JAKARTA, GRESNEWS.COM - Seperti halnya Partai Demokrat yang tak memiliki calon kuat  ketua umum (caketum) selain SBY. PDIP juga nampaknya akan aklamasi memilih Megawati sebagai ketum kembali dalam Kongres 2015 nanti. Apalagi, kultur garis keturunan masih menjadi penarik pemilih militan di partai berlambang banteng ini.

"Tokoh sentral masih Mega, PDIP memang butuh simbol," ujar Pengamat Politik Komunikasi Emrus Sihombing kepada Gresnews.com, Minggu (21/12).

Secara konsisten kultur tersebut terus dipertahankan partai moncong putih ini. Konstituen militan masih dipengaruhi kuat oleh trah Soekarno, sehingga jika tetap ingin melestarikan dan eksis di dunia perpolitikan, maka salah satu penentu ketum adalah kader yang dipegang oleh keturunan Bung Karno.

Roda kepemimpinan pun dirasa belum siap diestafetkan kepada Puan Maharani yang notabene merupakan putri Megawati. Namun demikian bukan soal kemampuan yang diragukan, tapi  kapabilitasnya sebagai pemersatu belum bisa disandingkan dengan ibunya.

Jika Puan gugur, maka adakah kesempatan bagi tokoh lain? Namun Emrus menilai kemungkinan ini hampir dianggap tidak ada. Mega dirasa masih pantas menyandang gelar tokoh penyatu dan paling berpengaruh di PDIP. "Jika ada tokoh lain di luar trah Soearno maka kader militan bisa kabur dan PDIP pecah," katanya.

Memang kemungkinan selain Mega, Joko Widodo dianggap mampu menyainginya. Namun, hambatan psikologis dan aturan yang diberlakukannya agar tidak merangkap jabatan merupakan halangan utama. "Jika maju maka saya duga menang, tapi apa Jokowi bisa menanggung akibat dari keputusannya?" kata pengamat politik Medrial Alamsyah kepada Gresnews.com, Minggu (21/12).

Penolakan pun akan banyak berdatangan apabila orang nomor satu ini maju menjadi caketum PDIP. Sebab selama ini karir politiknya hampir selalu karena mendapat dukungan dari Mega. "Ia tak punya pengaruh kuat dibanding trah dari Soekarno lainnya," ujar Emrus.

Pengalaman politik yang bisa dikatakan baru "kemarin sore" pun menjadi catatan tersendiri. Sehingga kecil kemungkinan para kader militan akan mengajukannya sebagai caketum baru. "Sebaiknya Mega tetap memimpin kalau tetap mau PDIP eksis di 2019, sembari menyiapkan Puan sebagai pengganti," tuturnya.

Sebelumnya dalam Survei politik Cyrus Network pada PDIP, jika nama Mega tidak dimasukkan  dalam persaingan maka Jokowi mendapati urutan pertama sebanyak 30 persen untuk jabatan ketua umum. Disusul Puan sebanyak 24 persen dan sisanya ditempati Ganjar Pranowo serta Pramono Anung.

Sedang jika namanya tetap disimulasikan pada sistem maka perolehan di dalam konstituen partai masih Jokowi di urutan pertama disusul Mega dan Puan. Sementara Non partai mengurutkaan Jokowi, Puan, dan Mega di urutan ketiga.

"Ini menunjukkan publik sudah bosan dan menginginkan perubahan," kata Hasan Nasbi Batupahat, Direktur Eksekutif Cyrus Network.

BACA JUGA: