JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kisruh persepakbolaan nasional yang berujung pada jatuhnya saksi federasi sepakbola internasional (FIFA) kini mulai diupayakan penyelesaiannya. Sanksi FIFA dijatuhkan kepada Indonesia sejak Mei lalu, terkait adanya campur tangan pemerintah dengan pembekukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Dengan adanya sanksi itu, Indonesia dikenai larangan bertanding di turnamen internasional. Indonesia juga dilarang mendapatkan bantuan dari FIFA dan dari Konfederasi Sepak Bola Asia dalam bentuk dana bantuan, program, atau kursus, hingga syarat-syarat yang diberikan oleh FIFA dituruti.

FIFA sendiri menuntut empat syarat agar sanksi yang masa berlakunya tak ditentukan itu, bisa dicabut. Pertama, Komite Eksekutif PSSI kembali mengatur sepak bola Indonesia secara independen tanpa adanya campur tangan dari pihak lain, termasuk kementerian atau agensinya. Kedua, pengelolaan tim nasional diberikan kepada PSSI

Ketiga, tanggung jawab seluruh kompetisi PSSI diberikan kepada otoritas PSSI dan bidang-bidang di bawahnya. Keempat, seluruh klub yang diberi lisensi PSSI sesuai dengan Peraturan Lisensi Klub PSSI harus bisa bertanding di kompetisi PSSI.

Untuk menyelesaikan kisruh sepakbola nasional itu, hari ini, Senin (2/11), delegasi dari FIFA didampingi pejabat dari Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) menemui Presiden Joko Widodo, di Istana Merdeka, Jakarta. FIFA menemui Jokowi guna mencari jalan keluar terhadap permasalahan sepakbola di tanah air.

Delegasi FIFA yang bertemu dengan Presiden Jokowi itu terdiri atas Kohzo Tashima dari Jepang dan Pangeran Abdullah dari Malaysia. Sedang Komite Eksekutif AFC Mariano V. Araneta Jr. dari Filipina. Mereka didampingi Direktur AFC, yakni James Johnson, Sanjeevan Balasingam, dan John Windsor.

Presiden Jokowi menegaskan, pemerintah ingin segera mendapatkan solusi terkait masalah persepakbolaan di tanah air paska dibekukannya PSSI. Karena itu, kepada delegasi FIFA yang datang menemuinya, Jokowi berharap untuk bisa membantu menemukan solusi dimaksud.

"Tadi saya hanya menyampaikan kepada delegasi FIFA maupun AFC, bahwa kita ingin segera mendapatkan solusi. Kita juga akan membentuk tim secepatnya untuk nanti berkomunikasi terus-menerus dengan FIFA, sehingga ketemu solusinya," kata Presiden Jokowi, seperti dikutip setkab.go.id.

Terkait konflik di persepakbolaan Indonesia, menurut Presiden Jokowi, FIFA senang karena melihat tidak terjadi otot-ototan, dan ingin ada solusi dari kedua belah pihak, sehingga nanti ketemu solusinya di mana. "Ini yang nanti akan dibicarakan oleh tim Indonesia, FIFA, dan AFC," jelas Presiden.

Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi yang mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu mengatakan, pertemuan tersebut berlangsung dalam suasana akrab dan konstruktif. Dari hasil pertemuan tersebut, kata Menpora, telah disepakati bahwa dalam waktu dekat akan dibentuk tim kecil.

"Telah disepakati bahwa setelah ini akan dibentuk tim kecil untuk mem-follow up agar persoalan segera ada jalan keluarnya," kata Imam.

REFORMASI SEPAKBOLA NASIONAL - Dalam kesempatan pertemuan dengan FIFA, seperti dikatakan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Presiden Jokowi menegaskan tekad Indonesia untuk mereformasi persepakbolaan nasional.

Jokowi mengaku tidak puas dengan persepakbolaan nasional yang minim prestasi. "Tadi Bapak Presiden menyampaikan kepada delegasi FIFA dan AFC bahwa kami tidak puas dengan reputasi dan performance dari PSSI," ujar Teten.

Karena itulah, Jokowi juga menyampaikan ke FIFA agar sepakbola di Indonesia di reformasi. Tujuannya agar sepakbola Indonesia bisa berprestasi di ajang internasional.

"Beliau sampaikan bahwa pemerintah berkeinginan melakukan reformasi sepakbola Indonesia, agar sepakbola kita bisa berprestasi di ajang internasional. Tetapi sayangnya PSSI kurang merespons baik inisiatif itu. Karena itu Presiden memahami bahwa kenapa Pak Menpora melakukan pembekuan PSSI," jelas Teten.

Dikatakan Teten, FIFA memahami permasalahan sepakbola yang terjadi di Indonesia. Untuk itu, Jokowi juga ingin membentuk tim kecil untuk menyelesaikan persmasalahan sepakbola Indonesia.

"Saya kira FIFA memahami kebutuhan Indonesia untuk melakukan reformasi dan saya kira beberapa hal juga sama dengan keinginan FIFA. Dan disepakati Presiden akan membentuk satu tim kecil untuk mencari solusi terbaik antara pemerintah Indonesia dan FIFA mengenai PSSI," kata Jokowi.

"Timnya belum dibentuk. Orang-orangnya nanti. Dalam beberapa hari akan kita umumkan. Tim ini akan dibentuk oleh pemerintah, presiden yang mana nanti akan berkomunikasi dengan FIFA dan AFC untuk mencari jalan keluar yang terbaik," tambah Teten.

Dalam kesempatan itu, Menpora Imam Nahrawi memang ikut memaparkan berbagai permasalahan dan borok yang ada dalam persepakbolaan nasional. Imam mengatakan, FIFA terkejut dengan temuan yang disampaikan oleh pemerintah.

"Kami secara terbuka menyampaikan, atas saran presiden bahwa pemerintah sangat berkepentingan terhadap reformasi sepakbola di tanah air ini, karena sudah nyata-nyata ada indikasi bahkan ada pengakuan tentang pengaturan skor, ada judi bola, ada gaji yang terlambat, bahkan klub tidak lagi mematuhi statuta FIFA, baik itu terkait transparansi keuangan, pajak dan aturan main yang ada," jelas Imam.

Mendapatkan laporan itu, lanjut Imam, FIFA akan melakukan pendalaman lebih lanjut. FIFA dan AFC juga terkejut dengan pemaparan yang disampaikan pemerintah.

"Tentu bagi menjadi catatan penting bagi mereka bahwa, mereka ingin mendalami lebih jauh karena mereka sangat terkejut mendengar apa yang kami sampaikan," kata Imam.

Dalam kesempatan itu, Imam juga menyampaikan banyak poin termasuk rencana untuk membangun sepakbola yang lebih membanggakan bagi Indonesia. "Dan mereka sangat respons bahwa tidak mungkin 250 juta penduduk Indonesia ini tidak bisa menghasilkan prestasi sepakbola yang lebih baik," kata Imam.

"Kami juga menyampaikan bahwa prestasi sepakbola kita saat ini di 172, tentu mereka sangat concern dan bersama pemerintah nanti memberi harapan bagi masa depan sepakbola," tambahnya.

PSSI KECEWA - Pemerintah optimis dengan pertemuan ini bisa ditemukan solusi mengatasi permasalahan sepakbola nasional. Hanya saja, pihak PSSI sendiri mengaku kecewa karena tidak dilibatkan dalam pertemuan antara FIFA dengan Jokowi di istana.

"Hari ini FIFA diterima Presiden. Seharusnya didampingi PSSI. Tapi entah kenapa PSSI tidak boleh. Padahal, saya dewan kehormatan diminta datang oleh PSSI dan FIFA. Memang kami ini apa? Partai terlarang?" cetus Ketua Dewan Kehormatan PSSI, Agum Gumelar, Senin (2/11).

"Apakah ini namanya pembinaan? Tugas pemerintah itu memfasilitasi, bukan seperti ini. Kekuasaan itu tidak boleh berbicara," katanya.

Sebelumnya, delegasi FIFA dan AFC telah menemui PSSI. Federasi sepakbola Indonesia yang sedang disanksi itu menyampaikan sejumlah hal.

Dalam pertemuan tersebut, FIFA dan AFC diwakili oleh diwakili oleh Kohzo Tashima dan H.R.H Prince Abdullah, sedangkan perwakilan AFC yang turut hadir adalah Mariano Araneta, James Johnson, Sanjeevan, dan John Windsor.

Sementara PSSI diwakili oleh ketuanya, La Nyalla Mattaliti, wakil ketua Hinca Pandjaitan, sekjen Azwan Karim, dan beberapa anggota Exco, seperti Djamal Aziz dan Erwin D Budiawan, dan dewan kehormatan, Agum Gumelar.

Agum Gumelar mengklaim FIFA sangat ingin bisa menyelesaikan permasalahan sepakbola Indonesia. FIFA berharap sanksi yang diberikan kepada PSSI segera dicabut.

"Banyak hal yang kami sampaikan kepada FIFA dan AFC. Kami sampaikan mulai dari kegiatan sepakbola yang tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah, hanya boleh dilakukan jika koordinasi dengan Tim Transisi," ujar Agum.

Tapi Agum mengklaim bahwa FIFA tetap berpegang teguh pada hasil kongres PSSI di Surabaya. FIFA disebutnya PSSI akan menjalankan tugas sesuai masa baktinya.

Agum meminta kepada pemerintah untuk segera mencabut pembekuan PSSI, agar sanksi FIFA turut serta disudahi. Jika tidak, mantan ketua PSSI itu juga mengklaim sanksi FIFA akan berlangsung lebih lama.

"Pemerintah supaya segera mencabut sanksinya, agar menuju lebih peran lebih baik. Secepatnya, agar pemerintah mencabut sanksi dari pembekuan PSSI. Tapi satu hal statuta FIFA harus ditegakkan."

Agum berharap dari pertemuan tersebut ada hasil yang positif agar sanksi FIFA segera dicabut. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka permasalahan sepakbola Indonesia akan kembali dibahas di rapat FIFA pada Februari mendatang.

"Kalau sanksi FIFA tidak dicabut, mereka akan membahas lagi di rapat Exco, setelah itu di rapat FIFA pada Februari 2016. Dalam rapat itu, nasib Indonesia akan ditentukan karena hanya kongres yang bisa mencabut sanksi apakah suspend diteruskan atau dicabut," simpul Agum.

Agum juga menambahkan, FIFA memiliki plan B. Seperti apa? Hal itu akan disampaikan setelah bertemu dengan Jokowi. (dtc)

BACA JUGA: