saja tinggi, karena mereka adalah petahana. "Ya, sebagai petahana dia wajar saja dikenal," kata Hinca.

Namun, Hinca yakin, jika mesin politik keempat partai pendukung bekerja maksimal, bukan tak mungkin elektabilitas pasangan Agus-Sylviana akan melampaui elektabilitas dan popularitas Ahok-Djarot. "Dan kami yakin bisa mengejar itu," kata Hinca.

Kini ´koalisi Cikeas´ pendukung Agus-Sylviana akan membentuk tim pemenangan, dua hingga tiga hari ke depan bakal sudah terbentuk lengkap dengan struktur yang terdiri dari empat partai itu. "Kami menunggu empat partai politik mengusung mengirimkan nama-nama. Tentu akan ada satu tim digabungkan, dan ditentukan leadernya (pemimpinnya) siapa yang akan kami tentukan dua hingga tiga hari ini," tutur Hinca.

Keyakinan serupa juga diusung PAN sebagai salah satu partai pengusung Agus-Sylvia. Sekjen PAN Eddy Soeparno meyakini bahwa Agus-Sylviana merupakan pasangan yang paling mumpuni. "Kita sudah mengkaji beberapa calon yang ada, dan dari calon-calon yang ada, kita anggap paling mumpuni untuk mengatasi berbagai masalah kompleks yang ada di Jakarta," kata Eddy.

Eddy mengatakan, Agus-Sylviana memiliki kombinasi antara kecerdasan, intelektualitas, hingga kematangan di dalam sebuah birokrasi. "Memiliki kombinasi antara kecerdasan, intelektualitas, pengalaman, ketegasan, aspek-aspek wawasan yang luas dengan digabungkan pengalaman birokrasi, kematangan di dalam menjalankan administrasi pemerintahan. Dua aspek itu dimiliki kandidat kita. Dan dua kandidat kita saling mengisi dan saling melengkapi," imbuhnya.

MASIH HIJAU - Pengamat politik-militer Muradi mengatakan, langkah mengajukan Agus ke kancah politik merupakan langkah yang terburu-buru. Menurutnya, secara kualifikasi militer, Agus Harimurti Yudhoyono memiliki kualifikasi yang sangat mumpuni. Agus dinilai menguasai kualifikasi tempur dan kualifikasi akademik yang cemerlang, ditambah jejaring politik yang cukup bagus.

Jika diteruskan, kata Muradi, bukan tak mungkin Agus bisa melampaui karier bapaknya dalam dunia militer. "Apalagi dia sekarang sedang S3 lalu kenapa dipaksakan terjun ke politik, ini yang menjadi pertanyaan besar," ujar Muradi kepada gresnews.com, Jumat (23/9).

Apalagi, kata Muradi, pengunduran diri Agus bisa berdampak hukum. Dia mengatakan sebagai lulusan Akmil angkatan 2000 dia memang telah melampaui masa ikatan dinas selama 10 tahun. Namun sebenarnya Agus masih mempunyai tambahan

Perlu diketahui, Agus Harimurti Yudhoyono adalah Lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 2000.  Setiap perwira lulusan Akmil harus menjalani ikatan dinas selama minimal 10 tahun. Berarti Agus bisa pensiun dini pada tahun 2010. Namun Agus sebenarnya sedang menjalani pertambahan ikatan dinas karena tengah disekolahkan ke luar negeri oleh TNI dengan biaya negara.

Agus mengambil gelar Master di bidang Strategic Studies di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University (NTU) Singapura pada tahun 2006. Dan pada Mei 2010, ia berhasil meraih gelar Master of Public Administration pada John F. Kennedy School of Government, Harvard University Massachusetts AS. Dan Pada tahun 2012 ia tamat sekolah staf dan komando (sesko) Angkatan Darat di Fort Benning, AS.

Muradi mengatakan, dari semua sekolah yang dijalaninya, maka masa ikatan dinasnya bertambah minimal 6 tahun atau lebih. Artinya Agus masih terikat ikatan dinas sampai dengan 2018. "Biasanya jika mengajukan pensiun dini sebelum masa ikatan dinas berakhir maka harus mendapat persetujuan panglima TNI dengan perimbangan kebutuhan mendesak organisasi ataupun kebutuhan untuk keselamatan bangsa dan negara," ujar Muradi.

Meski begitu, kata Muradi, Agus masih dapat mengajukan pensiun dini dengan cara membayar dua kali lipat jumlah beasiswa yang diberikan kepadanya saat menempuh pendidikan. "Nah dia harus membayar 2 tahun, misal dia mendapat beasiswa 2 miliar rupiah dalam dua tahun maka Agus harus membayar 8 miliar rupiah," ujar Muradi.

Dia menilai, walaupun Agus memiliki kualifikasi yang cukup baik di dunia militer, akan tetapi Agus masih sangat hijau di dunia politik. Pemahaman akan politik mendetail masih pada tingkat orang biasa, maka apabila Agus terpilih nanti, selain harus bekerja keras untuk bisa belajar dengan cepat, ia juga harus  bisa mengontrol kehendak dari partainya. "Sebab tidak mungkin SBY akan terus berada di posisi puncak Partai Demokrat," katanya.

Padahal, menurut Muradi jika saja SBY mau merelakan terlebih dahulu jabatan gubernur DKI kepada orang lain sambil menunggu Agus matang secara personal maka sangat mungkin Agus benar-benar akan melampaui kesuksesan bapaknya dalam dunia militer maupun politik. Ia mencontohkan seperti Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang juga anak sulung dari mantan Perdana Menteri Singapura yang pertama Lee Kuan Yaw.

Lee Kuan Yaw pun menunggu sampai Lee Hsien Loong mendapat pangkat Brigadir Jenderal untuk menggantikan posisinya sebagai perdana menteri. Walaupun karier Brigjen Lee dibayang-bayangi oleh tuduhan nepotisme, sebab pada usia 32 tahun, Lee menjadi brigjen termuda dalam sejarah Singapura.

Hanya saja, warga Singapura memahami karena toh memang sudah diduga Lee Hsien Long akan menjadi pengganti ayahnya sebagai Perdana Menteri. "Sikap tergesa-gesa SBY menerjunkan Agus di dunia politik sangat disayangkan, karena tidak memperhitungkan realitas kebutuhan partai politik di Indonesia," katanya.

SBY TAK RASIONAL - Pengamat politik Hendrajit mengatakan, langkah SBY memajukan Agus untuk menjadi cagub DKI Jakarta merupakan langkah tak rasional. Ia mengatakan ketika mendengar Demokrat dan koalisi partainya mengusung Mayor Agus Harimurti Yudhoyono permasalahannya bukan dia nanti menang atau kalah dalam Pilgub DKI 2017. Pesoalannya adalah apakah bijaksana dan rasional mengorbankan karier kemiliteran Agus yang begitu menjanjikan, demi berkiprah di panggung politik.

Apalagi sebagai sebagai militer, Agus baru mentas dari peringkat perwira pertama ke perwira menengah TNI. "Serumit-rumitnya SBY, belum pernah ia memutuskan sesuatu yang tidak rasional," ujar Hendrajit, Jumat (23/9).

Bahkan karena terlampau rasional, seringkali SBY terlalu lama membuat keputusan karena banyak pertimbangan dan terlalu lama mengocok kartu. Tetapi sekarang, pilihan SBY untuk mengusung putranya sendiri benar-benar mengejutkan. Meskipun sejak beberapa hari lalu dirinya sudah mendengar informasi bahwa Agus sedang disiapkan, namun ia beranggapan Agus hanya digulirkan untuk konsumsi pertemuan internal koalisi Demokrat, PAN, PKB dan PPP untuk menyelaraskan kesepakatan bersama.

Namun kenyataannya nama Aguslah yang benar-benar dimunculkan, keputusan SBY tersebut tentunya memiliki risiko yang sangat tinggi. Keputusan mengusung Agus praktis membunuh karier kemiliteran putranya sendiri yang kebetulan masih berpangkat mayor. Meskipun sebagai putra mantan presiden yang tentunya dapat kemudahan dan jalur cepat untuk meniti karier militer dan sedikit banyak ditopang oleh keunggulan-keunggulan yang melekat dalam dirinya.

Karena, menurut Hendrajit, bagimanapun Agus memiliki bapak dan kakek perwira militer berkualifikasi jenderal. Sehingga prospek kemiliterannya masih cukup menjanjikan. "SBY berambisi melestarikan Dinasti Cikeas dalam perpolitikan nasional. Namun tidak menyangka akan menempuh cara yang amat prematur itu," katanya.

Terlepas seorang perwira punya ambisi politik ke depannya, menurut Hendrajit, melepas peluang karier kemiliteran yang memiliki prospek bagus demi mengejar karier politik dianggap tidak masuk akal. Ia meyakini di batin bawah sadar setiap perwira, ada dambaan untuk menggapai kepangkatan setinggi yang bisa diraih hingga pensiun.

Apalagi ketika Agus masih berpangkat mayor, relatif tidak ada skandal atau kasus yang berpotensi menghentikan karier militernya dan tiba-tiba memutuskan pensiun dini demi karier politik. Walaupun begitu, menurut Hendrajit untuk mengulas skenario dan perhitungan SBY memang tidak mudah mantan presiden keenam ini dinilai punya cara berpikir yang tidak setertib tampilan fisiknya.

Untuk memahami jenderal dengan cara pikir yang tidak linear, harus menyelami dahulu alam berpikirnya sebagai aktor politik, dan hal tersebut membutuhkan waktu. "Garis besarnya SBY menguasai betul skenario dan plot yang dia mainkan sampai dengan gambaran akhir," tutur Hendrajit. (dtc)

BACA JUGA: